Hidup di antara beribu-ribu pembohong bukankah itu sangat tidak
menyenangkan? Bagaimana, jika kalian mengetahui kebenaran yang menyakitkan dan
berakhir kalian menjadi salah satu dari ribuan pembohong itu.
Semua kata yang terlontar dari bibir mereka. Belum tentu semuanya
benar tanpa ada penambahan sedikitpun. ̶
AkKey_H
Special for My Twitter 2th @7yuchan_ 18 May 2012. Yang belum
follow. Follow ya, mention for follback. #Promote
The Truth
Cast: Lee Byung Hyun
(L.Joe)
Lee Chan Hee
(Chunji)
Bang Min Soo
(C.A.P)
Ahn Daniel (Niel)
Yoo Chang Hyun
(Ricky)
Choi Jong Hyun
(Changjo)
Main Pair: ByungChan (L.Joe X Chunji)
Author : AkKey_H as Halpenny
@7yuchan_
Hyuuga No Vhie
Kuruki Yoshinawa
=3=
“Ayolah, jangan berbohong padaku Changjo”
Pemuda yang dipanggil Changjo itu hanya memutar bola matanya kesal
sambil terus berjalan tanpa melihat ke belakang sedikitpun. Ayolah, sudah lebih
dari seribu pertanyaan muncul dari bibir manis ‘Hyung’nya itu.
“Hyung. Sudahku bilang. Aku tidak bertemu L.Joe hyung saat aku di
bioskop kemarin”
“Aku tidak bilang jika kau bertemu L.Joe”
“Terserahmu hyung”
“Berarti kau memang bertemu dengannya kan? Mengaku”
Changjo menghela napas pasrah. Hanya satu orang yang bisa
membuatnya benar-benar skakmat dalam perkataannya sendiri. Hanya Lee Chan Hee.
Yeah. Chunji seorang.
“Ya. Aku bertemu dengannya. Memang mengapa? Kau menyukainya?”
Mendengar pertanyaan Changjo tersebut membuat Chunji sedikit kaget.
Gugup. Ayolah, Chunji tidak mau mengaku jika dia menyukai si kacamata L.Joe. Chunji
itu tenar di sekolahnya. Tentu saja ia gengsi untuk mengatakan ‘Aku menyukai
L.Joe. Lee Byunghyun si kacamata’. Bahkan, untuk sekedar berkenalan secara
resmi saja Chunji tidak mau. Yang ada dirinya malah meledek L.Joe dan membuat
L.Joe malu di depan semua orang. Apakah ia harus mengatakan hal itu walaupun di
depan temannya sendiri. tidak.
“Apa? Aku menyukai si kacamata? Kau. Gila”
Changjo menghentikan langkahnya sesaat. Ia berbalik untuk menatap
Chunji di belakangnya. “Kukira, kau sama sepertiku” Changjo tersenyum penuh
arti seraya melangkah menjauh dari tempat Chunji berdiri.
“Sama sepertiku?” Chunji mengulang kata itu tanpa dia sadari. “Apa
Changjo menyukai si kacamata?”
“Changjo? Menyukai aku?”
Chunji membalikkan tubuhnya. Gotcha. Si kacamata tepat di depannya
dengan wajah yang sangat tampan bagi Chunji. Dan wajahnya sangat dekat bahkan,
batang hidung mereka sudah menempel membuat kegugupan Chunji makin menjadi.
Sadar. Chunji menatap tajam L.Joe berusaha menghilangkan
kegugupannya. “K-kau”
“Aku?” L.Joe menjauhkan wajahnya dari wajah Chunji yang sudah
memerah. Oh, L.Joe sangat menyukai wajah Chunji saat ini. Tidak, lebih tepatnya
setiap waktu. Karena, memang L.Joe sangat menyukai Chunji. Dan, segala tentang
Chunji. Namun, ia tidak pernah tahu. semua yang dirasakannya saat bersama
Chunji itu adalah sebuah cinta.
=3=
“Oh, ayolah. Kenapa aku hanya seperti patung jika bertatap mata
dengannya” Chunji mengacak rambut pirang-coklatnya dengan kesal. “Wajahnya.
Sangat dekat. Hidung ini” Chunji memegang hidungnya. Tidak, kali ini dia
benar-benar bersemu merah.
