Valentine's Day Pumping Heart
RSS

What is Right?

“Ada dua orang di pinggir jurang. Keduanya terjatuh dan membutuhkan pertolonganmu. Jika disebelah kanan ada orang yang kau cintai dan yang sebelah kiri adalah orang yang mencintaimu pilih yang mana yang akan kau selamatkan dari jurang itu?”

“Aku pilih yang kanan”

=What is Right? =

Zelo menatap Daehyun yang bercerita tentang betapa menariknya bersama seseorang yang bernama Youngjae. Tangannya mengepal menahan amarah yang hampir melonjak. Tetap saja, hati kecilnya berkata ‘untuk apa marah? Ini hanya status pertemanan tidak ada yang special’.

Tapi, tetap saja beda bagi Zelo. Sikap Daehyun yang terlalu jauh dari kata jahat. Dan, juga jauh dari kata sebatas teman. Tapi, menurut Daehyun itu hanya sekedar pertemanan. Mungkin. Sial.

“Aku menembaknya kemarin?”

Blarr.

Bisakah tambah efek petir yang menyambar atau suara hujan deras. Karena, itu cocok untuk kondisi seorang Zelo saat ini. tidak, Zelo tidak boleh sedih. Zelo menguatkan dirinya sendiri.

Ada seseorang yang berkata jika hanya ada satu orang yang bisa mengendalikannya. Dan, orang itu adalah dirinya sendiri. begitulah, dan Zelo menerapkan kata-kata gila itu. setidaknya, bisa membuatnya lebih nyaman, sebelum pada akhirnya.

“Dia menerimaku”


Zelo merutuk bibir Daehyun yang dengan enaknya mengatakan hal itu tanpa peduli betapa sakitnya orang yang mendengarkan. Bukankah, Daehyun itu brengsek? Oh, tidak bagi Zelo yang sangat memuja Daehyun.
Daehyun terlalu indah baginya. Karena, mungkin memang hatinya yang sudah tertutup oleh Daehyun.

“Kau harus mentraktirku”

“Baiklah, baiklah”

Zelo berusaha tertawa dan mendorong pundak Daehyun kencang membuat tubuh Daehyun hampir terjungkal karenanya.

Bukankah, akting Zelo sangat indah bagaikan sebuah bunga di pagi yang berembun hangat. Zelo selalu melakukan hal ini setiap harinya. Berusaha tersenyum, dan tersenyum. walaupun pada kenyataannya ia hanyalah sebuah penyatu antara hubungan Daehyun dengan para mantan kekasihnya. My love is a stapler.

Apakah ia salah? Membuat orang yang ia cintai bahagia dan tersenyum. walaupun senyuman itu bukan untuknya. Salahkah ia yang terus menunggu sosok yang ia cinta untuk melihatnya lebih dari sekedar teman.

Itu, bukan suatu kesalahan.

“Daehyunie”

“Ne. Wae?”

“Ada dua orang di pinggir jurang. Keduanya terjatuh dan membutuhkan pertolonganmu. Jika disebelah kanan ada orang yang kau cintai dan yang sebelah kiri adalah orang yang mencintaimu pilih yang mana yang akan kau selamatkan dari jurang itu?”

“Aku pilih yang kiri”

“Benarkah?”

“Memangnya, kau ingin pilih yang mana?”

“Sama”

Zelo tertawa miris dalam hati kecilnya. Ia sudah tahu jika jawaban Daehyun akan tetap memilih orang yang ia cinta untuk bahagia dengan yang lainnya. yang terpenting baginya itu bukan egonya. Melainkan, sosok yang sangat berarti dalam hidupnya.
Berharap, jika Daehyun akan melihatnya. Atau setidaknya dari pertanyaannya yang tadi Daehyun memilih yang kiri di mana itu bisa membuat hati Zelo sedikit membaik. Bukankah, ia egois? Benarkah ia egois?

