*Love is Never Wrong*
Warn : Shonen-ai. It’s my
world. Kkeke~
Pair : KaiSoo, SuKai,
SuLay
FF ini pernah aku kirim di socmed. Tapi, akhirnya aku kirim disini
juga deh. Hehe. -Akkey
Jika memang ini salah
Tunjukkan padaku yang mana yang benar
Bagimu dan juga bagiku
“Hyung” panggil Jongin atau biasa disebut Kai sambil bergelayut
manja di lengan namja bernama Joonmyeon yang biasa dipanggil Suho.
“Ne” Suho menatap lembut kearah Kai.
“Sukidayo” ucap Kai dengan menggunakan bahasa Jepang sambil
tersenyum lembut.
Deg.
Suho tahu menjalin hubungan lebih dengan adiknya sendiri itu
sangatlah salah. Namun, ia tidak tahu harus berbuat apa. Kai begitu keras
kepala. Bahkan terkadang Suho menyesali perbuatannya ini. Cinta yang diterima
olehnya juga salah. Cinta Kai kepadanya tidak seperti adik yang mencintai
kakaknya. Cinta Kai kepada Suho melebihi cinta adik kepada kakaknya. Cinta ini
salah. Hubungan ini juga salah. Tapi tidak menurut Kai. Dan, Suho tidak
mempunyai keberanian untuk membenarkan kesalahan ini.
“Sukida mo” Suho mengacak surai rambut Kai lembut.
Tidak. Jika Suho melontarkan kata yang salah itu akan membuat Kai
terluka. Dan, dia tidak akan senang jika Kai terluka karena kesalahannya. Tapi,
bagaimanapun juga Suho harus menghentikan semua ini. Semua ini salah.
Suho menghela napas pelan. Dengan tekad yang pasti dia mulai
menggenggam tangan Kai.
“Kai. Kkamjjong” panggil Suho dengan hati-hati.
“Ne. Hyung”
“Akhiri semua ini eotte?”
“Maksudmu hyung?” Kai melepas genggaman tangan Suho pelan sambil
menatap Suho dengan tatapan bingung.
“Ya. Hubungan ini salah Kai” lirih Suho pelan.
“Love is never wrong. Percaya itu hyung” Kai sedikit menaikkan satu
oktaf di kalimat terakhirnya, berharap Suho mengerti itu.
“Cinta memang tidak pernah salah. Tapi hubungan ini salah Kai”
“Bahkan kau tidak memanggilku dengan sebutan Kkamjjong lagi. Kau
membenciku kan hyung. Katakan” Kai berteriak geram.
“Aku tidak pernah membencimu. Percayalah. Aku selalu menyayangimu”
Suho mengelus lembut pipi Kai. “Anggaplah kita tidak punya hubungan lain selain
hubungan kakak-adik” lirih Suho sambil berlalu meninggalkan Kai yang hanya
terdiam membisu.
=3=
Pagi hari yang suram di keluarga Kim. Tak ada dialog sedikit pun
yang keluar. Tidak ada yang membuka pembicaraan sama sekali. Dinding tebal
seolah memisahkan kedua kakak beradik yang sangat itu.
Tuan dan nyonya Kim hanya diam saja. Mereka berdua tahu jika ada
sesuatu yang tidak beres dari kedua anak mereka itu. Namun, siapa yang berani
membuka pembicaraan saat kedua anaknya sama-sama diam dengan wajah yang
benar-benar datar.
“Aku selesai” Kai bangkit dari duduknya berlalu tanpa senyum
sedikitpun.
Setelah kepergian Kai akhirnya tuan Kim berani membuka pembicaraan.
“Jika kalian berdua ada masalah selesaikan dengan cepat. Aku tidak
ingin rumah ini menjadi dingin. Kau mengerti maksudku kan?”
“Appa dan umma akan pergi selama tiga hari. Jadi, usahakan kau
tidak membuat dinding penghalang. Dan, Yong ahjumma pamit selama tiga hari
kedepan. Buat makanan untuk kalian sendiri. Arrachi” sahut Nyonya Kim tegas.
Suho bangkit dari duduknya menunduk tanda memberikan hormat, lalu
berlalu tanpa mengucap sepatah katapun.
Suho mengikuti langkah Kai dari belakang. Pukk.
“Kau tidak ingin berangkat bareng dengan hyungmu yang tampan ini?”
goda Suho.
Kai menepis tangan Suho yang berada di pundaknya. “Bukankah kau
sudah membenciku” sindir Kai.
Suho menatap Kai intens lalu memeluknya erat. “Tak ada alasan
untukku membencimu”
Sekarang Suho benar-benar menjadi seorang pengecut. Dia tidak
pernah rela jika dirinya berjauhan barang semenit saja dengan Kai. Dan,
sekarang Suho benar-benar menyesal dengan apa yang ia lakukan. Memang di bibir
terlihat mudah. Tapi, nyatanya sangat sulit untuk dilakukan.