“Chunji- hyung” dengan satu tepukan tangan Changjo hilang sudah
fantasi liar di otak Chunji. “Kau. Sedang apa hyung? Memegangi hidungmu dan.
Apa ini? Wajah yang memerah? Jangan-jangan kau”
Kepalan tangan Chunji mendarat tepat di atas kepala Changjo membuat
sang empunya meringis sakit.
“Ya! Hyung. Aku tidak pernah memukulmu kenapa kau tega memukulku
yang tampan ini?” Chunji hanya mendengus sebal ke arah Changjo tanpa menyahut
sedikitpun. “Hyung. Terkadang aku sering membohongimu bukan?”
“Ralat. Bukan terkadang. Tapi, setiap saat”
“Stop hyung. Bukan itu pertanyaannya” Changjo memberikan jeda di
kalimatnya. “Menurutmu bagaimana rasanya?”
“Kau benar bertanya. Atau, hanya sedang beracting untuk
membohongiku lagi dengan wajahmu itu?”
“Aku serius hyung”
“Sakit”
“Jika, orang yang menyakitimu itu mengatakan ‘I love you’ apa yang
akan kau katakan?”
Chunji menatap Changjo dengan tatapan bingung. Bukankah pertanyaan
Changjo itu benar-benar menjurus?. Kata-kata yang di lontarkan Changjo
seolah-olah merujuk padanya. Dan, secara tidak langsung Changjo mengucapkan
kata yang benar-benar membuat Chunji bingung.
“Tergantung. Ketulusannya padaku”
Changjo tersenyum sumringah mendengar penuturan Chunji. “Kena! Kau”
Chunji terdiam sesaat setelah kepergian Changjo. Lagi-lagi potongan
puzzle di tangannya ia remas kencang. Ya, kali ini dia kena lagi.
=3=
“Kau tidak pernah mau jujur Lee”
“Niel. Please. Jangan samakan aku dengan kau”
Niel memutar bola matanya bosan. Selalu alasan yang sama yang
keluar dari mulut pemuda yang sama. Terkadang Niel lelah menasihati orang yang
ada di hadapannya ini. Terlalu membohongi perasaannya sendiri. Dia mengaku dia
tidak menyukai Lee Chan Hee. Namun, segala ceritanya selalu menjurus ke arah
mencintai Lee Chan Hee.
“Memangnya kenapa jika aku dan Niel memiliki hubungan lebih dari
teman? Kau cemburu tuan Lee?”
“C.A.P” ucap Niel dan L.Joe berbarengan saat melihat sosok pemuda
yang terkesan ‘bad’ itu.
=3=
Chunji mengusap kedua matanya pelan. Ia tidak tahu jika ia tertidur
saat pelajaran berlangsung. Bagaimana bisa ia bangun dengan keadaan kelas yang
sudah sepi seperti ini. Bahkan, langitpun sepi. Tanpa cahaya maupun bintang.
Membingungkan.
“Mendung ya?” Chunji menyeret kakinya untuk keluar dari kelasnya.
Betapa kagetnya ia. Semua orang yang dilihatnya seolah berbicara padanya. Dan,
ada gumpalan awan di setiap kepala mereka. Apa maksudnya?
“Changjo-ah”
Changjo hanya tersenyum kecil mendekati Chunji. Namun, apa yang
Chunji lihat? Ia melihat suatu gumpalan awan di atas kepala Changjo yang
bertuliskan ‘Kau tidak peka hyung’.
“Aku peka” gumam Chunji bingung.
“Yes, you are”
“Ada awan di kepalamu” Chunji melompat kecil sambil mengibaskan
tangannya tepat dimana ia melihat awan tersebut.
Awan yang dilihat Chunji lenyap entah pergi kemana. Chunji mengucek
kedua matanya. Gumpalan awan itu datang lagi dengan tulisan yang berbeda.
Yaitu, ‘Kau kenapa?’. Sungguh, Chunji bingung dengan apa yang dilihatnya. Apa
ini hanya sebuah mimpi?
“Hyung? Gwaenchana?”
“Ah. n-ne”
“Changjo-ah”
Changjo menghela napas bosan saat mendengar suara yang sangat
familiar di telinganya itu. Sesaat setelah itu Chunji melihat tulisan yang
berbeda di awan milik Changjo yang berbunyi ‘Kenapa harus dia lagi?’.
