Valentine's Day Pumping Heart
RSS

Where's Mine?

Ulang tahun? Siapa yang tidak senang dengan perayaan kelahiran yang terjadi setiap tahunnya. Iya, semua orang kecuali Cha Eunwoo. Tidak ada yang special di hari ulang tahunnya saat ini.


=Where's Mine?=


"Dimana Bin-ie?"


Eunwoo memutari seisi dorm Astro untuk mencari sosok manis nan imut yang juga kekasihnya itu. Namun, kekasihnya itu tidak dapat ditemukan dimana pun.
Ini adalah hari ulang tahun Eunwoo. Untuk itulah semua member Astro berkumpul di ruang tengah kecuali kekasihnya.



Perayaan ulang tahun tanpa kekasihnya jelas membuat Eunwoo sangat kecewa. Saat malam ia berharap jika kekasihnya menjadi orang pertama yang mengucapkan. Namun, harapannya tidak terkabul.



Dan, sekarang ia melihat member lain memberikan kejutan kecil padanya tanpa kekasihnya. Hari ulang tahun yang menyebalkan.



"Ia pergi pagi tadi"



Eunwoo tertawa kecil berusaha mengubah ekspresi kecewanya. Ia tidak ingin temannya ikut merasakan kekecewaannya. Cukup ia saja yang kecewa di hari ulang tahunnya.



"Cheers"




Hari yang seharusnya menjadi hari paling bahagia baginya. Hari dimana ia seharusnya tersenyum tulus, bukannya malah berpura-pura tertawa di hadapan member lain.



Ia melirik ponselnya untuk kesekian kalinya. Tidak ada satu panggilan ataupun pesan. Sebenarnya, kemana kekasihnya pergi. Apa ia melihat bunga di Taman?



"Kau sudah menelpon orang tuamu?"



Eunwoo mengangguk kecil mengiyakan pertanyaan dari 'anak'nya yang tumbuh menjulang melebihi member yang lain.



"Kau terlihat murung di hari bahagiamu, dad"



"Benarkah? Aku rasa aku terlalu banyak minum tadi"



Sanha hanya menghela napasnya. Ia tahu jika 'appa'nya sedang memikirkan kekasihnya yang tak kunjung pulang. Ia tahu jika 'appa'nya hanya mengharapkan kehadiran kekasihnya.



"Dia tidak menghubungimu?"



Eunwoo menggelengkan kepalanya menanggapi. Ia malas untuk sekedar berkata iya ataupun tidak. Kepalanya penuh dengan kekasihnya yang manis itu.



Eunwoo menatap jam tangannya. Ia melirik Sanha yang masih memakan kue ulang tahunnya. Dengan gerakan pasti ia menepuk pundak Sanha dan berlalu begitu saja.



Eunwoo tersenyum melihat bunga-bunga bermekaran. Musim semi. Musim yang sangat pas untuk melihat banyak pasangan yang melihat indahnya bunga yang bermekaran. Begitu yang ada dipikiran Eunwoo.



Iri? Sangat jelas ia iri. Seharusnya, ia tidak merasakan perasaan iri. Ia juga punya kekasih. Hanya saja, kekasihnya sedang pergi entah kemana.



Tanpa sadar sekarang sudah pukul sepuluh malam lewat. Eunwoo masih duduk di bawah pohon besar yang entah apa namanya Eunwoo tidak peduli. Ia malas kembali ke dorm. Ia malah berfikir untuk bermalam diluar.



Ia tak melepaskan pandangannya dari layar ponselnya. Berharap jika kekasihnya akan menghubunginya sekedar memberi tahu keberadaannya.



Ayolah, Eunwoo sangat khawatir dengan keberadaan kekasihnya yang manis itu. Walaupun tubuh kekasihnya tegap sempurna, tetap saja kekasihnya itu seperti anak kecil.



Tiba-tiba Eunwoo teringat jika ia tidak dapat menghadiri acara ulang tahun kekasihnya. Ia hanya bisa menghubungi kekasihnya untuk sekedar mengucapkan 'happy birthday'. Apa kekasihnya berniat balas dendam padanya?



Tapi, itu bukan keinginan Eunwoo untuk tidak memeluk kekasihnya di hari itu. Tidak tahukah jika ia ingin sekali menghadiri acara itu dan memeluk kekasihnya erat.



