*Stalker*
Shonen-ai. ChenMin main
pair.
Hope u like it^
Happy reading^^
Xiumin sedang menatap butiran-butiran bunga salju di luar jendela
dengan tatapan sendu. Beruntung tahun baru kali ini sudah lewat beberapa hari
yang lalu. Namun, sangat membosankan liburan kali ini.
Dan, yang lebih membosankan adalah. Ia harus masuk sekolah setelah
liburan yang membosankan ini. Besok.
“Boleh duduk di sini?” sebuah suara mengalihkan pandangan Xiumin.
“Silahkan” jawab Xiumin acuh tak acuh. Manik matanya masih menatap
keluar jendela berharap ada seseorang yang dapat menarik perhatian.
“Kenalkan aku Kim Jong Dae. Kau bisa memanggilku Chen” Xiumin
menatap Chen dengan penuh rasa bosan.
“Chen. Kurasa bangku di caffe ini ada banyak. Silahkan pilih salah
satu” ucap Xiumin ketus yang masih membelakangi Chen.
“Aku sudah memilihnya” jawab Chen santai. Xiumin hanya memutar bola
matanya kesal, terlihat lucu bagi Chen yang diam-diam memperhatikannya. “Kau
mau?” tanya Chen sambil menyodorkan bakpao tepat di depan Xiumin.
Xiumin membalikkan badannya sambil menatap datar Chen yang mulai
menjauh darinya. “Kau tau? Pengunjung caffe memperhatikanku seolah aku
melakukan hal salah” desis Xiumin saat melihat semua pengunjung caffe menatap
jijik padanya.
“Manis” gumam Chen tak sadar.
“Aku tidak manis” bentak Xiumin sambil mengerucutkan bibirnya.
Melihat ekspresi Xiumin, Chen mulai menggelus belakang telinganya.
Canggung. “Memang bukan kau. Yang ku maksud bakpao ini”
Wajah manis Xiumin memerah. Ada rasa malu tapi lebih banyak rasa
marah karena dia merasa dibodohi. Xiumin melirik Chen dari ekor matanya. “Bukankah
itu untukku?” tanya Xiumin sewot.
“Kau tidak bilang jika kau mau”
“Jika tidak ihklas tidak usah. Dasar pemberi harapan palsu”
Lagi-lagi Xiumin merasa dipermainkan oleh Chen. Dengan
menggembungkan pipinya Xiumin menusuk bibirnya sendiri. Dan, lagi-lagi Chen
hanya bisa terkekeh kecil melihat tingkah Xiumin.
Chen mulai mendekati Xiumin lagi dan. “Puffft” Chen menusuk-nusuk
pipi Xiumin yang menggembung dengan sebelah tangannya.
“Jangan sok akrab” bentak Xiumin.
Chen hanya menatap Xiumin dengan senyum manis yang mengembang di
sudut bibirnya, membuat Xiumin muak dengan tingkahnya. Chen menatap datar
Xiumin tanpa kata membuat Xiumin merasa dirinya sendirian.
Lama kelamaan Xiumin risih akan tatapan yang di tujukan Chen
padanya, walaupun dia membelakangi Chen namun tetap saja risih. Tangan Xiumin
diarahkan tepat di depan wajah Chen. Chen hanya menepis tangan Xiumin kasar dan
menatapnya sinis.
“Jangan sok akrab”
Xiumin tercengang. Itu kalimatnya tadi saat Chen menggangggunya
tadi. Tapi, tatapan Chen benar-benar sinis kali ini. Membuat Xiumin bergidik
ngeri berada di sebelah Chen.
“Itu kalimatku” sindir Xiumin.
Chen tidak menjawab, malah mengubah posisi duduknya yang tadinya
bersandar di punggung kursi menjadi menopang dagu sambil terus menatap Xiumin.
Xiumin menepuk keningnya. “Baiklah, aku tahu apa yang kau maksud.
Namaku Kim Min Seok kau bisa memanggilku Xiumin”
Seringai kecil terbentuk di bibir Chen. “Salam kenal”
“Bisa kau menyingkir tuan Kim? Aku sedikit risih dengan tatapanmu”
“Bukankah kau juga kim? Kim Min Seok?”
