“Jae hyunie palli”
Jae hyun hanya mendengus sebal melihat temannya yang sudah
meninggalkannya jauh. Meskipun berangkat sekolah bersama-sama tetap saja yang
sampai di depan gerbang bukan dia.
=My Hope it’s You=
“Selalu seperti itu”
Jae hyun hanya bisa tersenyum maklum melihat tingkah temannya yang
lebih mirip seperti bebek jika sedang makan. Memang terlihat manis jika sudah
begini. Tapi tetap saja tidak mencerminkan umurnya yang sudah hampir tujuh
belas tahun.
“Apa?”
“Seo In Guk”
“Hm”
Jemari panjang Jae Hyun mengusap lembut sudut pipi In Guk membuat
sang empunya langsung menjauh dengan cepat. Manik matanya mendelik tajam ke
arah Jae hhyun yang hanya ditanggapi senyum tipis dari Jaehyun.
“Maksudmu itu apa?”
“Tidak ada”
“Ahh. Terserahmu”
=3=
“Kita benar-benar akan pergi?”
Seo In Guk memeluk erat leher Jae Hyun. Membuat Jae Hyun yang
mendapat serangan mendadak seperti itu oleng seketika. Beruntung mereka berdua
sedang di ranjang, jika di tebing mungkin mereka sudah terjun bebas.
“Kita akan ke China kan? Ke China”
Jae Hyun memberontak kecil dalam pelukan In Guk. Tangan In Guk yang
melingkar di lehernya sengaja ia pukul berkali-kali. Namun, bukannya terlepas
malah semakin erat tangan In Guk mengikatnya.
=3=
In guk mengabaikan perkataan Jae Hyun. Ia masih mengikat kencang
kaki burung kecil yang sempat mereka tangkap di taman tadi.
“Ahn Jae Hyun. Kaki burungnya lemas”
Jaehyun mendekati burung kecil tersebut. Meniti setiap apa yang ia
lihat. Benar saja kaki burung kecil itu patah. Jadi, setengah kaki kecilnya
tidak dapat di gerakkan oleh sang pemiliknya,
“Sudah ku bilang jangan terlalu kencang, bodoh”
=3=
“Ahn Jae Hyun? Gwaenchana?”
“Lepaskan tangan mu”
Inguk menatap Jaehyun bingung. Ia mulai melepaskan pelukannya dan
menempelkan keningnya di punggung Jaehyun.
Hatinya selalu bingung setiap ia dekat dengan Jaehyun, pasti
Jaehyun bertingkah aneh. Tapi, setiap Inguk bertanya langsung pada Jaehyun.
Tanggapan yang ia terima hanya sama. “Aku juga tidak tahu itu apa namanya”.
Sangat jauh dari pertanyaan Inguk.
“Jaehyunie. Kau kenapa?”
“Aku mau ganti baju. Sana keluar”
“Huh? Kenapa aku harus keluar? Kau kan laki-laki”
Jaehyun menggigit bibirnya. Kenapa harus Inguk mengingatkan jika ia
adalah seorang laki-laki. Walaupun nyatanya, memang ia laki-laki. Tapi, itu
membuat hati Jaehyun teriris.
Karena, sekalipun debaran yang dirasakan Inguk dan dirinya sama.
Tapi, tidak mungkin Inguk menyukainya. Karena ia laki-laki.
“Kalau begitu anggap saja aku perempuan, bodoh. Sana keluar”
“Huh? Kalau begitu izinkan aku melihatmu berganti di depanku”
“Dasar mesum”
=3=
“Kau benar akan pergi”
Jaehyun tersenyum miris. Mungkin memang ini yang harus ia lakukan
agar ia bisa melupakan Inguk dan kenangan yang manis baginya. Setidaknya,
mungkin itu akan merubah segalanya. Walaupun, di umurnya yang masih kecil.
Tapi, ia sudah mengerti jika rasa sayang yang berlebih akan mengganggu
orientasinya di masa junior high school.