“Tapi, ia tidak mencintaimu”

“Aku tahu” Zelo menghela napas pelan. “Aku lebih memilih yang mencintaiku. Setidaknya, aku ingin membuatnya bahagia walaupun hubungan kami hanya sebatas teman belaka”

Daehyun melirik Zelo yang mulai menampilkan wajah datar yang menyeramkan bagi Daehyun. Jujur, saja Daehyun  tidak menyukai wajah datar Zelo. Karena, pada penglihatannya senyum Zelo itu lebih enak dilihat.

Tunggu, sebenarnya Zelo itu sedang memberikan kode padanya. Tapi, bodohnya adalah Daehyun tidak pernah menyadari kode yang nyatanya sangat terlihat jelas di mata setiap orang kecuali di mata Daehyun. 

Dasar bodoh.

“Aku lebih memilih yang kanan. Karena, aku bisa bahagia saat melihat senyum manis orang yang kucintai walaupun senyum itu bukan untukku”

e-eh/?

=3=

“Kau tidak sakit melihatnya?”
Jongup menepuk pelan bahu sempit Zelo. Membuat sang empunya sedikit terlonjak dan mengalihkan pandangannya yang sedari tadi menatap senyum bahagia Daehyun yang sedang bersama kekasihnya.
Miris bukan? Tapi, beginilah kisah cinta Zelo yang menurut sebagian orang menyakitkan. Yang nyatanya menjadi makanan setiap harinya.

Bodoh.

“Tidak juga. Kenapa harus sakit?”

“Kenapa kau menjadikanku pelarian?”

Zelo terkesiap manik cemerlangnya mulai menatap Jongup dengan dahi yangmengernyit menandakan ia bingung dengan ucapan Jongup yang menjelaskan dengan jelas jika Zelo hanya melarikan diri dari kisah cinta menyedihkannya.

“Kau bukan pelarianku”

“Lalu apa?”

“Kau hanya temanku”

“Dasar bodoh”

Zelo tersenyum lembut ke arah Jongup dan menarik lengan kokoh Jongup untuk pergi ke kantin. Setidaknya, bisa membuatnya melupakan ucapan bodoh Jongup.
Ingat, dia memegang teguh pada prinsip ‘Aku ingin membahagiakan orang yang mencintaiku’. Dan, prinsip itu selalu diterapkan oleh Zelo. Bahkan, terkadang ia bersikap seolah orang yang mencintainya itu adalah kekasihnya.

Itu bukan sebuah kesalahan, bukan?
Lagipula, pada kenyataannya Zelo cukup tenar di kalangan sekolahnya. Jadi, banyak orang yang menginginkan untuk menjadi kekasihnya. Namun, tetap saja Zelo menerima pernyataan cinta yang diberikan para penggemarnya tapi, ia tidak bisa membalas rasa cinta itu. hatinya, sudah di miliki penuh oleh sosok yang bernama Daehyun.

Apakah ia salah dengan semua pilihannya?

=3=

Daehyun menatap Zelo yang sedang bercengkrama bersama Jongup. Mereka berdua terlihat dekat. Bahkan, sesekali mereka melakukan skinship yang berlebihan menurut Daehyun. Kenapa ia merasa panas?

Apa ia cemburu?

Daehyun menggelengkan kepalanya. Berpikir jika ia hanya kesal pada Youngjae yang tidak bisa membuatnya berpaling dari sosok yang ia cintai yang pada sebuah fakta menyakitkan sosok itu lebih bahagia jika bukan di sampingnya.

Kenapa, bisa ia melakukan ini semua. Menjadikan semua orang yang mencintainya hanya sebuah pelariannya saja. Menjadikan semua orang yang mencintainya hanya menjadi sebuah pion yang menyedihkan pada akhirnya.
Break. Untuk kesekian kalinya Daehyun dan kekasihnya kali ini break. Tidak, bukan break karena memang Daehyun tidak menjalin hubungan dengan siapapun. Karena sebelum mereka mengatakan ‘I love you’ Daehyun menceritakan “Jika kau mau menjadi pelarianku aku akan menerimamu”. Siapapun orang yang mengetahui jika ia hanya dijadikan sebuah pelarian akan memutuskan untuk tidak berharap.

“Benar kan. Kau hanya melarikan diri”
Daehyun menggigit bibir bawahnya sendiri. memalingkan wajahnya kasar menatap pada lorong kelas yang sepi.