‘Maafkan aku yang hanya memberimu harapan’ batin Suho miris.
=3=
Saat bel istirahat berbunyi siswa di Boys Liberty School menghambur
keluar kelas. Begitu pula dengan Kai. Ia langsung memusatkan perhatiannya
kepada hyung tercintanya.
Deg.
Kai menggeram, giginya bergemelutuk sorot matanya tajam. Dia
melihat Suho sedang jalan berduaan dengan lelaki yang entah siapa itu. Ini,
pertama kalinya Kai melihat semua ini. Mereka berdua terlihat sangat akrab.
“Hyung” ucap Kai datar saat langkah kakinya telah mencapai dimana
Suho berdiri.
“Hanya sekali ini saja. Kurasa hanya kau yang bisa melakukannya”
Suho mengabaikan panggilan Kai.
“Hyung” bentak Kai datar, membuat banyak pasang mata yang menatap
mereka bertiga.
“Ah, ne. Soo. Kenalkan ini adikku Kai. Kai kenalkan Do Kyungsoo
temanku” ucap Suho sambil mengerlingkan sebelah matanya.
Jlebb.
Beribu pedang menancap tepat di hati Kai. Ini kali pertama ia mendengar
seorang Kim Joonmyeon atau Suho kakak, lebih tepat kekasihnya mengatakan bahwa
ia adiknya. Bahkan, satu sekolah tidak ada yang mengetahui jika mereka berdua
kakak-beradik. Ini benar-benar gila.
Terlalu perih untuk berada jauh dalam pembicaraan mereka berdua
akhirnya Kai memutuskan untuk pergi. Tanpa berpamitan sedikitpun.
=3=
“Jadi, itu adikmu?”
“Iya. Dia terlalu possesive terhadapku. Kuakui aku memiliki
perasaan yang sama padanya. Tapi, sepertinya kau bisa mengubah sedikit
sifatnya” Suho menarik napas pelan. “Dia mencintaiku, tapi bukan sebagai
hyung-nya. Sejujurnya aku juga memiliki hal yang sama. Namun, ini semua salah.
Jadi, bisa kau membantuku? Setidaknya membuatnya menganggapku hanyalah seorang
hyung baginya. Aku bisa membayarmu kalau itu diperlukan”
D.O tersenyum manis. “Tidak perlu. Kurasa aku merasakan sesuatu
yang ganjil disini” D.O tersenyum penuh makna. “Aku akan berusaha”
“Tapi. Jangan buat dia melupakanku”
“Aku mengerti” D.O menatap Suho intens. “By the way. Kau bilang kau
memiliki perasaan yang sama bukan? Apa kau bisa melupakannya secepat itu?”
Suho tersenyum miris menanggapi. “Aku tidak akan melupakannya”
D.O menatap Suho dengan mata yang berbinar-binar. “Manisnya” tanpa
aba-aba D.O memeluk Suho dengan erat.
Di sisi lain sepasang mata dari arah yang berbeda menatap tak suka
kearah mereka berdua. Namun, tidak ada dari mereka yang menyadari tatapan itu.
=3=
Suho tetap setia menunggu Kai di depan gerbang sekolah. Ia berniat
mengajaknya makan bersama dengan D.O, namun orang yang sedari tadi di tunggu
tidaklah kunjung datang.
“Aku akan kekelasnya”
D.O berlari kecil menuju gedung sekolah Kai ̶ di sini ada empat
gedung. Gedung satu sebelah barat itu terdiri untuk anak kelas atas atau lebih
tepatnya kakak kelas dasinya-pun dibedakan warna. Untuk anak kelas atas seperti
D.O dan Suho itu menggunakan warna biru. Gedung kedua sebelah utara terdiri
dari kelas bawah atau lebih tepatnya untuk para adik kelas yang masih semester
satu hingga empat bahkan gedungnya itu memanjang dan bertigkat tiga. Menggunakan
dasi berwarna hijau. Gedung ketiga disebelah timur bersebelahan dengan gedung
keempat. Disana hanya gedung untuk belajar. Seperti lab, ruang osis dan gedung
olahraga. Di gedung keempat hanya diisi jika hari Minggu dan hari-hari tertentu
karena itu gedung eskul dan gedung serbaguna. Disetiap gedung ada satu UKS dan
satu ruang guru. ̶ yang tepatnya berada
di sebelah utara.
Mau tak mau Suho harus mengikuti langkah D.O takutnya terjadi hal
yang tidak diinginkan olehnya maupun oleh D.O.
=3=
“Kau tau Lay? Kurasa dia sudah melupakanku. Dia sudah punya yang
lain. Bahkan seumuran dengannya. Aku pasti kalah” ucap Kai dengan nada sebal.