“Baiklah, aku akan menyingkir dari sini” Xiumin mulai bangkit dari
duduknya.
Pats! Kilat cahaya kamera membuat Xiumin sedikit mengangkat sebelah
tangannya.
“Seharusnya kau tidak perlu menutup wajahmu ‘Baozi’. Tapi ini
terlihat manis” Chen tersenyum sumringah mendapati hasilnya. “Tapi aku lebih
suka yang sebelumnya. Kau terlihat imut” sambung Chen sumringah tanpa menyadari
aura gelap yang dikeluarkan Xiumin.
“Hapus”
Chen hanya mendongak menatap Xiumin yang berdiri di depannya dengan
tatapan menantang. “Jika tidak mau bagaimana?”
Xiumin menggertakkan giginya. Memang, Xiumin paling anti dengan
yang namanya difoto diam-diam tanpa minta persetujuan darinya. Bukankah itu
menjengkelkan.
“Mati”
Manik mata Chen membulat seketika. Tantangan yang hebat. Begitu
yang ada di dalam fikiran Chen.
“Kau tidak tahu siapa aku?”
“Peduli sangat pada statusmu huh?”
Chen mengeluarkan sebuah kartu kecil ̶ seperti kartu memori ̶ dari
sakunya. Crack. Kartu kecil tersebut patah menjadi dua.
“Sudah. Apalagi?”
Xiumin menatap kesal ke arah Chen yang tengah menyeringai lebar
salah lebih tepatnya tersenyum penuh kemenangan.
=3=
“Kim Min Seok”
Xiumin mengalihkan pandangannya ke Kim songsaengnim dengan tatapan
super datar. “Nde” jawab Xiumin malas.
Pletakk. Penghapus papan tulis tepat mengenai kepala Xiumin. Dengan
tatapan membunuh Xiumin menatap Kim songsaengnim kesal.
“Apa salahku?” bentak Xiumin kesal. “Kim Jong Dae?” sambung Xiumin
kasar.
“Kau tidak memperhatikan pelajaranku” Xiumin hanya mendengus sebal.
“Dan kau menggunakan suara tinggi padaku” Xiumin mendecih. “Dan kau memanggilku
seolah-olah kau kenal padaku” Chen menyeringai senang. “Jangan sok akrab”
Xiumin menggertakkan giginya. Tangannya mengepal erat. Ingin
rasanya ia meninju guru baru yang sedang menyeringai senang itu.
“Aku ingat kata-katamu” Xiumin melepar penghapus papan tulis ke
arah Chen, namun dengan sigap Chen menangkapnya sambil menatap Xiumin datar.
Kelas menjadi hening. Kecanggungan terjadi. Xiumin murid teladan
yang sangat sopan dan pandai bela diri melakukan hal tadi? Mungkin kali ini dia
akan menjadi trending topic beberapa hari di sekolahnya seperti saat ia
memenangkan kejuaraan taekwondo tahun lalu.
Teng. Teng. Teng.
“Sampai bertemu lagi. Dan” Chen menatap Xiumin. “Kau. Sehabis
pulang sekolah temui aku di perpustakaan. Arraseo”
Chen meninggalkan kelas Xiumin dengan menyeringai mengerikan
menurut Xiumin.
“Xiu” Luhan mendekati Xiumin yang masih menelungkup di bangkunya.
“Kau dekat dengan Kim songsaengnim? Dimana kau mengenalnya sebelum ini?
Bagaimana bisa kau dekat dengannya? Bagaimana wataknya jika diluar?” tanya
Luhan bertubi-tubi.
Memang Chen atau Kim songsaengnim itu terkenal akan baik hati, dan
ketegasannya jika mengajar. Kemampuan akademi di bidang yang tidak di ajarnya
dia kuasai dengan mudah. Wajahnya yang tampan membuat semua orang
memperhatikannya. Dia dipandang seseorang yang sempurna. Oh, mungkin itu
menurut semua orang. Menurut Xiumin dia menyebalkan dan dia tidak sempurna.
“Menyebalkan” gumam Xiumin pelan.