“Ne. Ricky” Changjo menyahut malas.
“Dia siapa?” tanya Chunji sambil mengerutkan dahinya.
“Kekasihku Yoo Chan Hyun”
Chunji menggaruk tengkuknya bingung. Sudah pasti Changjo tidak
menyukai kehadiran pemuda bernama Ricky ini. Hanya itu yang bisa di simpulkan
oleh Chunji. Saat melihat awan Changjo yang bertuliskan ‘Dia bukan kekasihku.
Ini hanya sebuah skenario. Ingat itu Changjo’
“Kita pulang bareng eotte? Aku bawa payung. Jadi, kita tak perlu
basah dengan air hujan”
Chunji melihat sekelilingnya. Benar yang dikatakan Ricky. Hujan
telah mengguyur tempatnya berdiri saat ini. Beruntung, Chunji belum mencapai
luar gedung sekolahnya setidaknya ia tidak bermandikan hujan saat ini.
Tatapan Chunji kini beralih ke arah Changjo dan Ricky yang tengah
menerjang hujan dengan modal payung Ricky. Bagaimana dengan dia yang di tinggal
sendirian di sekolah ini. Sungguh tega Changjo meninggalkan dirinya.
“Maafkan aku hyung. Aku ditarik paksa oleh bocah ini” gumam Chunji
pelan. Manik matanya mengerjapkan bingung dengan apa yang tadi dibacanya.
Namun, Chunji tak berhenti di situ saja. Manik matanya beralih ke sosok di
sebelah Changjo. “Jangan pernah dekati milikku lagi”
Chunji terkekeh kecil. Ia baru menyadari saat ini. Ia bisa membaca
pikiran orang lain.
“Kau tidak pulang?”
Tanpa perlu menoleh Chunji sangat mengenali suara ini. Ingin
rasanya ia menoleh dan melihat awan yang dikepalanya dan bersorak ria karena
memiliki kekuatan baru yang bisa membuatnya sangat beruntung ini. Namun, gengsi
tetaplah gengsi.
“Kau mendengarku?”
“...”
“Hello seseorang memanggil Lee Chan Hee disini”
“Berisik”
Grep. Tubuh Chunji dibalik paksa. Manik matanya mengerjab kaget.
Wajah L.Joe tepat di depan wajahnya untuk kedua kalinya. Chunji mendongak
menatap atas kepala L.Joe. Tak ada awan.
“Aku membencimu Lee Chan Hee. Sangat membencimu”
Manik mata Chunji membulat seketika melihat serangkaian kata di
kepala L.Joe.
=3=
Chunji menggigit bibir bawahnya gugup. Apa ini kebenaran atas semua
rangkaian kebohongan yang diterimanya?. Atau ini hanya sebuah khayalan seorang
pemuda yang sedang dilema? Semua yang dikatakan orang selama ini sangat
berbanding terbalik dengan apa yang dilontarkan.
Semua senyum yang diterimanya selama ini hanyalah sebuah kamuflase.
Semua pujian yang diterimanya hanyalah sebuah caci maki yang terpendam. Mereka
tidak mengagumi seorang Lee Chan Hee melainkan mereka mengagumi Lee Byung Hyun.
Hanya karena derajat Lee Chan Hee tinggi mereka ikut mencaci maki Lee Byung
Hyun hanya karena derajat.
“Ini semua bohong” gumam Chunji miris.
“Changjo-ah” ia mengejar sosok Changjo yang sedari tadi dicarinya.
Changjo tersenyum manis ke arah Chunji. Senyum manis Changjo yang
selama ini ia terima senyum miris. Senyum kesakitan. Semua ini hanyalah
kebohongan belaka. Menangis, hati Chunji menangis saat mengetahui semua
kebenaran ini.
“Ada apa?”
Tidak. Chunji berbalik. Ia tak mampu mengetahui kebenaran yang
terjadi. Lebih baik ia hidup dalam sebuah kebohongan. Ia sudah menyakiti
sahabatnya bahkan ia tidak tahu di sisi mana ia menyakiti sahabatnya itu. Ia
hanya sampah di mata semua orang tanpa derajatnya.
