Jinyoung menguap malas. Manik matanya mengerjap menyesuaikan cahaya
yang menyeruak dari balik jendela kamarnya. Tunggu. Siapa yang berani-berani
membuka jendelanya. Sandeul kah?
“Annyeong hyung”
=One Day=
JinChan
=One Day=
“Hanya ada roti”
Jinyoung menghela napas pasrah. Saat manik matanya hanya melihat
sebungkus roti isi. Padahal perut kecilnya itu sangat lapar. Memasak? Ah,
sangat malas jika memasak dengan nyawa yang masih berada di alam mimpi.
“Kau harus tanggung jawab”
Jinyoung menunjuk-nunjuk Gongchan dengan kesal. Ayolah, kau
dibangunkan pada pagi buta di hari libur kerja. Dan, setelah kau bangun hanya
ada roti isi. Demi apa.
“Aku tidak melakukan apapun padamu hyung. Sungguh”
Jinyoung men ttakbbam kening Gongchan membuat sang empunya meringis
kesakitan. Siapapun yang berani membuat otak maknae kesanyangannya ini menjadi
jauh ia akan mengikat orang itu.
“Yang lain mana?”
Gongchan mengelus keningnya mengabaikan pertanyaan Jinyoung.
Ditaruhlah kepalanya yang masih berdenyut akibat ttakbbam tadi di pundak
Jinyoung tanpa rasa bersalah.
“Ada apa?”
Gongchan memejamkan kedua matanya. Sedangkan kedua tangannya
melilit di pinggang Jinyoung. Ia suka saat-saat di mana mereka hanya berdua.
Tanpa ada siapapun di dorm. Karena, saat itu ia bisa bermanja kepada sang
leader.
“Hyung”
Jinyoung mengelus rambut Gongchan dengan lembut. Sebelah tangannya
ia gunakan untuk memakan roti isi yang ada. Walaupun sebenarnya itu tidak akan
membuat perutnya kenyang.
“Kita jalan ne”
Jinyoung menatap kaget Gongchan yang masih setia memejamkan kedua
matanya. Apa-apaan bocah ini. mengajaknya pergi di saat perutnya masih
menjerit. Dan nyawa yang masih berkeliaran di dunia mimpi.
“B-baiklah”
Tidak bisa menolak. Entah mengapa sang leader ini tidak pernah bisa
menolak permintaan dari maknae menyebalkan ini. Mau tak mau dengan perut yang
masih menjerit ia harus mengikuti kemauan sang maknae.
=One Day=
“Hyung. Aku mau pororo”
“Beli saja”
“Aku tidak bawa uang”
Jinyoung meneguk ludah kecut. Ia lupa sesuatu. Jika mengajak bocah
ini pergi kemanapun dan di mana pun pastikan lupa membawa uang. Karena jika
ketahuan membawa uang habislah uang itu.
“Jangan terlalu pelit pada dongsaengmu yang manis ini hyung”
Jinyoung mengambil boneka pororo besar itu dan membayarkannya ke
kasir. Salahnya membawa Gongchan masuk ke dalam mall hanya untuk mencari tempat
makan. Sangat salah.
“Kau mau makan apa hyung?”
Jinyoung menarik kursi dan mendudukkan dirinya di depan Gongchan
yang masih setia dengan senyum polosnya.
“Memakanmu”
Jinyoung menyeringai kecil saat dilihatnya Gongchan menutupi
wajahnya dengan boneka yang ia beli. Senang sekali mengganggu maknaenya ini.
“Hei. kenapa denganmu”
“Tidak apa. Ah hyung, aku mau sushi saja”
Jinyoung memesankan pesanan Gongchan dengan malas. Sambil menunggu
pesanan datang Jinyoung memainkan jemarinya bosan. Ia paling tidak suka
menunggu.
“Hyung”
Jinyoung melirik sekilas ke arah Gongchan sebelum manik matanya
memperhatikan gerak-gerik tangannya.
“Bagaimana jika aku bilang..”
“Ah, pesanannya sudah datang. Makanlah”
Gongchan medengus kesal karena kata-katanya sengaja dipotong
Jinyoung.
“Hyung kau tidak makan?”
Jinyoung menggeleng kecil manik matanya kembali fokus dengan sushi
yang sedang dimakan lahap oleh Gongchan.
“Say ahh”
“Yang bilang ah itu kau”
“Yakk hyung”
Gongchan melempar boneka pororo telak ke arah Jinyoung yang masih
tertawa akibat tingkah Gongchan.
“Hyung aku akan membayarmu jika kau mau menemaniku seharian”
Jinyoung mengerutkan keningnya. Tangannya masih setia melingkar
pada boneka pororo yang tadi sempat dilempar Gongchan. Hee. Tunggu. Kenapa ia
seolah menjadi sebuah barang sewaan. Dasar maknae kurang ajar.
“Bersamamu? Bisa-bisa aku yang membayarmu”
“Mau tidak?”
Jinyoung terkikik kecil melihat tingkah Gongchan yang merajuk ke
arahnya. Kenapa tiba-tiba dongsaengnya ini menggemaskan sekali.
“Kau saja tidak bawa dompet bagaimana bisa membayarku heh”
“Ishh”
=One Day=
“Kita mau apa di sini?”
Jinyoung menatap Gongchan yang masih memeluk boneka pororo seperti
anak kecil. Aigoo kenapa dongsaengnya ini makin manis.
“Molla. Channie mau es krim”
Jinyoung menoyor wajah Gongchan sebal. Bisa-bisanya ia ber aegyo
ria. Tanpa menyadari jika sedari tadi Jinyoung menahan darah di hidungnya.