“Kau tidak menjawab semua pertanyaanku” Luhan hanya berdecak sebal
melihat Xiumin sudah meninggalkannya. “Kau bisa lebih dulu mengenalnya. Kau
sangat beruntung mengenalnya lebih dulu daripada yang lain” sambung Luhan
seetengah teriak.
Luhan namja cantik ini termasuk salah seorang yang mengagumi Chen.
Namun, hanya kagum tidak lebih dari itu. Dia selalu berkata begitu. Dan kalimat
yang paling menyebalkan yang pernah di dengar oleh Xiumin yaitu ‘Kau bisa lebih
dulu mengenalnya. Kau sangat beruntung mengenalnya lebih dulu daripada yang
lain’.
Sudah diperkirakan sebelumnya. Saat Xiumin keluar dari kelas
bisik-bisik tentang dirinya sampai di telinganya.
“Jika kau menjadi terkenal itu akan membuatmu sulit” Xiumin
bergumam sambil mulai menggunakan earphonenya.
Entahlah, saat sampai di kantin sekolah Xiumin benar-benar telah di
cap sebagai namja kurang ajar. Begitu yang ada di fikirannya.
Pukk.
“Makanlah” D.O menyodorkan sebungkus bakpao kepada Xiumin.
“Gomawo”
“Ah, apa yang kau lakukan pada Kim songsaengnim?”
Xiumin hanya menatap D.O datar. Sebenarnya dia masih bisa mendengar
suara D.O namun, dia lebih memilih untuk tidak menjawabnya. Lagipula bukan dia
yang salah. Itu menurutnya.
“Kau. Melamun” D.O mengusap lembut wajah Xiumin berusaha
menyadarkan Xiumin dari lamunannya.
“Umma” lirih Xiumin membuat D.O memukul kepala Xiumin. Xiumin hanya
meringis sakit sambil tertawa palsu. Itu yang dapat dilihat oleh D.O, namun D.O
berusaha tidak peduli pada itu.
“Aku bukan ummamu”
“Appa” panggil Xiumin saat melihat sosok Suho yang tengah berjalan
di kerumunan orang. Xiumin mengisyaratkan Suho untuk duduk bersamanya dan D.O.
“Wae nae aegi?” Suho mendekati Xiumin dan duduk di sebelah D.O
sambil tersenyum manis.
Suho memang senang menanggapi Xiumin yang memanggilnya dengan
sebutan ‘appa’. Namun, lain halnya jika D.O. Entahlah, mungkin karena D.O di
panggil ‘umma’ oleh Xiumin.
“Umma sedang tidak bad mood. Appa” ucap Xiumin sambil
menunjuk-nunjuk D.O yang menyeruput bubble tea tepat di sebelah Suho.
“Ah? jeongmal? Nae anae sedang bad mood eoh?” Suho merangkul pundak
D.O mencoba menarik perhatiannya.
“Aku bukan umma dan aku bukan istrimu” D.O menunjuk Xiumin dan Suho
secara bergantian dengan tatapan bosan.
Xiumin mempoutkan bibirnys manis. Sedangkan Suho hanya terkekeh
pelan mendengar pengakuan D.O.
=3=
Saat pulang sekolah tiba Xiumin sengaja tak datang ke perpustakaan.
Dia malah melenggang menuju pagar sekolah
bersama Luhan.
“Kau. Benar tidak mau datang ke perpustakaan huh? Bagaimana jika
nanti ̶ ” ucapan Luhan terhenti saat melihat Xiumin ditarik Chen tanpa disadari
olehnya.
Luhan hanya menghela napas pasrah melihatnya. ‘Sudah kuduga’ pikir
Luhan sambil mengangkat bahunya.
=3=
“Kau ini mau apa sih?” Xiumin membenahi seragamnya yang tidak
beraturan akibat perbuatan Chen.
“Kau”
Xiumin tertawa kecil. “Kau jangan bercanda” Xiumin menjawab ketus.
“Sudah ku duga kau tidak percaya padaku”
“Jadi, apa niat tersembunyi hingga membawa diriku ini datang kemari
huh? Kim songsaengnim?” sindir Xiumin.
“Mendapatkanmu”
Xiumin berpura-pura menguap, menandakan dia sangat bosan dengan
penuturan pria di hadapannya ini.