Chunji melarikan diri dari semua ini. Ia mendudukkan dirinya di
bawah salah satu pohon yang ada. Ia tak kuasa menahan tangisnya. Semua ini
hanya kebohongan.
“Butuh bantuan?”
Chunji menggelengkan kepalanya kecil.
“Berbicara jujur ya?”
Chunji mendongakkan kepalanya. Wajah tampan L.Joe tersenyum ke
arahnya. Berarti, L.Joe sekarang sedang menatap datar ke arahnya. Begitu yang
ada di kepala Chunji.
“Kau membenciku” desis Chunji.
“Yeah. Membenci”
=3=
Semalaman Chunji berfikir. Semua orang membohonginya dan kali ini.
Ia akan menjadi salah seorang dari para pembohong. Semua yang ia lontarkan
berbanding terbalik dengan apa yang ada di kepalanya. Dan sedikit bumbu di
setiap kebohongan yang ia lontarkan.
“Hyung?”
“Ah. kukira siapa. Ada apa?”
“Jujur padaku hyung” Changjo menatap manik mata Chunji tajam.
“Sebenarnya apa yang terjadi padamu?”
Chunji terdiam sesaat membuat suasana diantara mereka sedikit
canggung. Ia sedikit menyunggingkan seringai di bibirnya yang manis. Tak lama
setelah itu ia terkekeh kecil.
“Changjo-ah. kau tahu?” ia memutuskan ucapannya sesaat. “Ada
saatnya dimana kita membongkar rahasia. That’s right?”
Dan dari beribu-ribu pembohong itu. Ada satu makna tersirat dari
setiap perkataannya. Tapi, tidak banyak orang yang mengetahui makna tersirat
itu.
“Apa maksudmu? Kau membuat wajah tampanku ini berkerut karena
memikirkan perkataanmu hyung” ucap Changjo sedikit kesal.
Tanpa membalas bahkan mendengarpun tidak. Chunji melenggang pergi meninggalkan
Changjo yang masih memasang wajah bingungnya.
=3=
Semuanya terbalik. Terbalik dari yang mereka lakukan ataupun mereka
bicarakan. Hanya itu yang ada di kepala Chunji. Dan dari kata itu, ia mempunyai
rasa senang yang luar biasa. Karena, bisa membodohi banyak orang yang
ditemuinya sejak minggu lalu.
“Lee Chan Hee”
“Kau?” Chunji tersentak
kaget saat melihat wajah tampan tepat di depan wajahnya. “Kenapa kau ada di
sini?”
“Kau tidak harus tahu untuk ini. Karena, aku membencimu. Dan, ini”
L.Joe menyerahkan beberapa buku yang sempat dibawanya. “Titipan dari Kim
sonsaengnim”
Berbanding terbalik. “Aku mencintaimu Lee Byung Hyun. Semoga kita
bertemu lagi”
Deg.
L.Joe menatap Chunji bingung. Apa yang barusan didengarnya itu
benar?. Benarkah Chunji mencintainya. Tidak seperti biasanya L.Joe tertawa
karena penuturan Chunji. Sekarang, ia hanya terdiam. Membisu di tempatnya. Apa
maksudnya.
=3=
“Sudahku bilang. Kau itu sedang jatuh cinta Lee Byung Hyun. Namun,
kau saja yang berkilah. Ayolah, jujur pada perasaanmu” Niel berucap bosan saat
sudah tidak mendengar suara L.Joe yang mengoceh ria tentang kejadiannya.
“Tunggu. Pernahkah kau berfikir dua Lee sedang dalam kondisi aneh”
C.A.P datang menghampiri L.Joe dan Niel dengan membawa dua mangkok
ramen di atas nampan yang ia pegang.
“Benar juga” ucap Niel sedikit berfikir.
“Tunggu. Aku yang bermarga Lee ini menjadi penasaran. Siapa Lee
yang kalian bicarakan?” L.Joe mendongak kepalanya menatap Niel dan C.A.P
sesaat, lalu kembali menelungkup.
“Oh, ayolah. Yang kami bicarakan itu Lee ByungChan”
“ByungChan? Nuguya?” L.Joe dan Niel bertanya serempak.
“Tentu saja Byung Hyun dan Chan Hee. Memangnya siapa lagi?”
