*Bandul*
Warn: Shonen-ai. SasuNaru main
pair.
Kadang hidup terasa hambar
Namun itu semua terjadi jika tanpamu
“Sakura-chan” panggil Naruto sedikit membentak seraya berkacak
pinggang di bawah jembatan sungai.
“Hai.” Jawab Sakura singkat. Membuat Naruto ingin melayangkan tinju
sesegera mungkin.
“Baka! Kau sudah membuatku terjatuh di dalam sungai dan kau tidak
bertanggung jawab? Perempuan macam apa kau ini” triak Naruto sambil melemparkan
air ke wajah Sakura.
“Kau membuatku seperti berada di posisi yang menjijikkan” Sakura
mendengus.
“Bantu aku bangun dari sini”
“Cih manja sekali” Sakura mulai luluh menghampiri Naruto.
Memang benar Sakura yang telah melemparnya. Tapi itu semua
kesalahan sang Uzumaki. Siapa yang menyuruhnya untuk mengganggu Sakura yang
sedang bosan, itu kesalahan.
Brukk. Naruto berusaha menarik tangan Sakura dengan cepat. Namun,
dilampiaskan dengan kencang oleh Sakura. Seringai terbentuk dari bibir Sakura
yang sudah ada di atas jembatan lagi. Naruto hanya mendecih pelan.
“Kurang cepat” Sakura meledek sambil tertawa.
“Kuso!” Naruto menarik dirinya yang basah menghampiri Sakura yang
masih menampakkan wajah senyum lebih tepatnya tertawa yang mengerikan.
“Yoo. Maaf ya tadi aku...” ucap Kakashi tiba-tiba datang.
“Bertemu nenek-nenek dan membantunya?” Triak Naruto.
“Atau tersesat di jalan yang bernama kehidupan?” tambah Sakura
bosan.
“Hahahaha. Gomen ne. Engg. Hei Sakura” Sakura menoleh ke arah
Kakashi bosan. “Kenapa dengan Naruto?” Kakashi menatap Naruto yang masih berdiri
dengan baju yang basah.
“Oh. Aku tidak tahu” Sakura membalas dengan bosan, berpura-pura
tidak tahu. ya, walaupun sesungguhnya ia yang membuat Naruto basah seperti itu.
Naruto menatap Sakura dengan tatapan kesal. Manik sapphire-nya
beralih menatap Kakashi yang malah asik membaca buku kecil aneh itu. Dengan
menghentak-hentakkan kakinya Naruto membuat kegaduhan di sekeliling Kakashi.
“Kakashi-sensei” triak Naruto dan Sakura berbarengan.
“Ah iya. Maaf ya. Aku melupakan kalian” Kakashi tersenyum kecil di
balik maskernya.
Kring. Kakashi menunjukkan bandul berkerincing itu tepat di depan
wajah Naruto dan Sakura sambil di goyangkannya membuat bandul itu
berkemerincing mengeluarkan suaranya. Manik emerald milik Sakura dan manik
sapphire milik Naruto menatap bandul itu seperti terhipnotis.
“Aku punya hadiah. Jika salah satu dari kalian dapat mengambil ini
dariku. Maka, aku akan memberikan hadiahnya pada pemenangnya”
“Apa hadiahnya?”
Kakashi menyeringai di balik maskernya saat mendengar pertanyaan
dari Naruto. “Akan kau ketahui setelah kau mengambil ini dariku”
“Sama seperti waktu itu ya?” lirih Sakura sedih.
Kakashi menatap anak didiknya itu dengan tatapan yang sulit
diartikan. Di sisi lain Naruto mengetahui apa yang terjadi dengan Sakura.
