69 itu angka keramat bagi seorang pemuda berambut kuning
ini. menurutnya, angka 69 adalah angka yang paling mengerikan selama sejarah
hidupnya. Dimulai dari angka itu semuanya terjadi dan berakhir. Ya, angka
keramat bagi seorang Uzumaki Naruto.
69
Dedicated to #FID6 Fujodanshi Independence Day #6
#060914
SasuNaru
Modificated Canon.
=3=
Pemuda berambut kuning ini menghela napas kesal. Jam enam
kurang sembilan. Sebentar lagi sudah jam enam sore. Sudah berapa jam ia menunggu
dan terus menunggu di kedai Ichiraku ini. Demi apa ini sangat membosankan.
Bahkan, sudah puluhan ramen disantapnya dengan penuh napsu.
Untuk kesekian kalinya pemuda ini melirik ke kanan maupun
ke kiri. Lagi-lagi menghela napas. Sosok yang ia tunggu tidak kunjung datang.
Menyebalkan. Mana janji yang selalu ‘orang itu’ ucapkan padanya. Janji untuk
kembali padanya.
“Ck. Teme”
Pemuda itu memakan ramen yang tersaji di hadapannya untuk
kesekian kalinya. Hanya makan ramen yang bisa menghilangkan suntuk yang mulai
menggerayangi kepalanya. Menyebalkan. Lagi-lagi kata itu yang ada di otak sang
pemuda berambut kuning.
“Naruto-kun. Sebenarnya siapa yang kau tunggu? Hari sudah
mulai gelap dan kau masih di sini”
Ayame. Anak gadis dari pemilik kedai itu menyapa hangat
pemuda berambut kuning. Yang telah di ketahui adalah Naruto. Menghela napas
kecil saat tak ada tanggapan dari Naruto.
“Baiklah. Aku menitipkan tempat ini padamu Naruto-kun.
Tolong jaga sebentar nanti ramen yang kau sudah makan akan menjadi gratis. Jja
Naruto-kun”
Naruto mendelik kesal ke arah Ayame yang sudah melangkah
meninggalkan dirinya. lagi-lagi Naruto mengumpat kesal. Ayolah, sebentar lagi
ia ingin meninggalkan tempat ini dan see? Hal itu harus ia urung dalam dirinya.
Naruto menggembungkan pipinya imut. Keputusan yang benar
memang jika Ayame menitipkan tempat ini padanya. Berhubung uang yang ia bawa
tidak cukup untuk membayar ramen yang telah ia habiskan sedari tadi.
“Kagebushin no jutsu”
Naruto menduplikat dirinya. Menyuruh sang duplikat darinya
ini menjaga tempat ini. Berhubung ia sudah muak dan ingin buru-buru untuk pergi
dari tempat yang sempat ia duduki selama berjam-jam.
=3=
Jendela kamar menyibak perlahan. Memperlihatkan secercah
sinar dari sang surya. Menggeliat kecil saat merasakan sinar terang itu tepat
mengenai wajahnya. Manik sapphire itu mulai membuka perlahan menyesuaikan dengan sinar dari sang surya
yang masih malu-malu itu. Manik sapphire itu melirik jam di nakas kamarnya.
“Baru jam enam pagi”
Bergumam kecil lalu melangkahkan kakinya ke kamar mandi.
Sekedar mencuci wajahnya dan menyikat gigi-gigi kecilnya. Keluar dan lagi-lagi
melirik jam di nakas tempat tidurnya. Tersenyum simpul saat melihat angka yang
dapat dilihatnya.
‘Jam enam lebih sembilan menit’
“Naruto-chan”
Berjengit kaget saat melihat gadis yang sempat ia sukai
waktu itu. Haruno Sakura. Gadis yang sekarang sedikit tidak disukai olehnya.
Berhubung gadis berambut merah muda ini terus-menurus mengincar miliknya.
“Jangan mengagetkanku Sakura”
“Kau tahu? Kemarin aku bertemu Sasuke”
Manik sapphire itu berputar bosan mendengar penuturan
gadis pink itu. Tunggu. Si pink itu bilang apa? Sasuke? Menemui si pink? Yang
benar saja. Bahkan, ia yang menunggu pemuda itu berpuluh-puluh menit.
Diabaikan. Dan, pemuda itu malah menemui si pink ini. menyebalkan.
Sungguh mengecewakan.
=3=
Tanggal enam bulan sembilan. Kejadian itu terjadi padanya. Saat di mana jantungnya
berdegup kencang saat berada dekat dengan pemuda berambut emo itu. Saat di mana
pemuda emo itu tersenyum lembut ke arahnya karena tingkah konyolnya.