“Bagus juga” tanpa sadar L.Joe mengucap kata yang membuat C.A.P dan
Niel tersenyum-senyum.
C.A.P dan Niel saling bertatapan sambil tersenyum penuh makna.
Hening. Tak ada suara yang terdengar selain sentuhan antara sumpit
dan mangkok dan dengkuran kecil L.Joe. “Kau merasa, jika Chunji bisa err. Maksudku”
“Aku tahu” Niel memotong pembicaraan C.A.P dengan cepat. “Pasti
menurutmu Chan Hee itu mendengar dan melihat semua kebohongan yang orang lain
buat”
C.A.P memandang takjub ke arah Niel. Ternyata, bukan hanya ia yang
merasakannya. Ternyata, Niel juga merasakan hal yang sama.
=3=
Chunji menatap hamparan air yang banyak di depannya. Saat ini, ia
sedang duduk di antara puluhan batu karang besar dan air yang jernih. Manik
matanya kosong seolah menerawang sesuatu yang tidak dilihatnya. Surai
kecoklatan miliknya berayun kecil saat angin laut menyapa kulit kepalanya.
Ombak kecil bergulung dari tengah laut mendatangi tempat Chunji.
Tangannya ia gerakkan untuk merasakan percikan air yang tercipta antara
pertemuan batu besar yang didudukinya dan ombak kecil itu. Sepi, itulah yang ia
rasakan. Dingin, saat air laut menyentuh kulitnya. Tak terasa, butiran air mata
meluncur bebas dari kedua matanya.
“Air ini dengan irama ini sangat
tenang. Namun, siapa yang tahu apa yang terjadi dengan ikan-ikan di
dalamnya” tersirat.
Helaan napas keluar dari bibir manis Chunji. Tak terasa, baju
sekolah yang ia pakai basah akibat percikan air yang mendatanginya sedari tadi
ia datang. Ia sudah lelah. Lelah dalam segala bidang yang ada di dunia.
Pukk.
Jacket berwarna putih bersih itu mendatangi tubuhnya. Manik matanya
yang hampir terpejam itu mulai membuka perlahan. Ia mengeratkan jacket itu
untuk melekat di tubuhnya.
“Lee Byung Hyun” gumam Chunji kecil sambil terus menutup matanya
mencoba membuat dirinya senyaman mungkin.
“Lee Chan Hee”
Chunji membuka matanya sekejab saat mendengar suara yang sangat
familiar di telinganya. Dan suatu benda yang manis masuk ke dalam rongga
mulutnya.
“Byunghee” dengan gesit Chunji menjauhkan wajahnya.
“Panggilan yang manis Ji” itulah kata yang di dengar oleh telinga
Chunji kali ini.
Chunji menyentuh bibirnya saat melihat L.Joe yang tengah menjilati
bibirnya dengan gaya yang seeduktif mungkin.
“Kau. Menciumku ya?”
“Memangnya kenapa Ji?”
Chunji membelalakkan matanya. Manik matanya menatap jacket yang
melekat pada tubuhnya. Ia sekarang sadar,
jika jacket yang melekat pada tubuhnya itu jacket milik L.Joe.
Grep. Tangan Chunji dengan cepat ditarik oleh L.Joe membuat wajah
mereka hampir bersentuhan. Chunji masih terdiam tanpa reaksi sedikitpun. Dan,
kesempatan bagi L.Joe untuk melaksanakan apa yang ada di otaknya sedari tadi.
Chuu~
=3=
“Changjo-ah” Ricky berlari kecil menghampiri Changjo yang tengah
memperhatikan Chunji dari kejauhan.
Jemari panjang Changjo menutup bibir mungil Ricky. Manik matanya
mulai beralih ke arah Ricky yang tengah memandangnya bingung. Sungguh, Changjo
hampir mimisan melihat Ricky yang memasang wajah bingungnya yang menurutnya
sangat sangat manis dan menggemaskan itu.
Sesungguhnya, Changjo memang menyukai Ricky. Namun, ia hanya gengsi
untuk mengucapkannya. Dan, beruntung jika Ricky ingin menjadikannya sebagai
kekasihnya walaupun hanya dalam permainan. Itu sudah sangat menyenangkan
baginya.
“Ah. k-kenapa kau ada di sini?” Changjo sebisa mungkin untuk
menghilangkan kegugupannya.
