Choice (SasuNaru)
Mungkin
kita memang tidak di takdirkan untuk bersama
Mungkin
memang aku tak sempurna
Tapi
aku akan selalu mencintaimu
Ku
melirik tajam ke arah ke arah seorang yang ehm ku... eum.... ah sebut saja
Naruto. Kulit tan yang terlihat eksotis, dengan tiga garis di masing-masing
pipinya, bibir ranum yang merah merekah, membuatnya terkesan seksi.
“Sasuke,
kau sedang apa eoh?” tanya Itachi, kakakku mungkin. -_-
“Aishh...
Baka aniki! Kenapa kau ada disini eoh?” hardikku kasar tetap menampakkan tatapan
datar.
“Kau
sedang tidak ingin gay kan? Bagaimana nanti kita ‘bermain’ ke asrama putri di
sebrang saja? Aku takut kau nanti gay”
‘Kau
telat baka aniki! Mungkin sekarang aku sudah..’ batinku.
“Hoi!
Tuhkan ngelamun lagi! Kau tidak gay kan? Ya aneh saja tumben sekali ototou-ku
yang satu ini tidak mengajakku ke asrama putri biasanya kan....”
Ku
abaikan ocehan-nya saat aku melihat ke lapangan. Sosok yang kucari tidak ada di
sana.yup ku putuskan untuk kembali ke kelas-ku, yup kelas yang paling berisik,
kelas X-D Braya. Alias Brandalan tapi Gaya. Maklum otak lumayan, tampang slalu
tampan, tapi nasib tinggallah nasib, nilaiku turun saat aku menyukai seseorang.
“Naru-chan”
“Heh
tuan U-chi-ha yang terhormat jangan pernah panggil diriku yang tampan ini
dengan embel-embel chan, arraseo?”
“Hn”
“Jika
tidak ada yang ingin di ucapkan aku pergi jaa-ne”
‘Oh
jashin! Apa-apaan ini? Kenapa aku tiba-tiba membisu eh? Hanya satu kata apakah
tidak bisa? Oh ayolah aku bisa membuat semua orang menjadi yaoi karena ke
tampanan-ku tapi.. kenapa dia tidak bisa kutaklukan? Aku.. arrrgh.. sejak kapan
Uchiha Sasuke mengejar? Bukankah Uchiha Sasuke selalu di kejar? Ah lupakan,
kenapa aku jadi OOC?’
Facebook.
Kulihat ke beranda ku, pemberitahuannya hanya Sakura, Karin, Ino, Shion. Eh?
Tumben ada yang beda.
Itachi
Itu Selalu Uchiha
Hoho!
Nge’godain’ my Baka Ototou dulu ah #evil smirk
Status
yang aneh? Tapi apa maksudnya?
Brakk.
“Holla
baka ototou! What are you doing? Oh i know i know, kau sedang ehm menunggu
seseorang yang men’konfirmasi’ akun Facebook-mu kan? Hayoo”
Blushh.
Wajah
ku yang tampan ini memerah sempurna. Jangan sampai si BaKi ini tau jika aku
menyukai Naru-chan.
Seringai
muncul di wajah keriput Itachi #ditimpukIta. Sedangkan aku? Hanya menunduk.
Brakk.
Sudah
berapa kali pintu kamarku di buka paksa ya. Untung tidak hancur. Sosok Naruto
mulai nampak di bola mata onyx yang keren mempesona ini.
Tapi
sejak kapan Naruto tau mansion keluarga Uchiha. Aku mengusap kedua onyx-ku
berharap bukan ilusi. Tapi lama kelamaan sosok Naruto menghilang dan berganti
menjadi Fugaku. Ayahku.
“Sasuke~
do you hear me? Kita akan pindah, kau harus bersiap-siap dan kita sudah
mempunyai ‘target’. Dan one more again, kau juga akan pindah sekolah, kita akan
ke negara sebelah. Oke”
“Tou-san
kenapa tiba-tiba? Bisa di undur tidak?”