“Aku akan tunggu”
“Jaga dirimu. Jangan menangis jika aku tidak ada ne”
Jaehyun tertawa kecil berusaha mencairkan suasana yang menurutnya
sangat canggung. Tangan mungilnya mendekap tubuh Inguk yang memang lebih kecil
dari tubuhnya.
“Sejak kapan aku menangis. Sekalipun aku menangis itu karena kau
tidak menepati janjimu”
Datar. Sejak kapan Inguk yang selalu menebar senyum saat
bersamanya, suaranya yang melengking manis tiba-tiba jadi sangat berat dan
tegas bahkan rahang kecilnya mengeras.
“Aku akan kembali”
“Hanya dua tahun. Akan ku tunggu”
“Yakk tersenyumlah. Kau mengerikan jika seperti ini”
“Pergilah”
=3=
“Selamat pagi” Jaehyun melirik makanan yang tersedia di meja makan
dengan tatapan curiga. “Kau yang memasaknya?”
“Tentu saja..” Inguk menunjukkan cengiran yang sudah lama Jaehyun
rindukan. “Tidak. seharusnya kau yang memasak dan aku yang baca koran, dasar”
=3=
“Ah, ne yeobo. Aku akan ke sana sebentar lagi”
Jaehyun menghempaskan spatula kecil dari tangannya. Bibir mungilnya
sengaja ia majukan. Merajuk pada Inguk agar ia mendapatkan posisi yang sedang
di mainkan Inguk. Namun, dengan tingkah seperti itu Inguk hanya tertawa.
“Kau tidak cocok. Sebagai sosok suami, kau harus tegas. Mana ada
suami yang beragyeo di depanku ehh. Kau itu terlalu manis”
Inguk mencubit pelan pipi Jaehyun. Di dekatkan wajahnya pada wajah
Jaehyun. Di kecup lembut kening Jaehyun. Jaehyun merasakan darahnya berdesir
saat belah bibir Inguk mengenai keningnya yang tertutup sedikit oleh rambutnya.
“Lalu bagaimana aku menarik para gadis di luar sana”
“Jika tidak ada gadis yang mau denganmu. Aku akan selalu
menerimamu”
=3=
“Jangan ingatkan hal itu, Seo In Guk bodoh”
Inguk hanya tertawa kecil saat manik matanya menangkap semburat
merah di kedua pipi Jaehyun. Masih sama seperti dulu. Manis.
“Ha. Jadi, ada gadis yang mendekatimu huh?”
“Tentu saja”
Hati Inguk mencelos. Apa yang ia dengar tadi. Apa penantiannya
selama ini hanya sebuah penantian yang sia-sia. Selama ini, sampai saat ia
tahun kedua di High School. Apa ini penantian yang sangat sia-sia.
“Siapa gadis beruntung itu”
“Kau tidak perlu tahu”
Inguk terdiam sesaat. Memang benar, apa haknya untuk bertanya
seperti itu. jika ia dapat undangan pernikahannya juga mungkin ia tidak akan
datang. Tapi sebelumnya, ia edit dulu nama yang tercantum dengan namanya dan
Jaehyun.
Kenapa dengan otaknya. Kenapa, ia malah berpikir jika sekarang ia
bukan siapa-siapa bagi Jaehyun.
Inguk meremas rambutnya kesal. Jemari panjangnya menggenggam garpu
makan dan menusuk-nusuk daging yang ada di depannya dengan kesal. Menunduk, ia
bahkan tidak sanggup melihat Jaehyun. Ia tidak bisa membayangkan jika
Jaehyun-NYA mencium orang lain. Bibir pink itu, bahkan ia belum sempat
menyentuhnya.
“Yeobo”
Inguk merasakan sepasang lengan melingkar di lehernya. Rasa hangat
yang sudah lama ia rindukan. Saat di mana kehangatan menjalar ke seluruh
tubuhnya.