“Aku akan membatumu. Tenang saja”
Zhang Yi Xing. Atau Lay. Keturunan China teman baik Kai. Namun,
walaupun mereka teman baik. Tapi banyak yang tidak Kai ketahui tentang Lay. Dia
benar-benar tertutup. Dan Kai bertemu lagi dengan Lay sejak perpisahannya
semasa ia sekolah dasar. Dia pemalu, tapi siapa yang tahu di dalamnya.
“Kenapa belum pulang? Kakakmu menunggumu di gerbang sedari tadi”
D.O mendekati Kai yang sedang meringkuk di mejanya.
“Pergi” Kai menjawab datar.
“Ya! Aku akan keluar jika kau juga keluar”
“Kubilang pergi”
D.O menarik tangan Kai yang dengan cepat ditepis oleh Lay yang
tepat di sebelah Kai.
“Ambil yang kau mau dan pergi” ucap Lay dingin.
Cklek cklek cklek. Suho memainkan kenop pintu mengalihkan tiga
pasang mata yang menatap tajam ke arahnya.
“Kkamjjong” panggil Suho lembut sambil mendekati Kai yang masih
memperlihatkan sorot kebencian pada matanya. “Kajja” Suho mengulurkan sebelah
tangannya.
“Aku akan pulang bersama Lay. Sebagai kakak yang baik apa yang akan
kau lakukan heum?” sindir Kai.
“Lay? Siapa?”
“Tidak ada hubungannya
denganmu”
Twicth. Suho tahu banyak tentang teman-teman Kai, namun siapa yang
dimaksud Kai. Seiingatnya Kai tidak mempunyai teman yang bernama Lay. Suho mulai
kesal dengan semua ini. Dengan cepat dia menarik tangan Kai dan mengecup pipi
Kai sekilas. Lalu, menatap Kai dengan mata menyipit.
“Pulang” Suho mengeratkan pegangannya di tangan Kai atau lebih tepatnya
mencengkram tangan Kai. “Sekarang. bersamaku” ucap Suho penuh penekanan.
“Appo. Hyung”
Brakk.
Suho terpental akibat tendangan Lay. Suho mulai menatap Lay dengan
terpesona. Hei, siapa yang tidak tahu jika dia adalah president school.
“Kau ini orang macam apa?” Lay mengerucutkan bibirnya.
Suho menutup hidungnya dengan sebelah tangannya. Sial. Dia mimisan.
Tidak keren sekali, jika ia mimisan di tengah suasana yang seperti ini.
Tap. Lay turun dari meja. Dengan rasa bersalah yang tinggi dia
mulai mendekati Suho.
“Ini” Lay menyodorkan sapu tangannya tepat di depan Suho.
Suho menatap tangan Lay datar. Lalu beralih ke bibir Lay. Lagi-lagi
Suho mengalihkan pandangannya. Ini membuatnya gila. Dan, jangan pernah bilang
jika dirinya menyukai namja yang ada di hadapannya sekarang.
“Hyung. Sepertinya yang ditendang Lay bukan wajahmu. Kenapa
tiba-tiba kau mimisan?” ucap Kai sambil memasang pose berfikir di mejanya.
“Hentikan semua ini dan kita pulang” akhirnya D.O membuka suara.
“Setuju” ucap Lay lalu berbalik menatap D.O dengan tatapan bingung.
“Omong-omong kalian berdua siapa?” tanya Lay pabo.
Sesungguhnya, Lay sudah mengenal Suho. Bahkan ada dia mempunyai
rasa terhadap Suho. Namun, jika dia bilang dia sudah tahu Suho itu gawat. ya,
walaupun Suho memang terkenal. Tapi, tetap saja gawat baginya. Kan, disini dia
jadi murid pindahan. Berpura-pura harus ia lakukan.
Suho bangkit dari posisinya. Dengan cepat Suho menendang patahan
kaki Lay membuat Lay terduduk di tempat. Tiga pasang mata menatapnya tajam. Dan
yang ditatap hanya mencibir.
“Kau kenapa? Tidak bisa berdiri? Ck” cibir Suho. “Ayo kita pulang”
Suho menarik tangan Kai namun tak ada respon dari Kai.
“Setidaknya Lay mau membantumu tadi” ucap Kai dan D.O berbarengan.
Suho menghela napas pelan, sedikit dibaliknya badannya. Suho
menatap Lay yang masih berusaha untuk bangkit dari duduknya. Berlebihan?. Hei.
coba saja jika kaki kalian ditendang dibagian belakang lutut. Kalian coba saja
nanti dan rasakan.
“Baiklah. Aku tahu itu kode” cibir Suho.
Suho mulai membangunkan Lay dengan lembut. “Ghamsahamnida” ucap Lay
pelan.
=3=
“Ah iya, aku Kim Joon Myeon. Kau bisa memanggilku Suho. Dan dia Do Kyungsoo” Suho menatap D.O yang
berjalan di depan mereka berdua dengan Kai disebelahnya.
“Ah. sunbae?”
“Hn” Suho menanggapi. “Jadi,
Kau jadi pincang ne?” tanya Suho sambil memperhatikan cara berjalan Lay.