Aku
menatap kamarku kosong. Kenapa semua orang sudah tiada? Ku lirik ke samping
tempat tidur king size ku. Hanya ada si keriput saja.
“Hoi!
Kau benar-benar mau mengikuti permainan tou-san?”
“Maksudmu?”
“Begini,
kau tau kan? Kau sudah masuk ke dalam anggota Akatsuki, dan itu anggota ehm ya
pembunuh bayaran semua kan? Dan jika kau ketahuan oleh tou-san kau tau kan? Apa
jangan-jangan kau sudah ketahuan”
“Peduli
apa kau?”
“Ayolah
baka ototou, aku tau kau mempunyai seseorang yang special di sekolah”
“Aku
tau itu semua. Yang pasti jangan sampai ada yang membocorkan hal ini, tapi
darimana kau tau itu?”
“Dari
sumber yang bisa di percaya. Hei lagipula aku juga ikut bergabung dasar baka”
@@@
“Sasori
danna un! Sasuke datang un”
“Ada
apa?”
“Kau
bukan tipe yang suka basa-basi un” ucap Deidara tidak suka.
“Problem?”
“Target
kita selanjutnya adalah si detektive sialan itu! kau tau siapa? Naruto
Namikaze”
Aku
tersentak. Hanya dengan kalimat itu Sasori bisa menahan mulutku untuk ‘ngadu’
dengan si pirang yang satu ini yup Dei-chan. Aku menelan saliva, apa yang kau
katakan bastard. Sejak kapan kita mengincar seorang detektive. Dan sialan kau
Sasori mencari meti dengan seorang Uchiha heh. Jika di undang-undang Akatsuki
tidak ada yang namanya membunuh sesama anggota. Sudah mati kau di tanganku.
“Hei?
Naru-chan? Huh Tobi anak baik, Tobi gak mau bunuh Naru-chan ya bos si Uchiha
bungsu saja, toh... ” ucap Tobi terpotong. Yang berada di belakangku entah
sejak kapan.
Ku
masukkan tomat kedalam mulut Tobi yang berisik ini. Untung saja tepat waktu
jika tidak bisa gawat.
“Ada
apa Sasuke” tanya Neji datar.
“Hn
baiklah! Sasuke diriku kan?”
“Cih
dikacangin ya un” ledek Deidara kepada Neji. Neji hanya menatapnya datar.
“Ck.
Terserah. Pein! Siapkan alat-alatnya. Mari kita bermain. Sa-su- chan”
@@@
Ku
tangkup wajahku yang tampan ini. Saat ini aku di perpustakaan sedang bergelisah
ria. Jika aku membunuhnya tapi aku belum mengucapkan kata aishiteru kepadanya,
itu terlalu pengecut.
“Uchiha-san.
Silahkan jawab pertanyaan yang ada di papan tulis” triak Orochimaru menghentak
mejaku dengan ular yang menjijikan yang dia bawa selalu. Dasar BakORI.
“Silahkan
keluar Uchiha-san”
“Eh?
Aku belum menjawab perta..”
“Aku
tidak suka menunggu! Begitu kata Nara-san”
“Ck.
Mendokusei. Jangan membawa namaku Orochi” sahut Shika merasa terganggu.
Ku
langkahkan kakiku keluar kelas, manik onyx milikku menangkap sesuatu yang errr
begitu menggoda. Ku mulai mendekatkan diri ke arah sang pemuda itu.
“Siapa
lagi target-mu Uchiha-san? Mungkinkah diriku? Oh aku tidak akan menyerahkannya
semudah itu, aku bukan targetmu yang lainnya, ternyata aku salah menilaimu
U-chi-ha”
Jlebb.
Bagai tertusuk beribu-ribu pedang, cupid dimanakah dirimu. Salah? Apa maksudmu
Naruto. Aku sungguh tak mengerti. Aku sudah cukup ku pendam perasaan ini.
