Merindukan seseorang. Itu sangat menyakitkan. Terlebih
orang itu tidak mengenalmu baik. Atau lebih tepatnya. Ia mengenalmu sebagai
musuhnya. Musuh yang harus dimusnahkan.
Miss me. Miss U
“Cukup”
Draco Malfoy masih dengan seringai khasnya. Ia tertawa
saat melihat musuhnya jatuh terduduk. Ingat, dia Draco Malfoy anak asrama
Slytherin yang cukup ditakuti. Selain kepintarannya ia juga punya uang dan ia
terlalu egois.
“Draco Malfoy ikut aku ke ruanganku”
Mimpi buruk bagi Draco yang ketangkap basah oleh guru paling
killer di sekolahnya. Siapa yang tidak mengenal Professor Severus snape. Bisa
gawat jika ia ketahuan. Ah, nasib sudah bagi Draco yang malang.
“Kau tidak apa mate?”
Pemuda berambut merah ̶ Ron ̶ mulai mendekati pemuda berkacamata bulat yang
masih menahan sakit akibat benturan di punggungnya.
Draco yang mendengar itu sebelum ia melangkahkan kakinya
mengikuti Professor Snape hanya bisa menyeringai kecil.
“Tidak apa Ron”
“Aku dan professor Snape sudah menyiapkan ramuan untukmu.
Mau kugendong mate”
=3=
Setelah mendengar pencerahan dari Prof Snape, Draco mulai
berjalan ke arah asrama Gryffindor. Tidak peduli dengan anak-anak
asramanya−Slytherin. Yang terpenting ia harus melihat kondisi musuhnya itu dulu
dan mengomelinya habis-habisan.
“Harry”
“Untuk apa kau kesini?”
“Memangnya tidak boleh?”
“Ha! Seorang Malfoy mendatangi Harry Potter temanku. Kau
gila Mr. Malfoy”
Weasly. Pemuda berambut merah itu tiba-tiba datang di
depan Draco, membuat Draco sedikit mundur kebelakang karenanya. Pemuda Weasly yang
brengsek bagi Draco. Bagaimana bisa tidak jika pemuda berambut merah itu selalu
mengganggu Draco untuk sekedar tatap dengan Harry.
“Aku sedang tidak berencana untuk membakar seseorang
untuk saat ini”
Datar tapi bermakna. Khas seorang Draco Malfoy. Dan, Ron
pemuda berambut merah itu tau betul dengan sifat Draco. Karena itu, ia tidak
pernah takut dengan pemuda bernama Draco Malfoy ini.
“Kau mau membakar? Kau kira ini malam tahun baru eoh?”
Demi Merlin. Draco sangat membenci pemuda berambut merah
ini. Jika ia mau sudah sejak tadi ia membuat pemuda ini bertekuk lutut di
hadapannya dengan keadaan hangus. Tapi, tidak. Karena di sini masih ada Harry
musuh kesayangannya/?
“Akan aku percepat waktu jika itu membuatku bisa membakar
seseorang tuan Weasly”
“Hentikan omongan kalian. Dasar tidak berguna” Harry
menunjuk Draco sinis. “Dan kau pangeran Slytherin yang terhormat. Silahkan
kembali ke asramamu”
=3=
Sudah seminggu kejadian di mana pertama kalinya seorang
Draco Malfoy terkena detensi yang membosankan. Dan, sudah seminggu pula Draco
tidak melihat musuh kesayangannya ̶ Harry.
“Goyle”
“Kau membuatku gila Malfoy. Kenapa wajahmu jadi tidak
terawat. Sebenarnya kau ini kenapa?”
“Aku merindukannya Goyle”
“Siapa? Astoria Greengrass?”
Draco memukul kepala Vincent dengan tidak berperasaan.
Dengan selalu memasang wajah datar Draco tetap diam tanpa ada tanda ia akan
menjawab penuturan Vincent Crabbe teman seangkatannya.
“Ha! Merindukannya? Setiap hari mereka bertemu.
Benar-benar romantis”
Kali ini kepalan tangan Draco mendarat tepat di kepala
pemuda Goyle itu.
“Gregory Goyle ku peringatkan padamu. Aku dan Astoria
Greengrass tidak ada hubungan apa-apa. Mengerti”
“Lalu kau merindukan siapa?”
Draco terdiam tidak menjawab sepatah katapun. Bahkan
dirinya sendiri bingung siapa orang yang ia ridukan. Karena, kata-kata itu
terucap tanpa ada kontak mulut dan otaknya.
“Kau merindukan Potter?”
Draco menutup mulutnya rapat. Takut minuman yang baru
sampai di mulutnya akan keluar lagi. Kan tidak keren pangeran asrama
menyemburkan minumannya di depan umum. Itu mempermalukan nama Draco Malfoy.
Tunggu. Pemuda Goyle itu bilang apa? Potter? Harry Potter
kah? Benarkah ia merindukan sosok berantakan yang selalu ia anggap musuh yang
selalu ia lukai itu. Mungkin perkataannya benar. Ia sudah lama tidak bertemu
dengan pemuda Potter itu.
