Valentine's Day Pumping Heart
RSS

U Don't Know Love (OnKey)



“Aku mencintaimu, hyung”
Onew terkekeh kecil mendengar penuturan itu. Sudah terlalu sering ia mendengar pernyataan cinta seperti ini. Dan, itu, dari bibir orang yang sama. Bagaimana bisa bocah yang umurnya lebih muda darinya yang masih muda berbicara seperti itu.
U DON T KNOW LOVE
Genre  : hurt/comfort
Main    : OnKey
Author : AkKey as Halpenny
Length : Shortfic
Dedicated for my twitter birthday. 18th May 2012
=3=
“Ketua osis sombong itu? Matipun aku tidak peduli padanya” cibir Kai kesal.
Sudah bukan rahasia lagi jika banyak yang membenci sang ketua osis. Apalagi dengan tingkahnya yang sok bossy. Dan, manis di luar.

“Kalian membicarakan apa?”
Suara manis itu. Siapapun pasti tahu. Bahkan, suaranya pun sangat enak untuk didengar.
“Yoo. Key”
Key, pemuda pemilik suara manis itu masih menampilkan senyumnya yang menurut Kai sangat menyebalkan.
Bukk.
Tumpukan kertas mendarat tepat di kepala Key. Membuat sang empunya sedikit meringis kesakitan. Tertawa kesetanan, itu yang dilakukan Kai saat melihatnya. Melihat sang ketua osis lemah.
“Sekarang apa lagi?”
Pemuda di belakang Key sedikit mensejajarkan bibirnya dengan telinga Key.
“Aku mencintaimu”
Deg. Firasat buruk bagi Key. Haruskah ia pergi. Tapi, ia mencari pemuda ini tadi.
“Maksudku. Fotocopy. Lima menit dari sekarang”
Key sudah hapal. Selalu seperti ini. Manis, tapi maksud dari perkataannya tidak. Menyebalkan.
“Mwo? Lima menit? Kau gila? Sebanyak ini lima menit?”
“Waktu berjalan”
Merutuk. Hanya itu yang dapat dilakukan Key sepanjang perjalanan. Bahkan, hingga sudah sampai tempat fotocopy ia masih merutuki pemuda itu.
“Huwaaa. Umma, aku dijajah oleh pemuda maniak ayam”
“Ini bonnya”
Key menatap secarik kertas itu bingung. Tunggu. Ia lupa meminta uang kepada maniak ayam itu. Bagaimana jika uangnya kurang. Sial, mati kau Key.
“Ini”
Dengan ragu Key memberikan uang sakunya. Berharap semoga tidak kurang.
“Ini kembaliannya”
Kembali merutuk. Itu yang dilakukan Key. Bahkan puluhan kertas yang tadinya rapih tanpa kusut sedikitpun entah menjadi apa saat ini.
“Ia harus bertanggung jawab”
Manik mata Key masih mencari sosok yang membuatnya lelah, kesal dan marah. Di kelasnya, tidak ada. Akhirnya, Key memutuskan untuk ke ruang osis siapa tahu orang yang dicari ada di sana.
Brakk.
“Di sini kau rupanya”
Onew melirik sekilas kea rah Key. Tak peduli.
“Kau harus bertanggung jawab”
“Aku tidak melakukan apapun padamu. Jadi, jangan membuatku berada di posisi menjijikkan”
“Pertama, kau tidak memberiku uang fotocopy” Key memutuskan ucapannya. “Kedua, bisakah kau perlakukan aku seolah aku ini kekasihmu Lee Jinki”
Selama Key menjadi kekasih seorang Onew. Ia tidak tahu bagaimana rasanya dimanja oleh sang kekasih seperti di drama-drama kesukaannya.
“Lalu?” Onew mengambil dompetnya. Mencari beberapa uang yang sekiranya cukup untuk mengganti uang Key.
Dengan cepat Key merampas dompet Onew dari tangannya. Manik matanya berkilat tajam menatap Onew. Tanpa ada rasa bersalah sama sekali Key membawa kabur dompet Onew.
“Setidaknya beri aku waktu. Tanpamu”
=3=
Key menghentak-hentakkan kakinya kesal. Terkesan kekanakan memang. Tapi, mau bagaimana lagi. Ia kesal dengan tingkah Onew. Sangat berbeda jauh dari Onew yang ia kenal.
Tap. Langkah Key tertahan saat melihat Onew yang sedang duduk di salah satu café. Dan, anehnya. Ia masih menggunakan seragam lengkap. Sangat jelas iabelum pulang ke rumah. Bagaimana ia bisa membayar jika dompet beserta isinya ada di tangan Key.