Sekarang saatnya. Ya sekarang. Ku raih lengan tan-nya, ku genggam erat.
“Lepaskan
tangan kotormu dari lenganku uchiha!”
Dengan
berat hati aku melonggarkan genggaman tanganku. Tatapannya sungguh datar. Kenapa
dia hanya seperti itu padaku tapi pada Sai si pelukis? Garra si panda tanpa
alis. Dia selalu menampakkan senyum lima jari.
Ya,
dia menjauh. Aku tidak dapat menggapainya lagi. Dia begitu jauh. Jauh dimata
tapi akan selalu ada di hati. Mungkin aku memang harus melakukan sesuatu ya
hidup itu pilihan.
Membunuh
atau dibunuh. Mungkin ini adalah keputusan yang terbaik. Ya mungkin. Lebih baik
aku dibunuh oleh Akatsuki, toh aku yakin mereka akan mengejar Naruto hingga
dapat. Dan aku tau Naruto akan menyusulku suatu saat nanti.
Hanya
tinggal menunggu satu Minggu lagi. Ya satu minggu lagi. Eum 5 hari lagi.
@@@
“Kau
menyukai Naruto eoh?”
“Ya
mungkin kau benar! Heh? Darimana kau tau”
Aku
membekap mulutku dengan tanganku sendiri. Nampak sorot curiga dari wajah
Itachi.
“Kenapa
kau tidak mengucapkannya?”
“Siapa
juga yang menyukai si bodoh itu?”
“Jangan
berbohong pada dirimu sendiri”
“Jadi
kau diriku yang lain heh?”
“Baka!
Bukan itu, ah sudahlah lupakan. Kau ini manis sekali” ucapnya seraya
mengobrak-abrik tatanan rambutku.
Bletakk.
Kepalan tangan putihku yang bak porsselen mendarat tepat di kepalanya. Wajahku
memerah menandakan jika aku sedang kesal.
“Ck.
Jangan pernah bilang aku manis. Karena aku ini tampan”
“Back
to topic. Jadi?”
“Apa?”
“Kau
menyukai Naruto? Kenapa kau tidak menembaknya?”
“Urusai!
Enyahlah dari hidupku”
@@@
Kedai
Ichiraku. Itulah aku berada di sana. Menunggu kedatangan seorang yang sangat
ku.. ah lupakan.
“Sasuke-sama,
anda mau memesan apa?” tanya Ayame yang tiba-tiba datang entah dari man.
“Eh?
Maaf Ayame! Aku disini sedang menunggu seseorang, ayahmu ada?”
“Sedang
membeli persedian Sasuke-sama”
“bisa
kau menolongku Ayame?”
Aku.
Makin tampan saja jika memakai baju ini. Berkharisma sekali.
“Sangat
cocok untuk anda Sasuke-sama”
“Terima
kasih”
“Paman
Teuchi! Kau agak langsing hari ini hihihi! Pesan ramen jumbo ya paman” triak
seseorang yang sudah kuketahui yaitu Naruto.
“Kau
kelihatan lelah, ada apa?” ujarku sok meniru gaya bicara paman Teuchi. Ya
walaupun aku membelakanginya semoga saja dia tidak curiga.
“Aku
sedang lapar saja”
“Jangan
berbohong Naruto, kau tak pandai”
“Begitu
ya? Yare-yare. Paman apa kau pernah menyukai sesama jenis? Dan orang yang kau
cintai itu adalah orang yang akan membunuhmu?”
‘Na-Naru...
kenapa? Kau, maafkan aku! Mungkin ini adalah yang terbaik untuk kita, aishiteru
Naru’ batinku agak terisak.
“Memang
siapa orang yang kau cintai eoh?”
“Sasuke,
Uchiha Sasuke! Kau kenal dengannya kan paman?”
“Naruto!
Maafkan aku! And one more aishiteru mo”
“Eh?