“Ha! Ketahuan, kau merindukan si kacamata Potter kan?
Ngaku”
“Apa? Benarkah itu Malfoy? Yang dikatakan Goyle apa itu
benar? Jawab Malfoy jawab kau membuatku penasaran”
“Tentu saja tidak. untuk apa merindukan Potter”
=3=
“Mate aku merindukanmu. Sangat”
Draco menghentikan langkahnya untuk masuk kelas sejarah.
Ia penasaran dengan kelanjutannya.
“Apa yang para muggle itu lakukan padamu? Kau baik-baik
saja kan?”
Draco mengernyit heran mendengar pertanyaan dari sosok
yang ia kenali Hermione Granger. Tunggu, muggle ̶ sebutan orang yang tidak
mampu menggunakan sihir ̶ kenapa dengan Harry. Apa hubungannya dengan para
muggle itu.
“Aku tidak apa. Mereka baik padaku”
“Bagaimana bisa ramuan professsor Snape tidak membuat
keadaanmu membaik hingga kau pergi ke dunia muggle”
“Tulangku patah”
“Harry”
Draco keluar dari persembunyiannya yang langsung dihadang
oleh kedua teman Harry ̶ Ron dan Hermione. Ia tahu jika ia harus menghadapi dua
orang sebelum ia bertatapan dengan Harry.
“Mau apa kau?”
“Tidak puas sudah membuat Harry-ku pergi ke dunia
muggle?”
Draco tersenyum tipis. Lebih tepatnya menyeringai setan
di depan keduanya.
“Jangan halangi aku”
Brakk. Dengan sekali hentak Draco melumpuhkan Hermione
dan Ron yang sekarang tersungkur di tanah. Ingat, Draco Malfoy tidak suka jika
diganggu. Terlebih untuk bermain dengan musuh kesayangannya.
“Jangan sakiti temanku”
Draco menarik tangan Harry mendekat dan mendekap tubuh
Harry erat seakan tidak mau berpisah. Ia mengerti sekarang jika hatinya
merindukan sosok Potter sang musuhnya. Namun, gengsi seorang Draco Malfoy
melumpuhkan semua itu.
“Aku merindukanmu”
Hermione dan Ron yang mulai bangkit dari posisinya tadi
hampir mati mendengar penuturan sang Malfoy. Apalagi mendengar suaranya. Demi
Merlin, ada apa dengan Draco? Kenapa bisa ia mengeluarkan suara selembut itu.
“Kau sakit Malfoy kau sakit”
Trio emas itu mengeluarkan suara berbarengan. Hei, trio
emas itu masih shock mendengarnya. Bagaimana bisa mereka bertiga menganggap
Draco waras jika begini.
“Iya, aku sakit jika tidak bertemu denganmu barang
sedetik saja”
Hoekk. Demi apa orang ini adalah Draco Malfoy yang mereka
kenal selama ini. Harry menampar pelan wajah Draco membuat manik silver Draco
terbuka. Dengan cepat Draco mendorong pelan tubuh Harry menjauh darinya.
“Apa yang aku lakukan?”
“Kurasa kau benar Draco kali ini”
“Draco. Jangan bilang kau lupa teks-nya”
Dua pemuda menyeringai setan. Siapa lagi jika bukan Goyle
dan Crabbe sang pengikut pangeran Slytherin ini.
“Sudah, mengaku saja”
“Iya iya mengaku saja. Tidak akan menurunkan derajat
seorang ̶”
Draco membungkam mulut kedua peemuda yang di belakangnya menggunakan
sihirnya ̶silentio. Sudah berapa kali ia bilang, ia tidak suka diganggu
terlebih jika menyangkut dengan Harry. Membuat kesal saja.
“Mengaku apa?”
Draco tersenyum kecil menatap manik mata Harry. Sedikit
melirik ke arah Hermione dan Ron yang tengah membersihkan debu di jubah mereka.
Setelah memastikan keadaan.
“Aku merindukanmu dan” Draco sengaja memutuskan
kalimatnya membuat Harry menunggu kalimat berikutnya. “Aku mencintaimu”
OMAKE:
“Tentu saja tidak. Untuk apa aku merindukan Potter”
“Matamu berbohong Malfoy”
Tangan Draco langsung menutup matanya. Apakah ia benar
merindukan bocah Potter itu. bahkan dirinya saja tidak tahu.
“Ternyata dugaanmu benar Goyle”
“Apa yang kau rasakan saat ini tuan Malfoy”
“Sepertinya nope jawabannya”
“Aku ingat. Kau pernah mengatakan kepada Astoria
Greengrass jika ada orang lain yang kau cintai. Potter kah?”
“Demi apa Malfoy. Aku dukung”
“Aku juga. Tenang saja sobat”
“Katakan saja jika kau mencintainya”
“Jangan, be mine. Saja”
“Itu juga bagus. Sesukamu saja deh. Jika dia sudah jadi
milikmu traktir kami”
“Haha. Benci jadi cinta ala Draco Malfoy”
“Kalian berdua diam”
FIN






0 comments:
Post a Comment