Memang, akhirnya mereka ̶ Suho, Lay, Kai, dan D.O ̶ memutuskan
untuk pulang bersama. Bahkan mereka jalan berdua-berdua. Kai dan D.O ada di
depan Suho dan Lay. Soalnya, Suho bilang pada mereka. ‘Jangan jalan berempatan
begini. Kalian akan memenuhi jalanan jika begini’. Dan hanya dituruti oleh Kai
dan D.O.
Kenapa Kai tidak bareng Suho. Karena, Suho bilang. ‘Lebih baik aku
bareng Lay saja aku rasa ia masih belum bisa berjalan dengan baik’. Sangat
modus.
“Ah. tidak kok”
“Mian” lirih Suho sambil mengecup singkat pipi Lay.
Lay merasa kedua pipinya memerah. Jantungnya berdegup kencang
melebihi biasanya. Orang yang ia sukai. Menciumnya, ya walaupun hanya sekedar
di pipi. Tapi, perbuatan itu bisa membuat Lay terbang ke langit.
Suasana diantara mereka berdua menjadi sedikit canggung. Lay yang
masih mencoba menyibukkan diri dengan ponsel di tangannya. Dan, Suho yang
berjalan santai sesekali ekor matanya memperhatikan Lay.
“Lay” ucap Kai lantang membuat Lay sedikit tersentak kaget. “Kau
bilang tadi kau akan menginap dirumahku kan?”
Lay menatap Kai dengan raut wajah bingung. Ia tak pernah ingat
kapan ia bilang seperti itu. Kebohongan apa lagi yang sedari tadi difikirkan
oleh Kai.
“Eh? Memangnya kap ̶ ”
“Sudahlah tak usah malu-malu. Ngomong-ngomong kau nginap di rumahku
juga ne. Biar rumahku ramai”
D.O yang merasa dirinya ditunjuk oleh Kai terdiam beberapa saat,
hingga akhirnya ia mengangguk pelan. Kai mulai menatap Suho meminta izin.
“Terserahmu. Tapi aku tidak mau memasak untuk kalian”
“Tidak perlu khawatir. Lay sedikit bisa memasak kok. Jadi nanti
kita tinggal duduk seperti raja saja. Hehe” Kai tertawa garing.
Kepalan tangan Lay tepat mengenai kepala Kai, membuat Kai sedikit
meringis. “Aku bukan pembantumu. Lagi pula kap ̶ ”
“Baiklah. Kita kerumahku”
“Jangan memotong ucapanku bodoh” geram Lay.
“Sudahlah. Dia memang seperti itu” Suho menengahi dengan ‘angelic
smile’nya membuat Kai dan Lay bahkan D.O pun, serta orang yang berlalu lalang
hampir oleng karenanya.
=3=
Sesuai kata Kai, Suho dan Kai hanya berkipas-kipas ria di ruang
tengah. Kai menyandarkan kepalanya di pundak Suho. Ingin sekali ia mengelus
surai kehitaman milik Kai. Namun, ia menahan semua itu. Ingat, D.O akan
membereskan kemelencengan yang ia buat. Semoga saja seperti itu.
“Hyung?”
Suho bergumam menanggapi, bahkan ia tidak menatap Kai yang sekarang
tengah berbaring di kedua pahanya.
Kai menghela napas pelan. Kesal. Itulah yang di rasakan Kai.
=3=
“Lay?”
“Eungg.. Yixing, sunbae” D.O menatap Lay dengan bingung. “Ah, kau
boleh memanggilku Lay sunbae” ucap Lay canggung.
“Kau bisa membantuku?”
Lay menghentikan kegiatannya memasak, menatap sekilas ke arah D.O.
“Jadi?”
Lay tersenyum lembut ke arah D.O “Tergantung”
“Mudah” ucap D.O diiringi dengan seringai di bibirnya.
=3=
“Hyung. Kumohon. Kiss me ne~” Kai menangkup kedua tangannya,
berpuppy eyes ria di depan Suho.
Suho yang melihat Kai sudah berpuppy eyes hanya mengangguk singkat.
Chuu~
“Hyung” Kai menatap Suho kesal. “Kenapa hanya di pipi”
Suho terkekeh pelan melihat tingkah Kai yang menurutnya sangat out
of character itu. Suho menangkup kedua pipi Kai, membuat Kai merona seketika.
“Ya! Disini ada kami” ucap Lay mengagetkan Suho dan Kai.
“Jangan ber lovey dovey ria di depan kami” sahut D.O menyetujui.
Suho dan Kai masih terdiam dalam posisinya tanpa mempedulikan D.O maupun Lay.
“Kalian mau terbengong berapa lama? Jika tidak mau makan yasudah.
Kajja hyung. Kita makan berdua saja. Kalau perlu kita habiskan persediaan
makanan mereka”
Suho dan Kai yang mendengar penuturan Lay, langsung melompat ke
meja makan.