Paman Teuchi mencintaiku ya? Tapi maaf hatiku hanya untuk Sasuke seorang, ya
walaupun dia akan membunuhku” ucapnya terisak.
Ingin
rasanya aku menenangkannya. Mendekapnya, ingin aku mengucapkan hal yang sama
padanya. Namun bibirku hanya terdiam.
“Ayame!
Layani Naruto aku ingin pergi sebentar”
“Baik
tu.. ayah” ralatnya saat hendak mengucapkan suatu kata yang tidak patut
didengar saat sedang menyamar.
“Naruto,
aku pergi dulu” pamitku kepadanya.
Ku
meninggalkan Naruto dengan tatapan tetap datar. Ya ini yang terbaik Naruto.
@@@
“Baka
ototou! Kenapa kau masih disini? Apa kau telah menjalankan tugasmu heh?
Saso-chan hanya memberimu waktu 5 hari untuk eum ya kau tau”
“Aku
ingat baka aniki! Aku sudah memutuskan sesuatu pada hari kelima itu! ya
sesuatu! This surprise baka aniki, sudah sana keluar”
“Hn”
“Bagaimana
ini? Aku bingung! Baiklah sekarang baru hari keempat kan? Berarti besok. Dan
besok aku akan menjalankannya. Yup besok. Persiapkan dirimu U-chi-ha kau akan
menemukan sesuatu”
@@@
Brakk.
“Baka
ototou Naru-chan diculik, tadi ada message SOS gitu, kau harus menemukannya
sekarang, ah iya kita pakai alat pelacak ini saja yang di bikin SasoDei. Cepat
ototou.
Ku
ambil secara cepat alat pelacak yang ada di tangan Itachi. Aku langsung melesat
ke arah yang ditunjuk oleh alat pelacak. Ku mulai mencari Naru-chan tapi
apa-apaan ini? Lama sekali.
(-_-“)-_-“)9
Ku
buka pintu eumm kastil mungkin atau gubuk? Atau ah lupakan. Ku buka pintu
gudang itu. sepi satu kata yang cocok untuk ini. Manik onyx kelamku mulai
menjelajahi ruangan aneh ini.
‘Naru-chan’
Ku
mulai memberanikan diri untuk memulai langkah seribu memasuki ruangan aneh ini.
Ada yang mencurigakan di sini.
“Che?
Kenapa kau disini dobe?”
“Jangan
berisik teme, lepas nih, sakit tau”
Tut
tut tut
Bunyi
seperti alarm menjelajahi telingaku. Tapi aku tidak sedang memakai lebih
tepatnya tidak membawa gadget sama sekali. Alat pelacak, ayolah aku punya.
“Ada
bom teme! Cepat, bom yang dirakit Deidara akan meledak”
“Kau
masih memanggilku teme heh?”
“Urusai
teme, cepat”
“Aku
ingin membunuhmu jadi”
“Kau
serius teme? Kau”
Chuu~
Bibirku
bungkam, ah lebih tepatnya membeku atau aku diserang? Sejak kapan? Aku seme
tau.
“Untuk
terakhir kalinya teme”
Tut
tut tut tut
Bunyi
bom itu makin cepat dan aku tau sebentar lagi akan meledak. Ya aku tau itu.
deidara kenapa kau mengikat Naru-chan di tiang heh? Kenapa tidak di bangku
saja.
“Hahaha
sebentar lagi kau mati hiyyatt” triak suara yang datang dari langit. Ya sudah
kupastikan itu suara Deidara.
“Cepat
lari teme”
Chuu~
Ku
kecup bibir ranum-nya itu. ku mulai melepaskan tali yang mengikat tubuh
eksotis-nya itu. aku baru teringat di dalam tas kecil yang ku bawa ada pisau.
“Kita
pergi bersama dobe”
Ku
menarik lengan-nya untuk pergi menjauh dari temapat itu sejauh-jauhnya. Ya
karena aku tau Deidara akan melepaskan banyak bom rakitan. Namun entah mengapa
Naruto berlari dengan agak lama. Karena itu aku langsung membopongnya ala
bridal style.