“Tetaplah bermimpi jika memang itu yang kau mau tuan Kim Jong Dae
yang terhormat” Xiumin berlari dengan cepat meninggalkan Chen yang masih
terdiam.
=3=
Chen melamun saat pulang ke apartment tercintanya. Bahkan, dia
harus meminta maaf pada beberapa orang karena tak sengaja menubruknya. Hari ini
Chen hanya ingin bermalas-malas di atas ranjangnya yang nyaman.
Tidak seperti biasanya dia keluar rumah hanya untuk melihat Xiumin.
Sepertinya itu tak perlu ia lakukan lagi. Berhubung ia yakin akan bertemu
dengan Xiumin setiap hari. Kecuali hari libur tentu saja.
Chen memandang sekeliling kamarnya. Dimana-mana foto Xiumin. Dan
semuanya hasil bidikannya. Entahlah. Bisa dibilang ini cinta. Atau. Obsesi
semata. Tidak. Chen menganggap ini adalah sebuah cinta. Bukan sekedar obsesi.
Chen memang menjadi stalkers Xiumin. Semua tentang Xiumin dia
mengetahuinya. Kalian bertanya-tanya bagaimana Chen bisa mengenal Xiumin.
Ingatlah jika Chen dulunya seorang fotographer handal di tempat kerjanya. Dan,
waktu itu Xiumin memenangkan lomba taekwondo internasional, jadi Chen
mengabadikan banyak gambar Xiumin. Di saat itulah Chen tahu Xiumin dan dia
beralih karir dari fotographer menjadi stalker Xiumin.
Chen membuka laptopnya. Senyum terpampang jelas saat melihat
berbagai macam foto Xiumin. Dari berbagai pose ia lihat, sesekali ia juga tertawa
kecil.
Chen tersenyum kecil. “Baozi is mine”
=3=
“Lu. Kenapa aku merinding ya?” Xiumin mengelus tengkuknya.
Malam ini Luhan memang sengaja mendatangi Xiumin. Beralasan jika ia
ingin belajar bareng. Berhubung rumah Xiumin tidak ada siapa-siapa jadi Xiumin
hanya bisa mengiyakan ajakannya.
“Aku tidak membawa siapa-siapa saat kerumahmu” Luhan menghela napas
bosan.
Xiumin menutupi seluruh tubuhnya dengan selimut. Meringkuk di dalam
selimut. “Semoga aku masih bisa melihat dirimu Luhan”
Buku setebal 400 halaman di tangan Luhan pun melayang. “Aku tidak
mati bodoh”
“Aishh. Tidak perlu melempariku buku matematika kali” ucap Xiumin
sewot.
“Biar kau pintar”
=3=
Xiumin memasuki kelasnya dengan pelan. Berharap jika Kim
songsaengnim belum datang. Namun, perkiraannya salah. Kim songsaengnim tepat di
depannya sambil menyilangkan kedua tangannya di depan.
“Kenapa kau terlambat?”
Memang Xiumin kali ini terlambat. Mungkin karena tadi malam dia
tidak dapat tidur dengan tenang setelah Luhan pulang. Namun, alasan apa yang
akan di gunakannya.
“Aku terlalu larut belajar tadi malam” akhirnya kata itu yang
keluar dari mulut Xiumin.
“Apa yang kau pelajari semalam? Bisakah kau memperlihatkan padaku?
Ah ralat pada kami?”
Xiumin terdiam beberapa saat. Langsung mengambil kuda-kuda. Dan
mulai memperlihatkan kemampuan taekwondo-nya. Membuat Chen yang di depannya
hanya menghindar dari serangan yang ditujukan padanya.
Xiumin berfikir satu tendangan dapat melumpuhkan Chen namun, ternyata
perkiraannya salah. Chen terus menghindar dari serangannya. Satu-satunya cara
adalah. Duakk. Xiumin melompat sambil menendang Chen tepat di wajahya. Membuat
Chen oleng jatuh.
Xiumin menghentikan aksinya sambil terengah-engah. Xiumin
menyeringai senang saat dia berhasil menendang wajah Chen yang menurutnya
menyebalkan. Sedangkan Chen hanya menghapus darah yang ada di sudut bibirnya
dengan gerakan cepat.