“Aku penasaran”
Key melangkahkan kakinya menuju di mana Onew berada. Dengan langkah sangat pelan. Key mulai memeluk Onew dari belakang.
“Dubuu~”
Onew hanya berdehem kecil menanggapi. Key, sangat kesal dengan tingkah Onew yang seolah tak menganggapnya.
“Kau marah?”
Onew masih diam dalam posisinya. Tangannya masih ia gunakan untuk mengaduk-ngaduk caffeine yang ia pesan.
“Hyung. Setidaknya. Bicaralah, walaupun hanya satu kata”
Onew melepaskan kedua tangan Key dengan kasar. Ia hanya menatap Key lama.
“Aku pulang. Jika kau mau. Dompetku untukmu saja”
Key bungkam. Bukan satu kalimat itu yang ia mau. Bahkan, tangannya yang memegang dompet Onew melemas. Inilah sisi lemah sang ketua osis.
=3=
Key masih setia menunggu Onew di depan kelasnya. Manik matanya terus mencari sosok Onew. Namun, hingga siswa terakhir sekalipun. Onew, tak kunjung keluar dari kelasnya. Haruskah ia masuk? Tidak boleh. Ia hanya hoobae. Ia masih tahu diri.
Manik matanya tak sengaja menangkap seseorang yang ingin memasuki kelas Onew. Dengan gesit Key menghadang pemuda itu.
“Sunbae. Bisakah kau berikan ini pada Onew hyung? Kumohon”
“Siapa namamu manis?”
“Baiklah, terima kasih sunbae”
Pemuda itu mengernyitkan dahinya bingung. Namun, ia tidak peduli.
“Ini. Dari penggemarmu”
Onew sedikit mendongak menatap Jonghyun bingung. Sejak kapan ia punya penggemar.  Tunggu. Mungkinkah? Key.
“Wow. Manisnya, sama seperti yang membuatnya”
Jonghyun menatap takjub bekal yang baru saja dibuka Onew. Sangat cantik. Dengan tulisan Key love Onew di tengahnya. Manis, cantik dan lembut. Begitu kesan yang ditampilkan.
“Kau mau?”
“Tidak. Itu ada namamu. Jika tidak ada namamu mungkin aku mau”
“Kekanakkan aku tidak suka”
Tanpa mereka berdua sadari. Dari balik dinding Key mendengar semuanya.  Tadinya, Key kembali hanya ingin mendengar pujian yang sudah lama ia tak dengar dari sang kekasih. Namun, semua itu harus ia telan pahit-pahit saat mendengar penuturan yang sudah pasti dari sang kekasih.
“Apa kau bosan padaku hyung?”
=3=
“Kemana dasimu?”
Kali ini Key menjadi petugas kerapihan. Ia sangat menyukai tugasnya ini. Baginya, sangat menyenangkan dapat memarahi para hoobae, sunbae dan teman-temannya. Ada kesenangan tersendiri dalam diri Key.
“Aku akan memakainya di kelas nanti”
“Pakai di sini”
“Aku tidak bisa memakai dasi”
“Bocah TK macam apa kau? Ck”
“Aku biasa dipakaikan oleh Luhan hyung”
Key mencibir. Hatinya menjerit senang mengetahui ternyata rivalnya ini tidak bisa memakai dasi. Bukankah ini menyenangkan?
“Kau menghambat waktunya Key. Kemarikan dasimu”
Dengan cepat Onew membuat simpul pada dasi Kai dan melemparnya sembarang.
“Hyung”
“Bolehkah aku bertanya sesuatu padamu?”
“Tidak perlu meminta izin”
“Apa aku membosankan? Apa cintamu padaku sudah membeku? Jika seperti ini. Lebih baik kita akhiri saja hyung”
Onew membulatkan matanya. Mudah sekali Key berkata seperti itu. Ia tidak mengerti. Ia tahu Key sedang marah padanya. Tapi, begitu mudahnyakah mengucapkan kata ‘kita akhiri ini saja’. Kenapa begitu mudah Key mengucapkan itu.
=3=
Key sangat mencintai Onew.
Dengan senang Key mengikuti setiap langkah Onew. Kemanapun Onew pergi Key selalu ada di belakangnya. Agap saja Key adalah ekor dari seorang Lee Jinki. Karena Key bertahan hanya karena cintanya pada Onew. Apakah itu salah? Tidak sama sekali. Ini hanya lebih ekstrim.
“Apa kau sudah duduk?”
Key menatap Onew bingung. Tak lama kemudian senyum mengembang di bibirnya, dan anggukan kecil Key keluarkan.
“Kalau begitu. Duduk tenang di sini. Tunggu aku kembali. Mengerti?”