=3=
“Hyung. Aku mau sekamar denganmu. Bukan dengan dia” Kai berteriak
sambil menunjuk-nunjuk D.O yang ada di sebelahnya. “Jika tidak bisa denganmu,
minimal dengan Lay. Aku tidak mengenalnya. hyung”
Suho tersenyum kecil. “Karena kalian belum saling mengenal itu”
Suho masih memasang ‘angelic smile’nya. “Sudahlah, jja” Suho berlalu sambil
menarik tangan Lay yang ada di sebelahnya itu.
“Hyung” triak Kai sambil menahan tubuh Suho. “Biar adil” Suho mengernyitkan
dahi. “Kita tidur berempat”
“Tidak” ucap D.O dan Lay berbarengan, sekilas Suho tersenyum penuh
arti.
“Kenapa? Kan kamar hyung berukuran King size. Sepertinya pas”
“Tidak. Itu pas. Tidak ada lebih” bentak D.O.
“Kenapa kau membentakku? Memangnya siapa kau?”
“Aish. Terserah apa yang akan kalian lakukan. Yang aku tahu. aku
tidur di kamarku. Jangan ganggu” Suho melambaikan tangannya lalu masuk ke
kamarnya. “Lay. Kau tidur denganku atau dengan siapa?”
“Denganmu” ucap Lay cepat.
=3=
“Pokoknya kau tidur di ruang tengah. Dan jangan masuk ke kamarku.
Arrachi?”
Sepeninggalan Suho dan Lay. Ternyata Kai masih tidak terima jika
dia tidur bersama D.O. namun, D.O hanya bisa pasrah. Mungkin, dengan perlahan
Kai akan menerima dirinya.
“Setidaknya beri aku selimut”
Brakk.
Pintu kamar Kai tertutup dengan menimbulkan bunyi yang keras,
membuat D.O kaget.
“Aish. Sabar. Sabar” D.O mengelus dadanya menahan amarah yang
hampir di puncak.
Kriett. Decitan pintu membuat D.O mendongak. Pintu eboni itu
terbuka pelan, menampakkan sosok Kai yang sedang berdiri angkuh.
“Kau, tidur denganku” ucap Kai ketus sambil membuka pintu kamarnya
lebar.
“Gomawo” D.O masuk ke kamar Kai dengan kepala menunduk.
“Jangan kepedean ya. Aku melakukan ini karena hyung mengancamku”
Kai menjawab seakan tahu apa yang difikirkan D.O.
‘Lagi-lagi karena Suho. Sekali saja karena keinginanmu. Aishh. Apa
yang aku fikirkan’ batin D.O kacau.
=3=
Di kamar Suho yang posisinya bersebelahan dengan kamar Kai, Suho
tengah tersenyum penuh kemenangan. Sambil berkedip genit kearah Lay yang
menatapnya heran.
“Kau ini kenapa?”
Suho tersenyum penuh arti. “Tidak ada” Suho mengecup pelan dahi
Lay, membuat Lay merona karenanya. “Selamat tidur”
=3=
“Sunbae” Lay mengguncangkan badan Suho pelan. “Sunbae. Irreona”
Suho membuka matanya, menatap Lay datar. “Tak ada morning kiss?”
“Ck. Memangnya kau ini siapa sunbae?. Sudahlah bangun. Aku dan D.O
telah memasak sarapan”
“Kai?”
“Sedang dibangunkan oleh D.O sunbae”
=3=
“Kai” triak D.O tepat di telinga Kai.
“Ughh. Nanti hyung. Lebih baik kau temani aku disini” desis Kai
sambil menarik tangan D.O lalu memeluknya erat.
“Kai. Ini aku D.O” ucap D.O sambil memencet hidung Kai.
Kai mengerjapkan matanya mencocokkan dengan sinar matahari yang
menyeruak dari sela-sela tirai di kamarnya. D.O masih memencet hidung mancung
Kai berusaha membuat Kai terbangun. Setelah, kesadaraan yang dikumpulkan Kai.
“Kau” jerit Kai horor. “Kenapa kau bisa disini. Dan turun dari
tubuhku”
“Apa kami mengganggu?” Suho dan Lay mengintip di balik pintu kamar
Kai.
“Hyung. Ini tidak seperti yang kau lihat hyung. Kumohon percaya
padaku. Ughh” ucap Kai panik saat melihat Suho yang melongokkan kepalanya.
“Baiklah, lanjutkan aktivitas kalian”
Kai tercengang dengan ekspresi yang Suho berikan kepadanya. Tidak
ada ekspresi kecemburuan dari sorot matanya. Apakah Suho sudah tidak
mencintainya lagi.
“Jangan melamun. Yang lain sudah menunggu di bawah”
Kai menatap kepergian D.O dengan tatapan datar. Tangannya mulai
mengepal erat.