“Hanya itu?”
“Jangan menyombongkan diri. Belum tentu kau lebih baik dariku”
“Begini caramu mengalahkanku?” Chen menyeringai. “Dasar lemah.
Duduk” Chen sedikit membentak Xiumin.
Xiumin menarik kerah kemeja yang dipakai Chen dengan kasar.
Mengsejajarkan wajah Chen dan wajahnya.
“Aku tidak akan kalah darimu. Pengecut” cengkraman tangan Xiumin di
kerah kemeja Chen mulai mengendur.
“Ya. Karena aku akan mengalah padamu” Chen mengambil tangan Xiumin
lalu mengecupnya sekilas.
=3=
“Kau tahu? Xiumin? Kau membuat moment dengan Kim songsaengnim”
Xiumin hanya mendecih.
“Dan. Kurasa kau telah membuat anak di kelas kita heboh
membicarakanmu”
Xiumin memandang tangannya yang tadi sempat di kecup sekilas oleh
Chen.
“Bagaimana rasanya? Maniskah?” goda Luhan.
“Luhan. Bisa aku ke toilet sekarang? sepertinya aku harus mencuci
tanganku takut terjangkit virus yang tidak-tidak”
Xiumin bangkit dari duduknya lalu pergi meninggalkan Luhan yang
masih memakan makanannya.
=3=
Syurrr.
Keran air mulai menumpahkan isinya. Xiumin mencuci tangannya hingga
lebih dari lima kali. Dengan kesal ia menatap cermin besar di depannya.
“Kenapa di hapus?” Xiumin membelalakkan matanya saat melihat
bayangan Chen yang ada di dalam cermin.
“Ini hanya ilusi” tekad Xiumin sambil terus memperhatikan wajah
Chen di dalam cermin.
Tampan.
Tanpa sadar Xiumin mengulurkan tangannya untuk mengelus permukaan
cermin.
“Apa yang kau lakukan?”
Sebuah tangan melingkar di pinggang Xiumin membuat Xiumin hendak
melempar pukulannya.
Tap.
Chen tersenyum manis di depan Xiumin. “Aku tidak menyangka kau
ternyata menyukaiku juga”
Xiumin membuang mukanya. “Che? Jangan berfikir kau tampan lalu kau
bisa dengan mudah menggaet ribuan orang di luar sana” Xiumin hendak menyingkir
dari hadapan Chen.
“Mwo? Secara tidak langsung kau mengakui jika aku ini memang tampan
bukan?”
Xiumin berbalik menatap Chen tajam.
“Temani aku seharian ini” ucap Chen datar.
“Apa rewardnya?”
Chen terkekeh kecil. “Terserah apa maumu”
“Kau. Mati”
“Nanti sepulang sekolah ku tunggu di gerbang”
=3=
Xiumin meregangkan ototnya. Pelajaran kali ini benar-benar
membuatnya bosan. Bukan, amat bosan. Dengan malas ia mulai menuruni satu
persatu anak tangga. Memang kelas Xiumin berada di tingkat dua.
“Xiu”
Xiumin dengan malas menoleh ke belakangnya.
“Kali ini kita pulang bareng ya”
“Mianhae. Aku harus ke toko buku sehabis pulang sekolah” jawab
Xiumin kecil.
“Aish. Xiu please”
“Luhannie. Gomen”
Luhan hanya menghela napas pelan melihat punggung Xiumin yang
menjauh.
=3=
Xiumin hendak kabur dari ajakan Chen. Namun, apa daya. Dia malah
bertemu Chen yang telah menunggunya di
belakang sekolah. Menyebalkan bukan. Mau tidak mau Xiumin mengiyakan
ajakan Chen. Walaupun, rewardnya Chen mati. Tapi, tetap saja seharian dengan
Kim Jong Dae. Oh, Xiumin tak dapat membayangkan apa yang terjadi.
Tidak disangka ternyata Chen mengajaknya makan di apartment Chen yang
ternyata di penuhi foto dirinya. Dari berbagai macam aktivitasnya. Untung saja
saat dia mandi tidak ada. Jika ada mungkin Chen sudah remuk sekarang.