“Baiklah”
=3=
“Aku mendapatkannya. Huft. Di luar hujan deras sekal—. Kenapa kau ada di sini? Key menunggumu di luar sana dank au malah duduk-duduk di sini? Kau ini tuli ya? Suara hujan lebat saja tak terdengar”
“Kemarikan punyaku”
“Akan kusita. Sampai kau menemui Key. Mengerti”
“Apa? Aku sudah lapar dank au menyuruhku keluar? Sedangkan di luar sedang hujan? Kau gila”
“Haha! Berfikir juga kau”
“Apa maksudmu?”
“Temui Key”
=3=
Key masih setia menunggu sang kekasihnya datang. Walaupun air hujan mengguyur kepalanya. Ia hanya memainkan tangannya berusaha menampung air hujan dalam genggamannya. Ia tak peduli dengan tubuhnya yang sudah basah. Yang ia tahu. Ia setia.
“Kau ini bodoh atau apa?”
“Aku yakin kau pasti datang”
Lirih. Sangat lirih Key mengucapkan itu. Sesungguhnya ia kedinginan. Namun, ia tepis rasa dinginnya. Karena ia yakin jika ia akan mendapatkan kehangatan setelahnya.
“Ikut aku”
Key hanya mampu menurut. Tidak ada payung untuknya. Tidak ada kelembutan kekasihnya. Sungguh, Key ingin menangis saat ini juga. Tak peduli berapa banyak tetes air yang mengenai tubuhnya. Yang ia mau hanya satu. Kehangatan dari kekasihnya.
Pukk.
“Keringkan tubuhmu, manis”
“Dia bukan anak kecil lagi Jong. Dan, kemarikan makananku”
“Itu bukan makananmu lagi”
“A-apa? Aku sudah membawanya dan makanan itu. Aishh. Demi apa Jong, kau menyebalkan”
“Jika kau tahu? Orang menyebalkan lebih mempunyai hati ketimbang psikopat cinta. Bukankah aku benar Lee?”
Key terdiam melihat pertengkaran antara Onew dan pemuda yang di ketahui bernama Jonghyun itu. Apa ini karenanya? Apa lagi-lagi ia berbuat salah? Bahkan, ia  sudah berusaha untuk tidak melakukan kesalahan sedikitpun.
=3=
Sudah dua hari Key tidak mempedulikan keberadaan Onew sedikitpun. Ia menganggap hubungannya dengan Onew telah berakhir.
Setelah kejadian kemarin. Key benar-benar tidak mau melihat wajah Onew. Ia ingin mencoba melupakan tentang pemuda itu.
“Kenapa kau suka sekali ke sini?”
Key terdiam dalam posisinya. Ia tahu itu Onew. Dan, bukankah ia sudah bilang jika hubungannya dengan Onew telah berakhir. Jadi, apa pedulinya kali ini.
Tangan Onew yang lebih besar dari Key mulai menggenggam tangan Key. Mengaitkan tangannya pada sela-sela jari Key. Sebelah tangannya ia gunakan untuk mengusap lembut pipi Key.
“Maaf, jika aku membuatmu menangis”
Sebuah kecupan lembut mendarat tepat di bibir Key. Hanya diam, tanpa respond. Itu yang dilakukan Key.
“Maaf, jika aku mengabaikanmu”
Sebuah kecupan lembut mendarat tepat di bibir Key untuk kedua kalinya. Namun, kali ini Key terisak kecil dalam ciuman itu.
“Aku hanya ingin mencoba hidup tanpamu. Tapi, kau tahu?” Key menggeleng kecil. “Aku mati tanpamu. Jadi, jangan pernah mencoba meninggalkanku. Dan mengucapkan kata yang tidak aku suka. Karena, aku akan mati tanpamu”
Pecah. Tangis Key pecah. Ia sudah tak mampu menahannya kali ini. Kali ini ia benar-benar kekanakan. Ia hanya tahu dirinya sendiri. Ia tidak pernah mencoba untuk meengerti. Ia terlalu manja. Ia lemah.
“Aku tidak tahu jika ini menyakitimu. Maukah kau memaafkanku?”
Key menggeleng lemah dalam pelukan Onew. “Kau terlambat”
Onew mengerutkan kedua alisnya bingung. Apa maksud kata telat dari Key itu. Ia telat apa.
“Kau telat. Aku sudah memaafkanmu. Mr. pabo”
Onew makin mengeratkan pelukannya. Ia tak ingin membuat Key menangis lagi. Ia tak ingin Key menangis karenanya. Apalagi jika karena tingkah konyolnya. Tidak. Sama sekali tidak.
FIN

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 comments:

Post a Comment