Slurp~
“Ah. maaf” Changjo hanya menggaruk tengkuknya canggung. Ia masih
manatap tangannya yang sempat di jilat oleh Ricky. “Jadi? Kenapa kau di sini?”
“L.Joe”
Ricky memang menyukai L.Joe dan Changjo mengetahui itu. Ricky
menjadikannya kekasih palsu hanya untuk mengetahui perasaan L.Joe padanya.
Tidak lebih.
Ricky sedikit meloncat kecil untuk mengetahui apa yang sedari tadi
dilihat oleh Changjo. Memang, tinggi Changjo itu melebihi Chunji maupun Ricky
walaupun Changjo lebih muda dari Chunji dua tahun. Jadi, ia tak harus melompat
kecil seperti yang dilakukan oleh Ricky.
Tap. Ricky menghentikan aksi melompatnya. Matanya menatap kosong.
Changjo yang ingat dengan apa yang sedang dilakukan ByungChan di balik batu
karang besar itu hanya terdiam bingung.
Changjo yang tidak bisa melihat Ricky menangis itu hanya menggaruk
tengkuknya bingung. Namun, ia teringat kata si ‘badboy’ C.A.P. Sebuah kecupan
akan membuat seseorang yang kau sayangi sedikit tenang dan nyaman.
Dengan cepat Changjo menyentuh dagu Ricky dan mengecup sekilas
bibir manis Ricky sekilas.
“Sepertinya kita mengganggu”
“Hyung”
Melihat disebelah Chunji ada L.Joe lantas Ricky segera mencium
Changjo untuk membuat L.Joe cemburu. Lama dan lembut. Begitu yang ada difikiran
Chunji, Changjo dan L.Joe.
“A good kisser”
Chunji membelalakkan kedua manik matanya. Tangan lentiknya menutup
kedua belah bibirnya. Ia hampir tertawa melihat kata-kata yang terukir di awan
milik Changjo.
‘Jika saja kau melakukan ini dengan hati bukan dengan amarah untuk
membuatnya cemburu’
Sekarang Chunji tahu. dulu, Changjo sempat menyukainya. Dan sebisa
mungkin Changjo melupakannya. Dan, sepertinya penggantinya itu adalah Ricky.
=3=
Di balik semua kebohongan ada satu kata yang tersirat. Yaitu, kesepian. –AkKey_H
=3=
Chunji menatap hamparan langit yang luas. Di hari ini, Chunji hanya
menatap rangkaian awan yang berlalu di atas langit dengan menggunakan kacamata
hitam untuk menghindari cahaya matahari yang langsung masuk ke matanya. Tanpa
peduli dengan apa yang ada di bawahnya.
“Kau pernah tahu? jika cinta itu seperti mawar?”
Sebuah suara membuat Chunji menyempatkan manik matanya untuk
menatap sampingnya. L.Joe. satu nama yang ada di otak Chunji saat melihat sosok
tampan dengan rambut pirangnya dengan kacamata.
“Untuk apa kau di sini?”
“Melupakanmu”
Chunji menatap bingung ke arah L.Joe. Satu kata yang di ketahui
oleh Chunji saat ini adalah. L.Joe sedang kesepian. Kenapa begitu? Dari sebuah
kata yang tersirat dari bibir L.Joe.
“Aku sedang tak ingin di ganggu”
“Aku juga”
“Demi apa? Byunghee. Aku sedang bosan. Cobalah untuk mencari
kebosanan yang lain”
L.Joe terkekeh kecil mendengar Chunji memanggilnya ‘Byunghee’
namun, ia berusaha untuk tetap cuek dan tenang. “Aku juga”
“Lupakan”
“Aku membencimu. Sangat membencimu”
=3=
“Byunghyun. Cobalah mengaku. Kau ini memang tidak romantis ya” Niel
berguling mendekati L.Joe yang tengah berada di sudut kamarnya.
Sudah puluhan kali Niel berkata seperti itu. namun, L.Joe sama
sekali tidak menggubrisnya. Kali ini, Niel yang kedatangan tamu tak di undang ̶
L.Joe ̶ hanya menatap L.Joe tak ada niat untuk menyuguhkan biskuit ataupun yang
lainnya. Tidak seperti biasanya.