Setelah
berada lebih dari 1 km aku berlari. Aku menurunkannya.
Plakk.
Tamparan ‘manis’ mendarat di pipiku yang mulus ini.
“Maaf”
“Aku
membencimu teme! Karena kau aku harus selalu mencuci sprei dan menjemur
kasurku. Aku membencimu karena aku telah terperangkap. Aku membencimu karena
aku lagi-lagi terjatuh. Aku membencimu karena kau selalu berhasil. Aku
membencimu karena kau menyelamatkanku. Aku membencimu karena kau menyayangimu”
Aku
hanya menatapnya bingung, walaupun aku tetap memasang tampang datar.
“Aku
selalu bermimpi tentangmu, aku selalu terperangkap oleh senyummu yang hanya di
berikan kepada orang-orang tertentu, aku terjatuh ya aku lagi-lagi jatuh cinta
kepadamu teme. Aku membencimu hiks kau selalu berhasil membuatku mencintaimu
selamanya. Aku hiks benci karena kau hiks menyelamatkanku tadi. Aku benci
karena kau selalu mengejarku. Hiks aku membencimu teme! Sangat” ucap Naruto
sedikit terisak.
Aku
hanya membawanya kedalam dekapanku. Berusaha menenangkannya.
Chuu~
Aku
mengecup bibirnya. Ingat hanya mengecup tak lebih. Dan itu membuatnya tenang.
Aishiteru Naru-dobe.
“Sekali
dobe tetap dobe” ledekku.
@@@
“aku
pergi ya! Aku menyayangimu. Aku akan berkunjung nanti tunggu aku 1 tahun lagi
ya aku akan menikahimu nanti”
Hari
ini aku akan berangkat ke New York. Apanya yang negara sebelah heh? Dasar.
Untung hanya satu tahun.
“TiTiDJ
ya teme”
“TiTiDJ?
Apa tuh?”
“Hati-hati
di jalan”
Chuu~
ku kecup keningnya dengan sayang. Dia hanya menunduk menahan merah di wajahnya,
sungguh manis.
1
tahun kemudian.
I’ll
back Naruto. Maaf, aku telah mengingkari janjiku. Ya aku tak dapat menikahimu
karena aku di tunangkan oleh Sakura. Target, target yang dimaksud adalah
menyatukan aku dengan si pink ini. Nasib baik aku baru di tunangkan, tapi janji
adalah janji. Restu atau tidak akan ku minta kepada tou-san.
“Suke-teme”
triak Naruto kencang seraya berlari kecil mendekat ke arahku.
Aku
pun merentangkan tanganku. Naruto mulai mendekat dan ia memeluk Itachi yang ada
di belakangku. What the hell, hei aku di sini. Dasar dobe.
“Fufufu
Suke-chan jealous tuh, Naru”
“Sasu-kun”
triak seseorang yang pasti sudah kuketahui yaitu Sakura.
“Hn,
kau siapa hn?”
“Aku
kan tunanganmu” ucapnya seraya bergelayut manja di tanganku.
Aku
melirik sekilas ke arah Naruto. Raut wajahnya menampakkan kekecewaan yang
mendalam.
“Naru-chan”
“You...
gahh aku bukan tunanganmu” bentakku saat melihat Naruto pergi menjauh.
Aku
sempat melihat jika Itachi sedang berbicara sesuatu kepada Sakura. Toh apa
peduliku, samar-samar aku mendengar Itachi mengucap nama Naruto, ah sudahlah.
@@@
“Uncle,
please” rajuk Sakura kepada tou-san.
“Kami
sudah memutuskan jika kau akan menikah dengan Sasuke, lagipula kenapa tiba-tiba
heh?” bentak tou-san.