“Tidak ini beda” Sakura mendongak menatap Kakashi. “Sekarang kuberi
waktu. Dalam lima jam, jika tak ada satupun dari kalian berdua yang
mendapatkannya. Segera kembali” Naruto mendengarkan penjelasan Kakashi dengan
seksama. “Dan, bandul ini tidak akan selamanya ada di tanganku” Sakura maupun
Naruto mengerutkan dahinya bingung. “Lima jam dari”
Sakura menatap Kakashi yang tengah menyeringai di balik maskernya. Naruto
merangkul Sakura dengan fake smile dibibirnya.
“Kita bertarung Sakura”
“Sekarang” Kakashi menghilang tanpa bekas.
=3=
“Aku tidak menyukai ini”
Tsunade wanita cantik yang sudah berumur itu hanya terkekeh kecil
mendengar penuturan sang aliansi desa. Shizune membersihkan kardus kosong yang
sangat besar di sudut ruangan.
“Tapi Naruto akan menyukai kejutan ini” Tsunade berteriak girang.
“Bisa mencari cara yang lain?”
“Aku tidak mau membuang waktuku hanya untuk mengurusmu. Lebih baik
kau persiapkan diri untuk bertemu dengannya di sore nanti” ucap Tsunade santai.
Kedutan tercipta di dahi sang Uchiha. “Ck. Merepotkan”
“Sudahlah. Toh aku tidak menyuruhmu untuk berpakaian seperti wanita
kan? Terima saja” sahut Tsunade bosan.
“Sebodoh itukah Naruto. Sampai ia tidak tahu aku sudah kembali dari
bulan lalu”
“Kau tahu Naruto kan?” ucap Tsunade sambil meraih gelas sake-nya.
Sang Uchiha menatap Tsunade dengan tatapan ngeri. “Jika Sakura yang
menang bagaimana? Aku sudah membelikan bandul itu untuk Naruto. Bukan Sakura”
“Tidak akan terjadi. Aku sudah merancang semua ini dengan baik.
Wahai, Uchiha” ledek Tsunade santai.
“Semoga saja bandul yang kubelikan untuk Naruto tidak jatuh di
tangan yang salah” gumam sang Uchiha.
Tsunade dan Shizune yang berada di sudut ruangan mengalihkan
pandangan mereka yang tadinya menatap kardus kosong yang ukurannya besar
beralih menatap sang Uchiha bingung. Sedangkan sang Uchiha hanya mendecih
pelan. Lalu, keluar dari kantor hokage.
=3=
Naruto sedikit lelah. Kali ini Kakashi benar-benar sulit untuk
dijangkaunya lebih tepatnya ini lebih sulit dari biasanya. Jebakan yang dia
rancang. Tidak ada yang berhasil. Dan alhasil baju Naruto benar-benar kotor
dengan lumpur, daun, bahkan tepung.
Namun, jika Kakashi sudah mengatakan ‘Akan kau ketahui setelah kau
mengambil ini dariku’ itu berarti hadiah yang akan diberikan oleh Kakashi
bukanlah sembarang hadiah. Apalagi jika Kakashi sulit di capai. Itu benar-benar
hadiah yang hebat.
Karena itu, Naruto tak akan menyerah hingga disini. Karena ia
yakin. Hadiah yang akan didapatnya adalah hadiah yang hebat. Atau mungkin
hadiahnya ini adalah hadiah yang diinginkan oleh banyak oleh tapi limited
edition.
“Kurasa hadiahnya adalah ramen” Naruto meregangkan otot tangannya
sambil terus mencari Kakashi atau lebih tepatnya bandul yang ada di tangan
Kakashi. Dengan jurusnya, Naruto membuat dirinya menjadi banyak agar mudah
untuk mencari bandul itu.
=3=
“Ah. kau disini Sasuke”
“Fake smile”
Brukk. Sai menghambur memeluk Sasuke. Dengan raut wajah bingung
Sasuke mencoba membalas pelukan Sai, tapi sebelum tangan Sasuke melingkar di
pinggang Sai, Sai melepaskan pelukannya.
“Gomen” Sai menunduk. “Bolehkah aku menggambar dirimu? Sasu?”