Tunggu. Pemilik lengan yang memeluknya ini memanggilnya dengan
sebutan apa? Yeobo.
“Jaehyunie?”
“Hehe. Kapan kau akan memanggilku seperti itu eh?”
“Ha, nanti gadismu marah padaku”
“Biarkan saja dia marah. Memang aku peduli”
“Lupakan, aku akan berangkat. Kau mau bareng”
=3=
Brukk.
Jaehyun terjatuh saat hari pertamanya masuk menengah pertama.
Sangat menyebalkan, seragam barunya kotor terkena debu, bahkan, celana
seragamnya robek. Membuat kulit mulusnya lecet.
“Gwaenchana?”
“Kita bolos saja ne”
“Baiklah. Mau ku gendong?”
Jaehyun menggigit bibir bawahnya ragu. Di satu sisi lututnya sangat
nyeri. Bahkan, ia tidak tahu masih bisa berjalan atau tidak.
“Aku berharap semoga ini terakhir kalinya kau terluka”
=3=
Jaehyun berjalan bersebelahan dengan Inguk. Manik matanya tak lepas
dari wajah tampan Inguk. Tidak perlu takut jika ia akan terjatuh. Karena
tangannya menggenggam erat tangan Inguk. Sekalipun ia jatuh, itu juga tidak
mungkin sampai tanah karena tangan Inguk akan reflek menangkapnya.
“Tidak bosan memandangku?”
“Tidak. Mungkin aku terlalu merindukanmu”
Inguk hanya memutar kedua bola matanya bosan. Tidak apa jika
Jaehyun menatapnya hingga satu hari penuh. Malah, ia suka jika kedua mata
Jaehyun hanya tertuju padanya. Tapi, ini sudah sampai gerbang sekolah.
Bagaimana jika gadis Jaehyun melihatnya. Tapi, kemungkinan gadis Jaehyun ada di
sini kecil. Ah, molla.
“Kita sudah sampai”
“Cepat sekali”
“Cari kelasmu. Aku tunggu di sini saat bel pulang berbunyi.
Mengerti”
“Kenapa kau jadi cerewet”
“Karena, kau tidak cerewet”
=3=
“Jangan sisakan makananmu jika masih ingin makan”
“Rasanya aneh. Aku lebih suka masakanmu”
Jaehyun hampir terjungkal mendengarnya. Ia kan hanya pura-pura
masak bagaimana bisa masakannya enak. Dan, bagaimana Inguk tahu jika ia membeli
makanan itu di temannya. Merepotkan.
“Bagaimana kau bisa tahu? bahkan kau belum pernah memakan
masakkanku”
“Ha. Aku berharap aku yang pertama kali kau datangi setelah
masakanmu jadi”
=3=
“Yeobo”
Hampir saja ramyun yang sudah di dalam mulutnya keluar. Siapa orang
yang berani berteriak hal konyol seperti itu. Tapi, sepertinya Inguk mengenal
suara itu. Kalau begitu orang yang dipanggil ‘yeobo’ itu dirinya.
“Jaehyunie?”
Jaehyun langsung menghambur memeluk erat tubuh Inguk. Tanpa
mempedulikan jika sumpit ramyun yang sedang ada di tangan Inguk jatuh seketika.
“Jaehyunie. Lepaskan, kita menjadi sorotan publik”
“Dasimu berantakan, yeobo”
Inguk menjauhkan tubuhnya. Tangannya langsung menggenggam erat dasi
seragamnya. Dan menatap Jaehyun dengan tajam.
“Jangan pernah lakukan hal itu lagi padaku”
Jaehyun terdiam menatap kepergian Inguk. Bukan kah dulu Inguk
selalu meminta Jaehyun memakaikan dasi yang benar padanya. Tapi, kenapa
sekarang saat Jaehyun ingin melakukan itu lagi Inguk tidak mengizinkannya.