"Lee Bin. Kenapa kau tidak menghubungiku"



Eunwoo melipat kedua kakinya. Ia memeluk kedua kakinya erat membayangkan jika kedua kakinya itu adalah kekasihnya.



Ia benar-benar frustasi saat ini.



Drrrt drrrt.



Eunwoo melirik ponselnya. Menyipitkan sedikit matanya untuk membaca apa yang ada di layar ponselnya.



'Jinwoo hyung'



Eunwoo menatap jam tangannya. Matanya berkedip beberapa kali sebelum sadar jika leader Astro menelponnya hanya untuk menyuruhnya pulang.



Hampir pukul sebelas malam. Dan Eunwoo masih berkeliaran di luar dengan perut kosong. Ia belum memakan apapun saat ia memutuskan untuk kabur dari dorm. Simple saja, ia malas makan.



"Apa Bin-ie sudah pulang?"



"Hm? Tidak aku tidak bersamanya"



"Iya iya. Aku akan pulang jika sudah menemukan bocah itu"



Kekasihnya belum pulang. Sebenarnya, kemana kekasihnya pergi? Ini sudah hampir larut malam. Tidak baik jika anjing kecil berkeliaran tanpa pemiliknya.



Dengan pikiran yang kalut. Jemari Eunwoo mulai mengetikkan beberapa digit angka. Ia hapal nomor kekasihnya. Menurutnya, menghapal nomor orang penting itu sangatlah wajib.



Tidak diangkat. Ia yang semula bersandar pada pohon besarpun mulai bergerak tak tenang. Ia berpikir jika ia beranjak dari duduknya arah mana yang harus ia ambil untuk memulai mencari kekasihnya.
Namun, jika ia hanya diam di tempat. Bisa-bisa kekasihnya yang manis nan imut kenapa napa.



"Kemana sebenarnya kau itu bocah"



"Aku bukan bocah"



Eunwoo yang sebelumnya tengah berdiri dan berfikir ke arah mana ia pergi pun seketika ia langsung menoleh ke belakang.



Wajah Eunwoo yang semula panik pun mulai berubah menjadi datar saat tahu orang yang membalas perkataannya adalah kekasihnya sendiri. Orang yang sedari pagi ia pertanyakan di mana keberadaannya.



"Lee Bin. Kemana saja kau?!"



Moon Bin menunduk saat Eunwoo mengeluarkan suara dengan nada yang cukup tinggi. Eunwoo tidak pernah berbicara dengan nada tinggi padanya. Dan saat Eunwoo melakukan itu entah kenapa ia tidak suka.



Eunwoo seakan tersadar akan perbuatannya pun langsung memeluk Moon Bin dengan erat. Sebelah tangannya ia gunakan untuk mengelus pucuk kepala Moon Bin.



"Jangan membuatku khawatir, bocah"



Moon Bin tetap diam. Ia membiarkan Eunwoo memeluknya namun ia sama sekali tidak membalas pelukan Eunwoo. Entahlah, ia masih mengira jika Eunwoo marah padanya.



"Aku tidak marah padamu. Hanya saja, kenapa tidak pulang?"



"Bisakah kau lepaskan aku dulu"



Eunwoo melepaskan pelukannya perlahan seakan tak rela untuk melepaskan Moon Bin. Namun, daripada kekasihnya marah padanya lebih baik jika ia menurut saja.



Eunwoo memperhatikan Moon Bin yang tengah membuka tasnya dan mengeluarkan kotak bekal. Untuk apa Moon Bin membawa bekal?



"Makanlah. Aku tahu kau tidak sempat makan tadi"



Eunwoo menerima kotak bekal yang diberikan Moon Bin dengan dahi berkerut. Ia tidak mengerti kekasihnya sedang kemasukan apa. Tingkah kekasihnya benar-benar membuatnya bingung.



Moon Bin mengeluarkan sebuah boneka yang cukup besar dari dalam tasnya yang sangat besar itu. Eunwoo masih memperhatikan kekasihnya dengan seksama walaupun kerutan di dahinya makin menjadi. Jujur saja, ia tidak menyadari jika kekasihnya membawa tas sebesar itu.



"Aku akan memulai menjawab pertanyaanmu setelah kau memakan itu dan memberikan pendapatmu"



"Baiklah, tapi kau duduk di depanku"



Moon Bin tersenyum cerah lalu duduk di depan Eunwoo. Tangannya masih memeluk boneka beruang besar berwarna vanilla itu.