“Niel. Jangan terlalu dekat dengan bocah itu. bisa-bisa kau rabies”
“Oh. Ayolah, temanmu ini sangat menyedihkan. Demi apa. Dia lebih
menyedihkan dari semut yang kehilangan arah untuk berjalan”
“Kata-katamu terlalu puitis” C.A.P mencondongkan tubuhnya menatap
L.Joe lekat. “Kau menciumnya ya?”
Seketika manik mata L.Joe membulat. Kacamata yang melekat di
hidungnya sedikit goyang. Gugup. Darimana C.A.P tahu. apakah kemarin C.A.P
mengikutinya hingga ke pantai?
“Ti-tidak” L.Joe berucap sedikit gugup. “Memangnya kenapa?”
“Ada perbedaan di bibirmu”
“Apanya yang berbeda?”
“Lupakan” C.A.P berdehem kecil. “Begini. Kurasa kau mengetahui
sesuatu ya?”
L.Joe menyeringai kecil. “Mengetahui apa? Jika kau maksud Mine. Mungkin ya”
“Pantas. Tidak mungkin kau berkata ‘Aku membencimu’ kepada Chan
Hee” C.A.P menirukan gaya L.Joe.
Jlebb. L.Joe menatap C.A.P kaget. Sudah jelas jika C.A.P mengetahui
itu. C.A.P mempunyai logika yang tepat. Tunggu. Apa maksudnya itu
=3=
“Pembohong itu pantasnya mati. Dia tidak pantas untuk hidup”
Chunji menendang kerikil kecil dengan bosan. Kaki jenjangnnya yang
dibalut dengan jeans hitam itu sedikit menghentak disetiap langkahnya.
“Kenapa di dunia ini banyak sekali pembohong eoh? Aishh”
Kluk.
“Ya! Hyung. Kau mengenai kepalaku”
“Huwee. Changjo. Kenapa
banyak sekali pembohong di dunia ini eoh? Aku membenci mereka semua”
Deg. Demi apa. Mungkinkah, Changjo menyukai Chunji lagi. ia sudah
berusaha untuk menganggap Chunji sebagai teman dekatnya lebih tepatnya
hyung-nya. Namun, mengapa semuanya terasa sangat sulit baginya.
“Hyung. Kau menyindirku” Changjo membelai surai kecoklatan Chunji
pelan.
“Aku memang menyindirmu”
“Chagi-ah”
Chunji mendongak menatap Changjo dengan tatapan bingung. Tangannya
masih setia memeluk tubuh Changjo.
“Hyung. L.Joe”
“Apa-apaan tangan ini” L.Joe menarik tangan Chunji yang masih
memeluk Changjo dengan kasar. “Kau. Berhenti menyentuh milikku”
“Hyung. Kau mempunyai hubungan dengan namja pendek ini?”
“Apa kau bilang? Pendek? Sopan sedikit padaku. Aku ini hyung mu
juga. Dasar bocah”
“Chagi-ah. kau diapakan oleh bocah mesum ini? Kau tidak
apa-apakan?” L.Joe menatap tubuh Chunji dengan lekat membuat Chunji sedikit
bingung bercampur takut dengan tatapan L.Joe.
L.Joe menatap Chunji dengan tatapan kosong. Apa yang baru saja ia
lakukan. Apa yang ia katakan pada dunia. Chunji miliknya. Semua ini terjadi
begitu saja. Bahkan, L.Joe masih bingung dengan apa yang dilakukannya.
“Byunghee” panggil Chunji menyadarkan L.Joe yang masih kalut dalam
pikirannya.
“Oh. Ayolah. Disini masih ada orang” Changjo berdecak kecil.
“Ah. maaf. Aku pergi”
Changjo dan Chunji hanya terdiam bingung. Ada apa dengan L.Joe.
dan, sejak kapan Chunji tidak melihat awan di kepala orang lain lagi. ini
benar-benar membuat Chunji bingung.
“Hyung. L.Joe hyung kenapa?”
Chunji mengangkat bahunya. “Nan molla” Chunji sadar. Sekarang ia
tidak bisa mengetahui siapa orang yang berbohong padanya. Tidak.