=3=
Jiwa possessive di dalam diri Kai membuncah saat melihat Lay
menggandeng tangan Suho menuruni tangga mesra. Dengan penuh tekad Kai mendorong
Lay dari belakang. Namun, ternyata Suho menyelamatkannya. Dan, akhirnya Suho
mengancam Kai agar tidak melakukan hal aneh yang akan membunuh seseorang lagi.
Dia milikku. Kata itu yang terulang-ulang di otak Kai. Dari
berbagai cara Kai mencoba melukai Lay. Namun, nihil. Sama sekali tidak ada
hasilnya.
Lelah. Kesal. Cemburu. Jadi satu. Akhirnya, ia rela jika ia harus
berbagi pada Lay. Tapi, hanya sedikit. Tidak sepenuhnya. Karena, menurutnya
Suho selamanya miliknya.
“Kyungsoo-ah”
Entah mengapa saat mendengar nama itu sontak Kai menoleh mendapati
D.O yang tersenyum manis entah kepada siapa. Yang Kai tahu. Ia tak mengenali
pria yang menghampiri D.O itu.
Entahlah, saat melihat D.O tersenyum, hati Kai menjadi tenang dan
jantungnya berdetak lebih dari biasanya. Tapi, bukankah Kai pernah melihat D.O
tersenyum saat perkenalan pertama? entahlah, Kai merasa senyum D.O kali ini
lebih indah.
=3=
Semua ini terjadi begitu saja
Tidak ada rencana sama sekali
Karena hati tidak akan berbohong
=3=
Tiga hari berlalu, D.O dan Lay dipaksa Suho menginap sampai appa
dan ummanya pulang. Bahkan Suho sudah menyiapkan kebutuhan yang kira-kira
dibutuhkan oleh D.O maupun Lay.
Pagi yang cerah. Kai, masih cemburu dengan kedekatan Suho dan Lay Saat
menyantap makanannya pun Kai benar-benar diam tanpa kata. Bahkan, untuk melirik
sekilas ke arah Suho pun tidak ia lakukan sama sekali. Benar-benar berbanding
terbalik dengan Kai yang biasanya.
Kai menatap makanannya malas. Tak ada niatan untuk makan nasi
goreng bikinan D.O. Ia merasa muak dengan sikap Suho yang secara tersirat ingin
menjauhinya.
“Aku selesai” Kai bangkit dari duduknya tanpa melirik ke arah Suho
sedikitpun.
Selang beberapa menit setelah kepergian Kai, Suho menatap D.O
mengisyaratkannya untuk mengejar Kai.
D.O pun beranjak dari duduknya sedikit membungkuk pamit kepada Suho
dan Lay, lalu menyusul kepergian Kai. Dan, dimenit berikutnya Suho dan Lay
menyusul kepergian KaiSoo.
“Apa baju Kai pas di tubuhmu?” tanya Suho memcahkan keheningan.
Lay mengangguk kecil sebagai jawaban. Suasana diantara mereka
berdua sangat canggung. Sampai sebuah pertanyaan meluncur dari bibir Lay.
“Kau sudah memiliki kekasih sunbae?”
“Jangan memanggilku sunbae, panggil saja hyung” Suho mengacak pelan
rambut Lay. “Kenapa? Kau ingin tahu? Ahhh. Kau menyukaiku ya?” gurau Suho
seketika membuat Lay merona.
“Aishh. Ak-aku serius sunbae”
“Maksudmu hyung?”
“Iya, hyung”
“Punya” Suho menjawab santai. “KAIsihku” Suho mengerlingkan sebelah
matanya.
“Eh? Kai maksudmu?”
Suho menganggkat bahu. Dengan seringai yang tercetak jelas di
bibirnya Suho mempercepat langkahnya.
“Ya! Tunggu”
Suho menoleh sambil mengernyitkan dahinya. “Ingin sekali aku tunggu
heum?”
Lay membuang muka tak mau menatap Suho. Kini wajahnya memerah
campuran kesal dan malu.
“Kau merona” Suho menangkup wajah Lay yang tambah memerah.
=3=
Tangan D.O menepuk pelan bahu Kai dari belakang. Kai berusaha tak
peduli, ia pun melanjutkan langkahnya yang sempat tertunda tanpa melihat kebelakangnya.
Perempatan muncul di dahi D.O. merasa di abaikan D.O menarik kerah
baju seragam Kai, membuat Kai oleng kebelakang.
“Hyung. Kau ini apa-apaan?” Kai membalikkan badannya. “Kau. Kukira
Suho hyung. Mau apa kau?”
D.O tersenyum kecil. “Saranghae”
=3=
Seminggu berlalu. Setelah, D.O mengucap kata saranghae kepada Kai.
Kai menjaga jarak kepada D.O.
Sekarang, Kai menghabiskan waktu istirahatnya sendirian. Tanpa Lay.