Hanya ada mereka berdua. Hanya ada dua hati yang tidak bisa menyatu. Bel masuk sudah berdering dari beberapa menit yang lalu. Tapi, Daehyun dan Youngjae itu masih terpaku di tempat tanpa ada niat untuk meninggalkan tempatnya yang sekarang ini.

“Dia lebih memilih orang yang mencintainya”

“Bukankah kau mencintainya?”

“Aku akan melakukan apa saja demi kebahagiaannya”

“Maksudmu?”

“Jika ia lebih bahagia dengan orang lain. Aku akan mencoba melupakannya walaupun kemungkinannya aku tidak bisa melupakannya. Ataupun mendapatkan penggantinya”

Youngjae, pemuda cantik itu hanya tertawa mendengar penuturan Daehyun yang menurutnya sangat lucu. dan, romantis. Tidak, sangat amat picisan.

Mungkin, Daehyun terlalu sering menonton drama yang menyedihkan, di mana sang pemeran utama harus menjadi orang yang menyedihkan seperti one sided love? Atau mungkin jomblo abadi. Youngjae menggelengkan kepalanya menyingkirkan pikiran bodoh tentang Daehyun

“Kau tahu? dari yang kulihat ia mencintaimu”

Daehyun terdiam. Benarkah itu? atau mungkin Youngjae hanya ingin membuat Daehyun tidak bersedih lagi. sebuah kebohongan dari belah bibir Youngjae? Sungguh menyakitkan.

Tapi, bagaimana jika yang dikatakan Youngjae itu benar. Bagaimana jika Zelo menunggunya menyatakan perasaannya. Bagaimana jika Jongup ternyata hanya pelarian Zelo. Tapi, senyum Zelo saat bersama pemuda itu.

“Arghhhh”

Daehyun berteriak frustasi memikirkan segala kemungkinan yang terjadi pada kisahnya. Memikirkan segala kemungkinan jika Zelo menyukainya. Dan ia harus menyingkirkan segala kemungkinan itu agar kepalanya tidak meledak.

“Aku benar bukan?”

“Sejak kapan kau itu selalu benar, professor?”

“Kalimat sindiran yang konyol dengan ide gila dan pikiran gilamu saat ini”

=3=

“Bagaimana bisa kau menembakku tapi kau tidak berani menembaknya? Kau ini pengecut atau apa?”
Youngjae mendaratkan kepalan tangannya tepat di kepala Daehyun. Dengan kesal Youngjae bahkan menendang meja kantin yang sedang ia gunakan untuk makan siang.

Daehyun hanya diam saja tidak berani berucap sepatah kata. Bahkan, untuk sekedar menatap manik mata Youngjae ia tidak sanggup. Kenapa, ia menjadi seperti pengecut yang sedang bersembunyi.
Hei, ia bukan pengecut seperti yang dikatakan Youngjae.
Lagipula, yang menembaknya Youngjae. Bahkan, ia tidak menerima Youngjae. Dan, dengan pintarnya Daehyun memutar balikkan faktanya di depan Zelo.

Tunggu, jika dipikirkan berulang kali. Memang benar, ia seperti kura-kura yang sembunyi dibalik rumah sempitnya saat melihat ada predator. Kenapa ia sangat menyedihkan.

“Aku gugup”

Hanya dengan duduk berdekatan dengannya saja Daehyun bisa merasakan suhu tubuhnya meninggi seketika. Bahkan, berakhir dengan sebuah percakapan yang melantur dari topik yang mereka bahas.

Bukankah, itu sangat bodoh.

Apalagi, saat ia dapat melihat senyuman Zelo yang diarahkan kepadanya. Bagaikan ada ribuan panah yang menusuknya dan membuatnya pingsan. Biar saja, dianggap berlebihan atau apa. Yang terpenting, itu benar-benar faktanya.

Tapi, setelah lebih dari sebulan berlalu. Ia mulai bisa mengendalikan tubuhnya. Walaupun, jantungnya terkadang berdetak kencang tidak karuan. Setidaknya, itu suatu perkembangan cepat.