Sasuke sedikit shock dengan penuturan Sai, namun itu semua
tertutupi oleh wajahnya yang datar.
“Untuk apa?”
“Kau akan tahu nanti”
=3=
Namamu, senyummu, wajahmu
Selalu dan selamanya
“Kaa-san. Aku frustasi” Naruto berteriak sangat kencang di tengah
hutan yang sedang ia tapaki. Sedangkan, Naruto yang lain menghilang seperti
ditiup angin.
“Ganbatte ne. Naruto”
Bayangan Kakashi menghilang dari hadapan Naruto setelah mengucapkan
kata itu. Naruto yang masih belum sadar akan apa yang terjadi hanya terdiam
beberapa saat. Manik sapphire-nya membulat seketika. Tatapan Kakashi tadi
seolah mencemooh dirinya.
“Kakashi-sensei. Akan ku dapatkan hadiah itu. Jangan remehkan
seorang Uzumaki Naruto” Naruto berteriak lebih kencang dari yang tadi.
=3=
Sakura terduduk di pinggir sungai sambil memperhatikan bayangan
wajahnya di air sungai yang bening itu.
“Kenapa aku sedari tadi tidak menemukan Kakashi-sensei” gumam
Sakura sambil memainkan ranting pohon yang di temukannya.
“Kira-kira Kakashi-sensei ada dimana?”
“Disini”
klincling. Kakashi duduk dengan santai di atas pegangan jembatan
sungai sambil memainkan bandul di tangannya.
Manik emerald milik Sakura menatap Kakashi sambil menyeringai.
Perlahan Sakura mulai mendekati Kakashi.
“Kali ini akan ku dapatkan itu”
=3=
Napas Naruto terengah-engah. Ia kehabisan tenaga. Mengejar Kakashi
kali ini benar-benar membuatnya lelah. Ia mendudukkan dirinya. Dan menyandar di
salah satu pohon yang menjulang tinggi itu memposisikan agar tubuhnya merasa
nyaman.
Srakk. Selembar kertas berhenti di depan wajahnya. Manik matanya
menatap dua huruf yang terpampang jelas di kertas itu. huruf S dan huruf U.
Splash. Kertas itu menghilang dengan sendirinya. Naruto masih
berfikir dengan otaknya.
“Sasuke Uchiha” gumam Naruto pelan. Entah mengapa hanya itu yang
ada di fikiran Naruto. Apakah, ia merindukan Sasuke?
Senyum mengembang di bibir Naruto. Seolah mendapat tenaga yang
cukup akhirnya Naruto memutuskan untuk mencari Kakashi yang hilang bersama
dengan bandulnya.
Secercah cahaya membuat Naruto tertarik untuk melihat cahaya itu
dari dekat. Perlahan tapi pasti Naruto menatap tajam benda itu. Benda itu, yang
ia cari selama lebih dari lima jam terakhir ini.
Naruto mengambil bandul itu. Sebisa mungkin ia mengambilnya tanpa
menimbulkan bunyi kemerincing yang ditimbulkan bandul itu. Naruto tersenyum
puas mendapati itu. Ia memutuskan untuk pergi ke jembatan sungai sesuai
perjanjian.
Saat sampai disana manik Sapphire-nya menemukan Kakashi yang sedang
asik membaca buku kecil yang selalu ia bawa kemanapun.
“I got it” Naruto memamerkan bandul yang ada di tangannya dengan
bangga. Bahkan, ia memamerkannya dengan dengan senyum lima jari andalannya
sambil berloncat-loncat ria.
Kakashi tersenyum meremehkan di balik maskernya. Sebelah tangan
Kakashi ia gunakan untuk mengacak surai kuning Naruto.
“Kau berhasil Naruto. Sekarang. Kita tunggu Sakura. Mungkin
sebentar lagi ia datang”
Sakura datang dengan terengah-engah sama seperti Naruto. Keadaannya
sangat berantakan. Namun, lebih parah Naruto tentu saja.