Lay akhir-akhir ini tidak bersama dirinya lagi melainkan dengan Suho. Mood Kai
benar-benar buruk, ia menganggap Lay itu teman yang memakan temannya sendiri.
Angin sepoi-sepoi menyibakkan rambut kehitaman milik Kai.
“Hyung”
“Hm?” Kai tidak begitu
mendengar suara gumaman itu.
“Kenapa akhir-akhir ini kau bersama Lay? Kau tahu? Aku sangat cemburu.
Kenapa? Apa ada yang kurang dengan diriku? Apa aku punya salah hyung? Hyung.
Kumohon jangan menjauh dariku” Kai bermonolog ria sambil menyandarkan tubuhnya
di bawah pohon, matanya mulai terpejam.
Chuu~
Kecupan singkat di terima bibir Kai. Manik mata Kai membulat
seketika. Kai memegang bibirnya.
“Siapa dia?” Kai mengumpulkan kesadarannya. “Firts kiss ku” triak
Kai frustasi.
=3=
“Kyungsoo-ah. Apa yang kau lakukan?”
“Tidak ada”
Kai menoleh. Mendapati D.O dan seorang pemuda bercengkrama.
Entahlah, Kai merasakan ada kecemburuan di dalam tubuhnya. Ingin dia
menghampiri pemuda itu dan meninju wajahnya yang mengesalkan.
Kai mengacak rambutnya frustasi. Ada apa dengannya. Kenapa ia
cemburu.
Pukk.
“Kkamjjong?”
Suara itu. Suho. Kai berusaha mengabaikan suara itu. Namun, disisi
lain ia ingin sekali memeluk hyung kesayangannya itu.
“Kkamjjong kkamjjong kkamjjong kkamjjong kkamjjong kkamjjong
kkamjjong kkamjjong kkamjjong”
“Aishh. Ne, Hyung. Wae?” Kai menjawab kesal tanpa menoleh
sedikitpun kearah Suho.
“Cemburu ne?”
“Jika padamu iya hyung”
“Jika padanya?” Suho mulai memancing dengan kata-katanya.
“Aniya. Cintaku hanya untukmu hyung. Bukan untuknya”
“Jinjja?”
“Aishh”
“Melupakanku?”
“Aniya”
“Geotjitmal”
“Terserahmu hyung. Aku malas berdebat denganmu” Kai membalikkan badannya
menatap Suho kesal, lalu berlalu meninggalkan Suho sendirian.
“Kau puas? Jujur. Aku tidak bisa melihatnya kesepian” Lay muncul
dari tempat persembunyiannya.
“Sudahlah. Kau cukup membantu kali ini” Suho menampilkan ‘angelic
smile’nya seraya mencium pipi Lay sekilas tanpa memperdulikan beberapa orang
yang menatap heran kearah mereka.
=3=
“Bisakah kau membuka hati untukku?”
Kai terdiam membiarkan angin membelai lembut kulitnya tak peduli
dengan suara-suara aneh yang didengarnya. Bosan melihat langit malam berbintang
Kai menatap bawah. Manik matanya membulat lebar melihat siapa orang yang telah
memasuki halaman depan rumahnya dan membuat suara-suara aneh itu. “Kau! Kenapa
kau bisa disini? Pergi sana”
“Bisakah kau membuka hati untukku?”
Kai menggeram kesal mendengar kalimat itu. Giginya bergemelutuk
marah.
“Enyahlah kau” Kai berteriak histeris.
“Kkamjjong ireonna”
Kai menatap Suho dengan tatapan horor. Dengan cepat ia langsung
memeluk Suho erat seakan tak ingin pisah darinya.
“Siapa yang kau maksud?”
Kai menatap Suho penuh tanya. Namun, ia tahu apa arti dari
pertanyaan Suho. Dengan gelengan kecil Kai menjawab pertanyaan Suho.
=3=
“Jadi mimpi itu. Apa maksudnya? Aishh. Apa-apaan ini. Tidak mungkin
aku mencintainya. Ini kesalahan. Pohon jawab aku” triak Kai histeris sambil
menggoyangkan pinus tua itu dengan kencang.
“Jangan membohongi dirimu sendiri”
Kai menghentikan aksi bodohnya. Menatap pohon pinus itu dengan
tatapan horor. Dan ia membalikkan badan berharap ada seseorang yang melihat aksi
bodohnya dan orang itu mempermainkan dirinya. Namun, nihil. Tidak ada
seorangpun disana.
“Kejarlah”
Kai menatap horor pohon pinus yang ada dihadapannya. Dengan takut
ia bertanya.
“Menurutmu aku mencintai D.O?”
“Ya”
Kai memutuskan untuk pergi meninggalkan pohon pinus itu untuk
mencari D.O. Setelah mendengar penuturan pohon pinus itu dan mengingat
mimpinya. Ia berusaha untuk membuka hatinya pada D.O.
Tanpa sadar, Suho dan Lay ber high-five ria setelah kepergian Kai.