=3=
Hari berikutnya, Chunji memperhatikan semua orang yang berlalu
lalang dengan seksama. Tak ada tanda-tanda bahwa ia bisa mengetahui isi hati
dari semua orang itu. Chunji menghela napas untuk kesekian kalinya. Kali ini,
ia hanya bisa seolah-olah tidak tahu. lebih tepatnya ia benar-benar tidak tahu
perasaan orang-orang di sekelilingnya.
Chunji hanya bisa pasrah jika ia dibohongi oleh orang-orang di
sekelilingnya lagi. ia terlalu lelah untuk semua ini. Ia lelah dengan semua
ini.
“Chunji”
Dengan bergumam Chunji menyahut panggilan yang menyerukan namanya.
Manik matanya masih menatap kosong.
Grep. Sebuah tangan melingkar di pinggang Chunji. Chunji masih
tidak merespon. Ia masih diam. Sampai salah satu tangan yang melingkar
dipinggangnya beralih membelai surai kecoklatan miliknya.
“Aku tidak mau berbohong lagi” Chunji merespon kecil dengan
gumaman. “Aku mencintaimu. Lee Chan Hee”
Chunji tersentak. Ia berbalik menatap manik kelam yang terbungkus
kacamata. Hatinya tak percaya. Hatinya masih mencari titik kebohongan yang ia
dengar barusan.
“Kau si kacamata Lee Byung Hyun kan?”
“Ya. Dan si kacamata ini telah jatuh hati kepada sosok yang bernama
Lee Chan Hee. Maukah Lee Chan Hee menerima si kacamata pengecut ini?”
Chunji terdiam. Bibirnya kelu. Di dalam kepalanya, ia
bertanya-tanya. Apakah ini sebuah lelucon. Atau mungkin ini hanya sebuah
kebohongan yang indah. Jika iya, Chunji ingin kisah ini terus berlanjut
walaupun diselimuti kebohongan.
“Kau bercanda”
L.Joe melepas kacamata yang menempel di wajahnya. Manik kelamnya
menatap Chunji dengan lekat. Tak sadar jika hidung keduanya telah terpaut jarak
kurang dari lima centi.
“Lihat mataku. Apakah aku sedang berbohong? Lihat awan di kepalaku
apakah aku berbohong? Aku tahu itu Chan Hee” Chunji menundukkan wajahnya.
“Tatap aku. Aku sedang berbicara dengan Lee Chan Hee”
Chunji menatap L.Joe penuh dengan ketakutan. Hatinya menangis, baru
kali ini ia dibentak oleh L.Joe dengan jarak sedekat ini. Biasanya, ia dibentak
L.Joe dari kejauhan dengan kata-kata dan sindiran yang pedas saat ia meledek
L.Joe.
“Mianhae” L.Joe merengkuh tubuh mungil Chunji. Ia tahu, ia salah
telah membuat Chunji takut padanya.
Kecupan kecil diterima Chunji di keningnya. “Kau mau menerimaku
atau tidak? Jika tidak. Aku tidak akan memaksamu”
“Untuk apa aku menolak si kacamata tampan ini”
Chunji memeluk erat L.Joe tanpa ada niat untuk melepasnya. L.Joe
hanya tersenyum kecil menanggapi seraya membalas pelukkan Chunji.
“Chukkae”
Ricky tersenyum lembut ke arah L.Joe dan Chunji yang masih saling
bertatapan.
“Bukankah kau menyukai ̶” Ricky menutup bibir Changjo dengan jari
telunjuknya.
“Tidak Changjo-ah. aku itu menyukaimu”
Terlihat semburat merah di kedua pipi Ricky saat mengucapkan
kata-kata itu.
“Ada dua couple baru. Yang satu peka yang satunya lagi manis” C.A.P
dan Niel datang sambil mengerlingkan sebelah matanya.
“Ya! Hyung. Yang satu peka? Suatu kalimat sindiran yang tidak
sarkastik untukku”
“Peka” jawab C.A.P cuek.
OMAKE
“Aku sekarang sadar. Ternyata aku memang mencintainya”
“Kapan kau akan mengatakan hal itu padanya?”
“Secepatnya”
Niel tersenyum puas mendengar penuturan L.Joe yang sangat
ditunggunya dari dulu. Sekarang saatnya sudah selesai. Ya. Saat akhir yang
sangat indah.
FIN






0 comments:
Post a Comment