“Aku
tidak akan bahagia jika tanpa cinta”
“Baiklah
pernikahanmu dengan Sasuke batal”
Apa
aku tidak salah dengar ya. Akhirnya ada yang bisa membujuk tou-san untuk
membatalkan pernikahan ini. Mata onyx kelam-ku menatap sesuatu yang aneh. Box?
Untuk siapa ini? Ku buka perlahan box itu. tampak sebuah ibu jari yang masih
baru. Aku tertegun sejenak.
Siapa
yang mengirimkan ini? Ada surat?
Haha
kau menyelamatkannya heh? Sa-su-ke? Secepat apapun kau berlari sejauh manapun
kau berlari kau akan mati Sa-su-ke. Sekarang Naruto dan Itachi ada di tanganku.
Segera ke XX tempat biasa kita menghabisi ‘mangsa’ Sa-su-ke. Disitulah
pilihanmu. Jika kau salah memilih kau akan melihat matahari malam.
Sial.
Sasori mati kau di tanganku. Aku mengepal tanganku erat. Melesat langsung ke
tempat yang dimaksud.
(-_-“)-_-“)9
“Sasori”
“Kau
datang juga Sasuke, kukira kau tak akan datang” ledek Sasori.
“Hidan”
“Maaf
Sasuke, aku memberitahu keberadaanmu dan Naruto” sahut Hidan menunduk. Yup yang
tau mansion keluarga Uchiha dan apartement Naruto hanya Hidan seorang.
“Munafik
kau, sekarang apa maumu Sa-so-ri”
“Hanya
menyuruhmu memilih. Kau mau melihat Naruto di bunuh atau Itachi? Kakakmu.
Silahkan pilih”
“Sasu-chan
aku saja” Itachi menyalonkan.
“Teme.
Biar aku saja” tawar Naruto.
“Aku
memilih dirimu saja. Apa itu bisa?” tanyaku menatap datar Sasori.
“Berani
juga kau. Tapi sayangnya itu tidak bisa. Cepat pilih Sasuke. Jika tidak kau
akan lihat nanti, aku baru mengirim ibu jari mereka kan? Mungkin sekarang kau
akan melihat semuanya terpotong”
“Keduanya
saja kau bunuh” jawabku datar.
“Kau
akan melihat matahari malam sebentar lagi Sasuke, Hidan dan Pein ikat Sasuke”
Inikah
akhirnya. Akhir yang menyakitkan. Ya otakku mulai berfikir jernih, jika aku
memilih Naruto ledakan itu akan terjadi, jika aku memilih Itachi ledakan itu
akan terjadi.
“Angkat
tangan, kalian sudah di kepung” triak salah satu polisi.
Kenapa
ada polisi disini. Tanyakan pada si pink Sakura saja. Karena ia yang telah
membawa polisi itu untuk memberiku peluang membebaskan diri.
@@@
Ya
jujur aku sekarang bahagia bisa menyatu dengan Naruto. Dan kuakui jika si pink
Sakura tidak membawa para polisi itu, mungkin aku lebih bahagia. Bisa berduaan
dengan Naru-dobe tercinta.di alam sana.
Onyx
kelam-ku menangkap sosok bayangan hitam. Dan sosok itu meninggalkan box hitam
mencurigakan. Tangan pucatku meraih box itu membukanya perlahan. Dan apa ini?
Hanya potongan boneka saja tapi berdarah-darah. Dan lagi-lagi surat.
Aku
masih hidup Sa-su-ke. Dan aku ada di sekitarmu. Berhati-hatilah Sa-su-ke, dan
awasi selalu bocah rubah itu. karena dia yang selanjutnya yang akan ada di box
itu. sejauh apapun kau berlari. Secepat apapun kau berlari. Aku menemukanmu.
Ingat dibunuh atau membunuh.
Bahaya
masih mengintaiku dan Naruto. Haruskah aku membunuh diri sendiri, untuk
mengakhiri semua ini. Aku akan mengakhirinya sendiri. Jika aku mati Naruto akan
menyusulku di menit kemudian.
FIN






0 comments:
Post a Comment