=3=
“Ini pertama kalinya kau memaksaku memakai dasi. Jadi, pasangkan”
“Tentu saja ini pertama kalinya kita masuk menengah pertama jadi ̶
Tunggu, Kau tidak bisa memakai dasi?”
“Kau pernah melihatku memakai benda yang tidak membuatku keren ini,
tidak?”
Jaehyun memakaikan dasi dengan perlahan. Tangannya yang mungil
dengan mudah membuat simpul. Dan setelah selesai ia menarik Inguk berdiri di
depan cermin besar.
“Tingkat ketampananmu meningkat”
“Jika memang benar. Aku berharap aku punya seseorang yang akan bisa
memakaikanku dasi”
=3=
“Jangan dipikirkan, anak baru”
Sebuah suara mengintrupsi Jaehyun untuk menoleh. Siapa yang berani
menyapanya. Jika, ia sama sekali tidak memperkenalkan diri di depan kelas dan
langsung duduk tanpa mempedulikan tatapan aneh yang dilontarkan padanya.
“Nuguya?”
“Hoya” pemuda bernama Hoya itu terkikik kecil melihat tatapan
bingung dari Jaehyun. “Kenapa?”
“Kau kenal Seo In Guk?”
Hoya tersenyum kecil menanggapi. Tangannya meraih sumpit dari
sakunya. Memakan ramyun milik Inguk tanpa peduli dengan tatapan aneh Jaehyun.
“Tentu saja. Ia orang yang special bagiku. Memangnya siapa orang
yang tidak kenal Seo In Guk, satu-satunya orang yang tidak bisa memakai dasi”
Jaehyun tertohok niatnya untuk memakan lollipop ia tahan kembali.
Hanya untuk mendengarkan cerita yang pasti akan diceritakan dari belah bibir
Hoya.
“Itu kan punya Gukkie”
“Dia tidak akan kembali jika untuk semangkuk ramyun”
Jaehyun meneliti segala yang ada di diri pemuda bernama Hoya ini.
Apa Inguk sudah memiliki kekasih, karena itu ia tidak mau disentuh di depan
publik seperti tadi. Dan, apa maksud perkataan Hoya ‘Ia orang yang special
bagiku’. Apa Inguk mempunyai hubungan pada pemuda di depannya ini.
Dan, jangan bilang pemuda di hadapannya ini yang memakaikan dasi
Seo In Guk-NYA.
“Hei. Biasa saja”
“A-apanya?” Jaehyun tersentak dari pemikirannya.
“Kau berpikir kenapa ia bersikap seperti itu kan? Sudahlah, mungkin
ia masih kepikiran dengan seseorang yang katanya manis yang selalu ia tunggu”
“Seorang gadis?”
“Katanya orang itu selalu memanggilnya ‘yeobo’. Ahh itu manis
sekali”
Mungkinkah itu dirinya. Tapi, ia bukan seorang gadis.
=3=
“Harapan itu apa?”
“Sebuah permintaan. Kenapa?”
“Tapi, kalau menurutku harapan itu adalah kau”
=3=
“Yeobo”
“Berhenti memanggilku seperti itu, Jaehyunie”
“Kau marah padaku? Katakan saja jika kau marah padaku jangan
seperti ini. Sudah tiga hari seperti ini, yeobo”
Inguk menyipitkan matanya menatap Jaehyun. Wajahnya sudah merah
menahan amarah yang sangat ingin ia luapkan.
Kenapa ini seolah-olah Jaehyun tidak menyadari perkataan saat
mereka pertama bertemu setelah perpisahan selama dua tahun itu. walaupun,
memang kesal menghadapi kenyataan jika ada yang menyukai Jaehyun. Tapi, memang
Jaehyun itu pantas untuk disukai siapapun. Memangnya, siapa yang tidak menyukai
seorang Ahn Jaehyun.