“Pengecut”

“Sudah kubilang aku bukan pengecut”

“Lalu apa? Si gila yang keluar dari sebuah rumah sakit dan mengatakan jika dirinya sudah waras?” Youngjae tertawa mencemooh. “Akui saja jika kau memang pengecut”

Daehyun menggigit bibir bawahnya. Benarkah, ia pengecut?

“Untuk apa kau punya rasa tapi kau tidak bisa mengungkapkannya?” Youngjae mencemooh. “Kau tahu? aku juga merasakannya saat bersamamu. Tapi apa? Pada nyatanya aku yang mengatakannya lebih dulu. Dan, kau memutar balikkan jika kau yang mengatakannya dan aku menerimamu, bukan?”

Daehyun terdiam. Manik matanya menangkap sebulir air mata yang hampir jatuh dari pelupuk mata Youngjae. Begitu sakitkah ia, saat tahu jika ia hanya menjadi sebuah pelarian seorang Daehyun saja.
Sesakit apa rasanya? Apa sesakit Daehyun yang hanya bisa menyimpan perasaannya hanya untuk dirinya sendiri? apa sesakit Daehyun yang selalu kelu dan mematung hanya sekedar ingin mengucapkan ‘Saranghanda’. Apa sesakit Daehyun yang melihat orang yang dicintainya tertawa bahagia bersama orang lain?

“Mianhae”

Hanya kata itu yang keluar dari belah bibir Daehyun. Ia tidak tahu bagaimana caranya menenangkan orang yang sedang menangis, lebih tepatnya orang yang hampir menangis. Jelas saja, ia itu pangeran es yang tidak punya hati.

Hatinya sudah dicuri.

“Tidak perlu meminta maaf. Karena, aku tidak berharap kau menyesal karena aku terlalu mencintaimu”
Tangan Daehyun yang mengusap air mata itu ditahan oleh Youngjae. Youngjae hanya tertawa miris.

=3=

Zelo menggeram kesal melihat Daehyun yang sedang berpegangan tangan dengan Youngjae. Tunggu, kenapa ia harus cemburu? Ia bukan siapa-siapa bagi Daehyun. Daehyun hanya menganggapnya seorang teman. 

Tidak lebih.

Bisakah Zelo berharap kata teman bisa menjadi lebih.

“Kau dengannya tuh seperti pasangan”

“A-apa?”

“Hanya pas angan-angan saja bukan? Sama sepertiku”
Zelo menatap manik mata Jongup yang lembut. Zelo tahu jika Jongup tengah memberikan kode kesekian ribu kalinya. Tapi, ia tetap berpura-pura tidak tahu menahu tentang ribuan kodenya itu.

“Kata orang semua laki-laki itu tidak peka”

Zelo menelan ludah mendengar penuturan Jongup. Tidak, ia peka. Ia tahu apa maksud dari perkataan Jongup. Ia mengerti semua itu. tapi, apa salahnya jika ia berpura-pura tidak tahu.

Lagipula, jika ia mengatakan ia tahu dengan maksud perkataan Jongup. Apa yang ia perbuat? Bukankah lebih baik jika ia berpura-pura tidak tahu.

“Ah, mungkin. Apa aku termasuk laki-laki itu?”

Bodoh. Zelo bertanya seolah-olah ia seorang anak kecil yang belum mengerti bahasa. Apakah ia salah jika berpura-pura tidak tahu.

“Ya, tentu saja. Bahkan, aku juga”

“Eh?”

“Ya, aku berpura tidak peka bahwa nyatanya kau mencintai Daehyun”
Jongup berbisik lebih ke desisan kecil yang sangat pelan. Bahkan, Zelo mungkin tidak mendengar penuturan Jongup. Dan, ia juga tidak mau tahu tentang itu.

=3=

Daehyun masih dengan pikiran tentang penuturan menyakitkan dari Youngjae. Walaupun, ia tahu jika hati Youngjae lebih sakit dari hatinya saat ini. tapi, tetap saja setidaknya Youngjae punya Himchan yang mau mendengarkan curahan hatinya. Sedangkan Daehyun? Ia punya sebungkus kopi tapi ia tidak punya gelas.