Dan, ia baru menyadari jika ia telah jatuh hati pada
pemuda emo itu. Sungguh sial jika mengingatnya. Kenapa bisa ia baru menyadari
perasaannya itu saat mereka sudah sering bersama. Melakukan kegiatan konyol bersama
tim tujuh. Yang dan tentu ada si pemuda itu. Ya, Uchiha Sasuke.
Pemuda Uchiha yang dapat merebut hatinya. Bahkan, saat
hatinya sempat dimiliki oleh gadis berambut pink itu. Bukankah sang Uchiha ini
sangat hebat.
“Ayame-san. Terima kasih ramennya kemarin”
Ayame tersenyum kecil saat melihat Naruto yang tengah
menatapnya penuh harap. Berharap ia akan dapat ramen gratis lagi hari ini.
semoga saja begitu.
“Maaf Naruto-kun. Tapi bushin-mu yang kemarin hanya
mengacaukan tempatku. Bahkan menghilang di tengah padatnya pengunjung.
Menyebalkan”
Naruto tercengang di tempat. Apa kali ini ia akan
menunggu tanpa banyak ramen seperti kemarin. Demi apa. Mungkinkah ia akan
sanggup menunggu. Hei, semua orang benci menunggu. Sama sperti dirinya.
“Naruto-chan”
Naruto melirik ke arah Sai yang entah sejak kapan sudah
duduk manis di sampingnya. Benar-benar merepotkan.
“Berhenti memanggilku dengan panggilan seperti itu”
“Bukankah itu panggilan yang manis”
Naruto lebih memilih untuk mendiami ucapan Sai. Menatap
semangkuk ramen yang sempat ia pesan dengan ragu. Jika ia memakan ramen itu.
Beberapa menit kemudian pasti ia akan merasa ketagihan. Ayolah, ramen makanan
kesukaannya.
“Kau tahu?”
“Tahu apa?”
“Kemarin Sasuke menciumku”
=3=
Naruto menendang ranjangnya kesal. Di kepalanya terus
berfikir apa saja yang dilakukan Sasuke kemarin. Hingga melupakan janjinya. Dan
pergi menemui Sakura dan... mencium Sai. Demi apa. Sebenarnya apa yang terjadi
pada Sasukenya.
Sudah enam tahun lebih sembilan bulan. Kebersamaannya dengan
Sasuke. Walaupun, di tengah-tengah Sasuke pergi meninggalkannya. Tersenyum
kecut saat mengingat hal itu.
Ia dan Sasuke terkadang hanya bertemu tidak lebih dari
sepuluh detik. Tidak. Itu bukan bertemu. Tapi, sekedar saling bertatap mata.
Hanya itu tidak lebih. Walaupun sebenarnya ia mengharapkan ia dapat melihat
Sasuke lebih lama setidaknya enam menit.
Kesal. Karena Sakura dan Sai dapat bertemu dengan Sasuke
setidaknya mereka dapat melihat wajah Sasuke dari dekat. Tolong jangan ingatkan
tentang cerita menyebalkan dari Sai.
“Aku”
Hinata memainkan jarinya gugup. Berusaha mengingat teks
dengan sempurna. Tapi, sepertinya otaknya memikirkan hal yang seharusnya ia
lakukan sedari tadi. Hanya memberikan bungkusan itu dan pergi tanpa ucapan sama
sekali. Bukankah itu benar. Dan tidak menyulitkannya sama sekali.
“Ano”
Hinata memberikan bungkusan kecil yang sedari tadi ada
ditangannya. Dengan sedikit gugup Hinata langsung berbalik dan berlalu tanpa
ada kata-kata.
Naruto menatap bungkusan kecil itu dengan senyum yang
cerah. Berharap jika Hinata menyampaikan pesan dari sang kekasihnya. Namun,
sepertinya tidak. Sang Uchiha tidak mungkin membencinya seperti yang dikatakan
pada kotak kecil yang ternyata hanya berisi sebuah daun kering yang bertulis.
To: UN
Aku membencimu.
=3=
Enam menit. Sai selalu meluangkan enam menit waktunya
untuk bersama dengan Naruto. Tidak seperti Sasuke yang entah kemana perginya
saat ini. tidak. Saat seorang Uzumaki Naruto memohon kehadirannya.
Naruto menatap kesal daun kering yang masih ia simpan.