“Aku merindukanmu, bodoh”
Ingin rasanya Inguk berteriak jika ia juga sangat merindukan pemuda
di hadapannya ini. ia ingin memeluk Jaehyun. Mendekapnya erat dan takkan pernah
membiarkan seorang Ahn Jaehyun pergi. Walaupun itu hanya sedetik.
“Yakk. Jawab aku muka tembok”
“Memangnya aku harus jawab apa?”
Inguk melupakan emosi yang sedari tadi ia simpan. Ingin sekali
Inguk melepas tawanya. Namun, ia harus biarkan dorama aneh yang dibuat Jaehyun
terus berlanjut kalau perlu hingga Jaehyun menangis. Tunggu, ia tidak mau
melihat Jaehyun menangis.
“Kau menyebalkan. Dasar muka tembok, bodoh”
“Kau sedang membuat dorama ya?”
“Siapa yang sedang membuat dorama? Faktanya memang seperti itu”
“Baiklah, aku ke kelas ya”
Inguk mengangkat sebelah tangannya sebagai salam perpisahan. Kenapa
ia jadi seperti seseorang yang menolak pernyataan cinta seorang gadis. Nah,
sekarang kita hitung dalam hitungan ketiga setelah ia berbalik pasti Jaehyun
memeluknya.
Satu.
Dua.
Tiga.
Inguk menghentikan langkahnya. Tidak mungkin perkiraannya salah.
Mungkin, ia terlalu cepat menghitung coba ulang dari hitungan pertama.
Satu.
Hug. Tepat. Inguk tertawa kecil dalam hati ia sangat bahagia
mendapat pelukan hangat dari Jaehyun. Karena memang selama ini Inguk yang
selalu memeluk Jaehyun.
“Kau itu bodoh atau idiot”
Inguk melepaskan tangan Jaehyun yang melingkar di pinggangnya.
Menggenggam erat tangan mulus Jaehyun sebelum akhirnya ia tertawa dengan keras.
Dan sangat bukan Seo In Guk yang terkenal di sekolahnya.
“Apa-apaan tertawaanmu itu, bodoh”
Inguk masih mempertahankan tertawaannya yang membuat banyak pasang
mata yang berlalu lalang melewati gerbang sekolah menatapnya heran. Sebelum
akhirnya Jaehyun menginjak sebelah kaki Inguk dengan kedua kakinya.
“Menyebalkan”
Inguk memeluk tubuh Jaehyun yang entah mengapa lebih kurus dari
saat pertama bertemu setelah perpisahan itu. Mungkin, Jaehyun terlalu
memikirkan kejadian di mana tiga hari ia mencueki si manis Jaehyun.
“Lepaskan aku, bodoh. Semua orang memperhatikan kita”
Inguk mengecup bibir Jaehyun kilat tanpa mempedulikan teriakkan
memekikkan telinganya. Ini moment bagus untuk memperlihatkan jika Jaehyun
miliknya dan tidak ada yang boleh menyentuh miliknya.
“Sampai bertemu jam istirahat nanti, nae anae”
Inguk menyentil dahi Jaehyun membuat sang empunya sedikit meringis.
Walaupun akhirnya Jaehyun tertawa melihat punggung Inguk yang kian menjauh.
Inguk yang tidak bisa di tebak masih sama seperti dulu.
=3=
“Karena harapanku itu padamu”
“Memangnya apa harapanmu?”
“Memiliki Ahn Jaehyun”
=3=
From: My Wife
“Gantungkan harapanmu padaku lagi, muka datar bodoh”
To: My Wife
“Baiklah, kuharap tidak ada yang mau denganmu”
“Tuan Seo In Guk perhatikan pelajaran”
=3=
Tiga langkah setelah Jaehyun meninggalkannya di depan rumahnya
sendirian akhirnya, bibir bawahnya yang sedari tadi ia gigit. Terbuka.
“Aku berharap kau akan kembali padaku, Jaehyunie”
FIN
A/N: crack pair huh? yeah maybe. aktor main pair. kkeke~






0 comments:
Post a Comment