Xiumin. Pemuda bertubuh mungil itu menangis dalam. Tidak. Dia tidak menangis, tapi ia sedang bersedih. Ia ingin marah melampiaskan semuanya tapi, ia sadar akan segala hal. Ia ingin menangis. Tapi, kenapa ia harus menangis.
Apa yang harus dilakukan pemuda mungil itu saat ini.
=Why him?=
Sequel Never ending love story? Maybe.
“Aku tidak pernah mengerti apa yang kau pikirkan”
“Bahkan, akupun tidak pernah tau apa yang kupikirkan Lu”
“Xiumin-ah”
Kyungsoo berlari cepat menghampiri Xiumin. Terdiam sesaat untuk mengatur nafasnya yang tak teratur. Sebelum pada akhirnya pemuda yang lebih muda dari Xiumin itu melayangkan tangannya ke wajah bulat Xiumin.
Xiumin terdiam. Ia tahu, ia salah. Ia tidak pernah mau menuruti keinginan Kyungsoo yang ternyata sangat menjaga. Ia tahu. Beban ini memang seharusnya ia yang pegang.
“Maafkan aku”
“Idiot”
“Oke, kawan. Tenanglah”
Kyungsoo mendecih saat sebuah suara mencoba mengalihkan perhatiannya. Jujur saja, Kyungsoo sudah tidak tahan ingin melemparkan sumpah serapah kepada Xiumin. Namun, semuanya tertahan karena Suho.
Pemuda putih, pendek, kaya, tampan dan menyebalkan. -,-)?
“Kenapa kau tidak hadir saat rapat?”
“Sakit”
Plakk.
“Kyungsoo-ah”