=3=
“D.O hyung”
D.O yang merasa dirinya dipanggilpun menoleh dan tersenyum manis
kearah Kai. Lalu, mendekat kearah Kai. Terdengar aneh memang bagi D.O, Kai
memanggilnya dengan embel-embel hyung, namun tak masalah bagi D.O.
“Saranghae”
=3=
Jika memang ini salah
Kenapa kejadian yang sama terulang lagi
=3=
Satu bulan berlalu, di dalam lubuk hati Kai ia ingin sekali memperkenalkan D.O kepada
orang tuanya. Dan, sekarang ia dapat membawa kekasih hatinya itu ke rumah untuk
diperkenalkan kepada kedua orang tuanya.
“Eh. Jadi ini yang namanya D.O? kyeopta” nyonya Kim memandang D.O
dengan tatapan senang.
“Ah. jadi namanya aslimu siapa nak?” ucap tuan Kim penasaran.
“Do Kyungsoo ahjussi”
Nyonya dan Tuan Kim saling bertatapan. Sorot mata terluka dari
manik mata nyonya Kim tercetak jelas membuat Kai dan D.O memandang heran.
“Maaf nak. Kami tidak bisa mengenalmu lebih jauh lagi untuk hari
ini. Semoga kau bahagia?”
Kai menatap ayahnya heran. Ia tak mengerti dengan semua ini. Pasti
ada yang tidak beres disini. Dan Kai harus mendengar sendiri atau terpaksa ia
mencari tahu paksa.
=3=
Tepat tengah malam yang sunyi Kai terbangun. Sengaja, ia menyalakan
alarm di handphone-nya. Memang ia masih mengantuk, tapi ada suatu hal yang
penting yang harus di bongkar.
Kai mengendap-endap memasuki kamar Suho seperti seorang pencuri
handal.
“Hyung? Kau belum tidur?”
“Belum. Kau sendiri? kenapa ada disini?” Suho mengalihkan
pandangannya kearah Kai.
“Kau harus membantuku hyung. Ini penting”
Setelah mendengar penuturan Kai. Suho hanya menguap lelah. Ia sudah
sangat mengantuk. Dengan sedikit terkantuk-kantuk Suho mengikuti langkah Kai
menuju perpustakaan keluarga. Katanya sih mungkin ada suatu kenangan yang
berharga yang tertinggal.
Setelah lebih dari dua jam berkeliling di perpustakaan keluarga
akhirnya Kai dapat tersenyum puas mendapati buku album. Kai mencari Suho yang
sejak tadi memutuskan untuk berpencar.
“Hyung”
“Wae?”
“Lihat”
“Memang siapa wanita itu? Itu bukan umma” Suho menyahut malas.
“Memang bukan. Ini umma D.O tahu. Kemarin aku bertemu dengannya
saat mengantar D.O pulang”
“Apa urusannya?”
“Ah iya. Ini. Bacalah baik-baik”
Kai memutar foto tersebut dan menunjukkannya tepat di depan Suho. Suho
membulatkan matanya seketika. Melihat tulisan yang ada di balik foto yang
ditunjukkan Kai padanya. Manik matanya seolah tak percayan dengan apa yang di
lihatnya.
‘My Beloved Wife’
Kai dan Suho saling bertatapan. “Jangan-jangan umma seperti itu
karena. . . .” ucap Kai dan Suho berbarengan.
=3=
Finally, Love is Never Wrong
=3=
Setelah semua itu berlalu, Kai berpura-pura tidak tahu apa-apa
mengenai seluk beluk sejarah keluarganya. Yang terpenting, liburan musim panas
ini akan berlanjut bahagia di pantai.
Kai tidak peduli apa yang terjadi selanjutnya. Mungkin, jika appa
dan ummanya melarang hubungannya dengan D.O dia akan menentang. Dia tak peduli
masa lalunya. Karena masa depannya bukan di masa lalunya, tapi di depannya.
“Hyung”
Suho mengernyit bingung ke arah Kai, ia memposisikan tubuhnya berjalan
di sebelah D.O sambil menggenggam erat tangan Lay.
“Kurasa aku memang dari lahir seperti ini”
Suho terkekeh pelan mendengar penuturan Kai. Dengan cepat Kai
mengaitkan tangannya dengan tangan Suho di belakang D.O. Di sisi lain Kai juga
menggenggam tangan D.O hangat. Sedangkan Suho juga melakukan hal yang sama
kepada Lay.
Mungkin dulu hubungan Kai dengan Suho terlarang. Tapi, Kai yakin
kali ini ia akan menang menghadapi semuanya. Tak peduli hubungan antara appa
dan ummanya serta umma Kyungsoo. Pengen appanya poligami trus cerai. Dia tidak
mau peduli lagi. Yang ia tahu, ia mencintai Do Kyungsoo dan satu hal yang baru
di temukannya adalah. Love is Never Wrong.
FIN






0 comments:
Post a Comment