Sakura menatap tangan Naruto yang masih menggenggam bandul itu. “Jadi.
Kau sudah mendapatkannya Naruto? Aishh”
=3=
“Jadi, hadiahnya apa?”
Kakashi tersenyum kecil di balik maskernya. Tanpa menjawab
pertanyaan dari Naruto. Kakashi mempersilahkan Naruto masuk ke ruangan hokage
bak seorang pelayan yang mempersilahkan tuannya.
Sakura yang di belakang Naruto berjengit kaget. Gambar Sasuke
bertebaran dimana-mana. Di setiap dinding ada Sasuke. Namun, ada satu kardus
besar yang mengalihkan pandangan Naruto dan Sakura dari sketsa wajah Sasuke
yang menempel di setiap sudut dinding.
“Kenapa semua orang ada di sini, sensei?” tanya Naruto saat melihat
kesekelilingnya banyak teman-temannya, bahkan ada Gaara.
Kakashi lagi-lagi diam tak menjawab. Dan untuk kesekian kalinya
Naruto berdecak sebal. Dengan menghentak-hentakkan kakinya, Naruto mendekati
kardus besar itu.
Srakk. Bunyi robekan terdengar. Dengan perlahan Naruto membuka
kardus besar itu. Sedangkan, Sakura hanya menatap kardus itu dari kejauhan
dengan tatapan penasaran.
“Merindukanku. Heh? Dobe?”
Suara itu sangat familiar bagi Naruto. Sasuke Uchiha. Lagi-lagi
nama itu yang ada di fikirannya.
Sasuke muncul dari dalam kardus besar itu dengan senyum tipis yang
tulus. Sakura yang melihat Sasuke ingin berlari dan memeluk Sasuke. Namun,
tangan Kakashi menahannya. Dan Sakura hanya patuh.
Naruto yang melihat Sasuke yang tersenyum tipis ke arahnya membuat
dirinya hampir menangis saking bahagianya. Atau lebih tepatnya berteriak sambil
menangis. Ini adalah hadiah terindah yang pernah ia dapat.
Naruto bersyukur dalam hatinya. Bersyukur karena ia yang
mendapatkan hadiah ini. Dan bersyukur karena ia tidak putus asa untuk
mendapatkan bandul aneh itu.
Naruto ikut masuk ke dalam kardus besar itu, menatap Sasuke dari
jarak sangat dekat. Ia sangat merindukan sosok Sasuke. Suaranya, wajahnya,
bahkan senyumnya yang jarang diperlihatkan kepada orang lain.
Sasuke mengusap pelan wajah Naruto menyadarkannya dari lamunannya.
Naruto menggigit bibir bawahnya menahan tangis haru yang akan keluar.
Sasuke memasangkan cincin yang bertuliskan ‘Sasuke’ di jari manis
Naruto. Manik Naruto tidak bisa lepas dari jarinya yang kini dihias cincin.
Sasuke mengecup tangan Naruto mesra membuat Naruto merona.
“Would u be mine”
Tanpa disadari Naruto menangis terharu, membuat semua orang
termasuk Sasuke bingung karenanya. Naruto memeluk erat Sasuke seolah tak ingin
berpisah lagi.
“Sukidayo. Teme”
Sasuke membalas pelukannya hangat. Namun, Sasuke melepaskan pelukan
Naruto, manik onyx-nya menatap Naruto yang masih menunduk. Sasuke mengangkat
dagu Naruto dan menatapnya dalam. Sasuke menghapus jejak airmata di sudut mata
Naruto.
Chuu~
Sasuke mencium sekilas bibir Naruto tanpa mempedulikan tatapan
membunuh dari banyak orang yang ada di sana.
“Sukida mo”
FIN
By: -AkKey Http://akkeyhere.blogspot.com






0 comments:
Post a Comment