Agak kaget memang melihat apartment Chen. Namun, di bandingkan
kamarnya apartment Chen rapih sangat. Bahkan tidak ada yang namanya lemari, tv,
atau barang-barang wajib lainnya. Hanya ada peralatan dapur, Xiumin sedikit
curiga karenanya.
“Kukira kau akan membawaku ke restaurant mewah” ledek Xiumin.
Sambil mencabuti foto dirinya yang ada di dinding.
“Tidak perlu” Chen datang sambil membawa nampan. Melihat Xiumin
yang asik mencabuti fotonya. Chen menarik tangan Xiumin dan mendudukkannya di
bangku.
“Jangan mengambil apa yang bukan milikmu. Kau membuat tatanannya
hancur” geram Chen sambil menarik foto yang ada di genggaman Xiumin.
“Heh. Kim Jong Dae! Kau itu stalker-ku ya?”
“Panggil aku Chen”
“Jawab aku”
“Tidak”
“Ah iya. Mana ada maling yang mau mengaku?”
“Aku bukan maling”
“Ya! Kau itu maling. Dengan seenak hati kau mengambil fotoku
diam-diam. Apa lagi jika bukan maling? Huh? Pencu ̶ ”
Kecupan singkat tepat di bibir Xiumin. Tapi, Xiumin tidak
menolaknya sama sekali. Xiumin terdiam sesaat sambil memegangi bibirnya.
“Aku tidak ingin meributkan hal tidak berguna seperti itu” ucap
Chen datar. “Aku ingin makan malam ini berakhir romantis. Tapi tidak dengan
makan makanan mewah di restaurant”
“Terserah kau saja tuan Kim Jong Dae” jawab Xiumin ketus.
Chen hanya tersenyum kecil melihat Xiumin yang kini hanya
menggembungkan pipinya imut.
“Apa-apaan lilin ini? Bukankah kita sudah ada lampu kenapa harus
menggunakan lilin seperti ini? Lagipula mana koreknya”
Cklik. Gelap.
“Ya! Kenapa kau matikan?”
Tak ada tanggapan dari Chen. Clap. Chen menjentikkan jarinya. Lilin-lilin
yang di truh Chen di meja makan menyala dan menerangi ruangan itu.
“Oh. Sombongnya. Jadi kau hanya mau menunjukkan ini?”
“Habiskan saja makanmu. Jangan berisik”
Xiumin mendecih pelan, lalu menyantap makanannya dalam diam. Chen
hanya menatap Xiumin dengan tersenyum kecil. Xiumin yang merasa ada yang
memperhatikan menjadi risih. Namun, ia harus menghabiskan makanannya. Bakpao,
makanan penutupnya. Tentu saja akan habis hingga makanan penutupnya.
Xiumin menatap Chen kesal.
“Jangan menatapku”
Grep. Chen menggenggam kedua tangan Xiumin, membuat Xiumin terkaget
ria melihat prilaku aneh Chen.
“Chen”
“Sttt. Jangan berbicara dulu” Chen menempelkan jari telunjuknya di
bibir Xiumin, membuat Xiumin terdiam.
Chen menjentikkan jarinya. Lampu kecil berwarna-warni menyala dalam
gelap. Chen masih menggenggam kedua tangan Xiumin lalu meletakkan tangan Xiumin
di dadanya. Senyum manis masih terpasang di bibir Chen.
“Aku memang bukan pria romantis, aku memang bukan pria yang manis,
aku juga bukan pria sempurna” Chen mengecup tangan Xiumin yang masih
digenggamnya. Chen menggunakan sebelah tangannya untuk merogoh saku celanya.
Xiumin menatap Chen bingung. Untuk kesekian kalinya Chen
menjentikkan jarinya.
Semua foto Xiumin yang tadi sempat di cabut oleh Xiumin bersinar
membentuk sebuah tulisan yang berbunyi ‘Would U Be Mine’. Chen bangkit dari
duduknya dan sedikit menggeser bangku yang tadi ia duduki. Chen menarik Xiumin
untuk berdiri.
Chuu~
“Saranghae”
FIN







0 comments:
Post a Comment