"Kau juga harus makan"



"Aku sudah makan di dorm tadi sebelum kesini"



Eunwoo makin dibuat bingung oleh perkataan Moon Bin. Ia butuh penjelasan saat ini juga sebelum ia mati penasaran.



"Aku dari pabrik boneka. Aku meminta salah satu karyawan untuk mengajariku membuat boneka. Jjang~"



"Telinganya aneh"



"Yakkk. Ini itu telinga kucing"



"Kucing itu punya kumis"



"Ini perpaduan antara kucing dan beruang. Ishhh kau itu bisa tidak sih memuji sedikit"



Moon Bin memajukan bibirnya. Tangannya yang semula memeluk boneka besar itu pun langsung ia lipat tak peduli jika boneka itu jatuh di sebelahnya.



"Lanjutkan ceritamu"



Moon Bin melirik Eunwoo dengan tatapan kesal. Ia sedikit kaget melihat Eunwoo telah menghabiskan bekalnya dan juga memeluk boneka besar itu.



"Lalu aku pulang. Perjalanannya jauh jadi aku sedikit terlambat. Saat aku pulang, kau tidak ada di dorm. Aku menunggumu sambil belajar masak dengan Rocky, namun kau tak pulang juga. "



"Pantas saja rasanya aneh"



"Yakkk. Kenapa kau menyebalkan sih"



"Lanjutkan"



Moon Bin meraih tas di sebelahnya dan melempar tas itu ke wajah Eunwoo. Sayangnya, lemparan Moon Bin tidak mengenai wajah Eunwoo melainkan perut boneka besar itu.



"Lanjutkan"



"Apanya yang dilanjut? Itu sudah selesai tahu"



"Kenapa bisa tahu aku disini?"



"Rocky dan Myung hyung memberitahuku. Mereka bilang mereka melihatmu saat sedang pulang belanja"



Eunwoo mengangguk kecil tanda paham. Keduanya sama-sama terdiam dalam posisi masing-masing. Eunwoo yang sibuk dengan pikirannya sendiri. Dan, Moon Bin yang menatap Eunwoo lekat.



"Jadi, bagaimana masakanku?"



"Tadi sudah ku bilang rasanya aneh"



Moon Bin memajukan bibirnya kesal. Tangannya mulai mengambil tas serta kotak bekal yang ada di dekat Eunwoo.



"Lee Bin"



"Margaku Moon"



"Siapa yang bicara denganmu? Aku bicara dengan boneka ini"



Moon Bin menggigit bibirnya kesal. Ingin sekali ia mengeluarkan sumpah serapah pada Eunwoo yang tengah tertawa itu.



Eunwoo mendudukkan boneka itu tepat disebelahnya. Tangannya menarik tangan Moon Bin yang hendak beranjak saat ia sudah membereskan peralatan makan Eunwoo.



Brukk.



"Kau tidak ingin mengucapkan sesuatu untukku?"



"Happy birthday, Lee Dongmin"



"Jangan membuatku khawatir lagi. Aku terlalu takut kehilanganmu Bin"



"Tumben manis"



Eunwoo mengacak rambut Moon Bin gemas. Ia suka sekali mengganggu kekasihnya. Melihat kekasihnya menekuk wajah itu membuatnya tertawa. Moon Bin manis dalam segala kondisi.



"Aku capek"



"Baiklah, aku akan menggendongmu"



Eunwoo mendorong pelan tubuh Moon Bin. Wajahnya ia tekuk. Ia tahu maksud perkataan Moon Bin karena itu ia menekuk wajahnya.



"Bawakan dia dan naik ke punggungku. Kita pulang"



Moon Bin tertawa kecil. Ia meraih boneka besar itu dan memeluknya erat menggunakan sebelah tangannya. Dengan lompatan kecil Moon Bin sudah bertengger di punggung Eunwoo.



"Kajja kita pulang"



"Kau tidak akan selamat dariku Bin. Percayalah"



"Aku akan membuat laporan pada Jinjin untuk menghukummu"



Begitulah mereka berdua. Saat salah satu dari mereka pergi tanpa ada kabar pastikan jika akan ada pihak yang menunggu dengan keadaan cemas dan seribu pertanyaan di kepalanya.





FIN

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 comments:

Post a Comment