“Yakk hyung”
Jinyoung menarik tangan Gongchan ke kedai es krim. Membuat Gongchan
yang tadi sempat merapihkan tatanan rambutnya terjatuh tepat saat kaki
jenjangnya hampir sampai di depan kedai es krim..
“Appo”
Gongchan meringis kecil sambil mengelus-elus keningnya. Sial. Keningnya
jadi korban lagi.
“Pororo, Jinyoung hyung nakal”
Jinyoung berjongkok di depan Gongchan dengan wajah masam. Ayolah,
sekarang puluhan pasang mata menatap mereka. Seolah Jinyoung seperti om-om
jahat yang menarik kasar bocah di bawah umur.
Tunggu. Jangan bilang penyamaran mereka sedari tadi terbongkar
hanya karena perkataan Gongchan barusan.
“Kyaaa Jinyoung”
“Turchan”
Good. Mimpi buruk. Sekarang semua orang tahu mereka siapa. Jinyoung
hanya bisa merutuk kesal. Hancurlah penyamaran yang sedari tadi mereka gunakan.
“Berdirilah”
Gongchan menggeleng kecil. Ayolah, bahkan saat terlepas dari
penyamaran pun ia masih sempat bertingkah seperti anak kecil. Ada apa dengan
maknae nya ini.
Jinyoung menghela napas menanggapi. Tangannya ia ulur untuk
menyentuh pipi lembut Gongchan. Senyum yang sengaja dibuat semanis mungkin ia
keluarkan. Dan sebuah kecupan mendarat di kening Gongchan.
“Masih sakit?”
"Kyaaa"
=One Day=
Manik mata Jinyoung menatap langit kaget. Kenapa ia tidak sadar
jika langit sudah mulai menggelap. Menghabiskan waktu dengan Gongchan
membuatnya jadi lupa waktu.
“Sekarang sudah sore”
Gongchan mengangguk kecil menanggapi. Bibir kecilnya masih
bergerak-gerak kecil.
“Mana bayaranku”
“Kita ke pantai ne”
Jinyoung menghela napas kesal. Untung ia seorang yang sabar. Jika
tidak ia benar-benar akan mengikat Gongchan di atas pohon. Hei. ia sudah lelah
dan ia ingin segera mengistirahatkan tubuhnya. Tapi, sekarang maknae
menyebalkan ini ingin ke pantai. Merepotkan.
“Hyung. Kau akan dapatkan bayaran saat kita sudah sampai”
Jinyoung mengernyitkan keningnya. Kenapa ia harus mendapatkan
bayarannya saat mereka sudah sampai. Memangnya Gongchan merencanakan apa di
pantai.
“Kita sudah sampai”
Gongchan membuka kedua matanya. Memang sejak tadi Gongchan
mengistirahatkan dirinya. wajar saja jika selama perjalanan tidak ada satu
patah kata yang keluar dari bibirnya.
“Kajja hyung”
=One Day=
“Kau aneh”
“Ah sebentar lagi”
Jinyoung menatap Gongchan bingung. Manik matanya mengitari
sekelilingnya. Sepi. Sebenarnya apa yang Gongchan tunggu sedari tadi. Hingga
telinganya tidak mendengar sama sekali suara indah Gongchan.
“Gomawo hyung”
Jinyoung sengaja memfokuskan matanya ke arah matahari yang sebentar
lagi menghilang. Pura-pura tidak mendengar perkataan Gongchan.
“Saranghae”
Gongchan memeluk boneka pororo erat. Wajahnya yang memerah ia
tutupi dengan boneka pororo itu. ughh tiba-tiba ia terlihat seperti seorang
yeoja.
Entahlah, seperti keinginan Jinyoung terkabul pada hari ini. Melihat matahari terbenam bersama sang pujaan hatinya. Walaupun agak sedikit aneh Gongchan mengajaknya ke pantai.
“Mana bayaranku?”
Jinyoung sengaja mengalihkan pembicaraan. Eh tunggu. Gongchan melupakan itu. bayaran untuk Jinyoung. Kenapa bisa ia
melupakan tentang janjinya di restaurant tadi. Apa yang harus ia berikan pada
Jinyoung. Bahkan, ia saja tidak bawa uang sama sekali.
“Aku bertanya mana bayaranku”
Gongchan memainkan jarinya. Masih dalam posisi meringkuk memeluk
boneka pororo ia menggigit bibirnya sendiri.
“Eum. besok ne hyung”
Jinyoung menarik kasar boneka pororo yang menutupi wajah Gongchan
sedari tadi. Manik matanya berkilat tajam menatap Gongchan.
“Ng. Hyung, kau marah?”
Jinyoung menangkup wajah Gongchan. Meniup pelan kedua mata Gongchan
agar terbuka memperlihatkan indahnya kilauan permata di matanya.
“Begini lebih baik”
Gongchan mengerjapkan kedua matanya takut. Ia takut jika Jinyoung
akan marah padanya karena ia lupa dengan bayaran yang ia janjikan.
“Tidak perlu dipikirkan”
“Kau tidak marah?”
“Kau kan kekasihku”
Jinyoung mengacak rambut Gongchan gemas. Mengusap kening Gongchan
lembut.
“Jahat sekali kau hari ini hyung”
Jinyoung terkekeh kecil melihat Gongchan yang mengerucutkan
bibirnya. “Jadi bayaranku”
Gongchan mengetuk-ngetukkan jarinya di dagu. Manik matanya menatap takut ke arah
Jinyoung. Gongchan mengecup sekilas bibir Jinyoung membuat sang empunya
membelalakkan kedua matanya. Apa ini benar Gongchan.
“Itu saja ne”
“Kurang lama”
FIN
A/N: baru pertama kali bikin JinChan. >.< so sorry kalo ini picisan banget. hehe






0 comments:
Post a Comment