Menebak-nebak siapa orang yang mengirimkan daun kering itu padanya. Mungkinkah
kekasihnya.
“Sembilan detik. Atau mungkin satu detik”
Naruto menimang-nimang daun kering itu. hingga akhirnya
daun itu terbang tertiup angin. Tertawa hambar saat mengetahui bahwa dirinya
hanya sendirian.
Srakk.
Naruto melempar sembarang bandul kecil berharganya itu.
Bandul yang berisikan kenangan manisnya saat sang kekasih kembali padanya.
“Teme”
=3=
Naruto bertepuk kecil di dalam sungai. Membuat sedikit
percikan air menerpa wajah manisnya.
“Naruto-kun”
Naruto menatap Kiba dengan tatapan malas. Hei, sejak
kapan seorang Inuzuka Kiba memanggilnya dengan nada yang menjijikkan seperti
itu. Hal yang sangat mustahil.
“Yakk. Jangan pernah memanggilku dengan sebutan seperti
itu bodoh”
“Ano. Naru-chan. Tadi Sasu̶ ”
“Jangan memanggilku dengan embel-embel chan. Eh, tunggu.
Teme?”
“Hm. Sasuke bilang ia sudah tidak mencintaimu. Kemarin
saat ber’main’ ia bilang seperti itu”
“Sepertinya sekarang jam enam lewat sembilan sore”
=3=
Kiba dan Chouji masih bertahan dengan kegiatan tertawa
mereka. Mungkin hari ini memang hebat bagi semua orang. Hei, seorang Uchiha
Sasuke tersenyum menahan tawa saat Kiba menceritakan semuanya.
“Hei, bisakah kalian berhenti. Sudah cukup tertawanya”
“Hanya itu saja kan?”
“Hanya itu?”
“Ayolah kau bisa mati hanya dengan sabetan ekor kyuubi,
Sasuke”
=3=
“Teme”
Sasuke menghentikan langkahnya. Topeng anbu-nya masih
setia melekat pada wajah tampannya. Walaupun memang Sasuke dan Naruto sama-sama
anbu. Tapi, mereka memang benar-benar jarang bertemu. Mungkin hanya sekedar
tatap selama enam menit lebih sembilan detik. Lagi-lagi angka 69.
“Sebenarnya kau ini kenapa?”
Sasuke diam. Perlahan ia menyingkirkan topeng anbu-nya. Menatap
datar manik sapphire Naruto itu dalam diam.
“Saskey. Jawab aku”
“Hn”
“Apa maksud dari kata Kiba kemarin? Kau ber’main’
dengannya? Kau. Kenapa kau seperti ini?”
Sasuke terdiam. Tunggu. Seingatnya, kemarin Kiba tidak
menceritakan hal seperti ini. Dan, demi apa. Otak seorang Uchiha telah ternodai
secara tidak langsung.
“Dobe, kita ke tempat Kiba. Sekarang”
=3=
“Demi apa Kiba. Jadi kata yang sebenarnya begitu”
“Kuharap kau tidak mati di tangan Uchiha”
“Ck. Mendokusei”
“Kukira si chicken itu sudah mati di tangan rubah ramen
itu. Hyuuga”
Sasuke datang dengan raut wajah kesal. Sudah siap dia
mengeluarkan jurusnya kepada sang pencinta anjing itu. Sedangkan, sang kekasih
“Nah, dobe. Kau dengar tadi kan? Jadi jangan pernah
percaya pada si segitiga aneh itu”
Naruto mengangguk kecil. Jadi dia telah ditipu, atau
memang ia yang terlalu bodoh untuk memahami perkataan Kiba. Entahlah, mungkin
kejadian aneh ini tidak mungkin terjadi untuk kedua kalinya. Semoga saja
begitu.
Lagipula, kata ber’main’ dari Kiba juga membuatnya jadi
negatif thinking. Apalagi Kiba itu kan uke. Dan lagi, saat itu Sasuke menjaga
jarak darinya. Ya, begitulah. Untung hanya enam menit lebih sembilan detik saja
pertengkaran kecil mereka terjadi.
OMAKE:
Neji menyeruput sake yang ada di depannya. Sambil menata
Kiba dengan penuh selidik. Setelah botol sake kosong yang tadi sempat diputar
berhenti ke arah Sasuke. Itu membuat semua mata yang ada di kedai itu menatap
Kiba dengan tatapan menantang.
“Katakan jika kau membenci Naruto”
“Baiklah. Aku membenci Naruto”
FIN.






0 comments:
Post a Comment