Banyak orang yang berpikiran jika Daehyun adalah orang yang pintar akting. Seperti saat ia berbohong dengan Park sonsaengnim tentang keterlambatannya. Ya, dan ia melakukan akting lagi. Sekarang ini ia mulai mengendalikan detak jantungnya yang berdebar kencang karena berdekatan dengan orang yang dicintainya.
Kepalanya masih berpikiran ribuan kata dan kalimat romantis. Tapi, pada kenyataannya ia tidak punya pikiran. Pikirannya sudah penuh dengan sosok yang ada di hadapannya.

Tunggu, jika ia mengungkapkan perasaannya sekarang. Pasti ia akan dicap playboy. Dan, lagi Daehyun juga belum mendeklarasikan pernyataannya jika ia menolak Youngjae. Lagipula, tidak ada yang tahu juga jika Youngjae menembaknya waktu itu. selain, sosok yang ada di hadapannya ini.

“Aku ingin pulang bareng denganmu besok”

Bagus, kata-kata seperti itu yang akhirnya keluar dari belah bibir Daehyun. Tanpa peduli dengan jawabannya Daehyun langsung melarikan diri dengan gesit.

=3=

“Kita berada di perahu yang sama, Jongup-ssi”

Jongup tertawa keji mendengar permintaan Youngjae yang memintanya untuk menjauhi Zelo dan membiarkan Zelo bebas tanpa ada orang yang mengganggu hubungan Zelo dan Daehyun.

“Apa? Bukankah lebih baik jika kau mengambil Daehyun dan aku akan mengambil Zeloku”

“Dia bukan milikmu Jongup-ssi”

Youngjae menekan kalimatnya. Kalimatnya, seolah mengingatkan Jongup bahwa jika Jongup dan Zelo memang tidak ada sebuah hubungan khusus melebihi kata teman. Tapi, tidak salah bukan jika Jongup berharap jika hubungan teman bisa meningkat.

“Baiklah, aku akan bertanya padamu tentang sebuah hal”

“Kau sudah bertanya, dan mengatakan hal yang tidak perlu sejak tadi Youngjae-ssi”

“Jika disebelah kanan ada orang yang kau cintai tapi dia tidak mencintaimu dan yang sebelah kiri adalah orang yang mencintaimu tapi kau tidak mencintainya pilih yang mana yang akan kau selamatkan dari jurang itu?”

Jongup terdiam berpikir. Jika, ia memilih orang yang dicintai yang tidak mencintainya percuma saja. Setelah diselamatkan pada akhirnya jika ia dicintai juga itu berarti rasa belas kasih atau terima kasih. Dan, Jongup tidak mau hanya berjuang pada orang yang tidak mencintainya.

Jika, ia pilih orang yang mencintainya. Percuma saja, ia tidak mencintai orang itu. tapi, setidaknya ia bisa membuat seseorang tersenyum dengan menyelamatkannya. Dan, mungkin ia bisa membuka hati untuk orang yang mencintainya itu.

Jongup mengacak rambutnya bingung. Memikirkan kemungkinan pada realitanya. Tetap saja, ia lebih suka pilihan ketiga ̶jika ada̶ di mana ia menyelamatkan orang yang dia cinta dan juga orang yang mencintainya. 

Tepat bukan?

“Tidak ada pilihan lain?”

Youngjae hanya menggelengkan kepalanya sebagai jawaban.

“Jika aku bertanya padamu apa yang kau pilih?”

“Aku akan menyelamatkan orang yang kucintai”

“Aku kebalikanmu”

Youngjae memantapkan hatinya dan bibirnya untuk mengucapkan kata terlarang yang hanya boleh ia ucapkan pada orang yang tepat dan cocok dengan hatinya.

“Aku mencintaimu”

“A-apa?”

“Sudah kubilang aku pilih yang pertama”

“E-eh?”

=3=

“A-aku tidak bisa”

Daehyun melempar anak panah sembarangan. Berteriak frustasi tentang bagaimana ia bisa mengatakan hal-hal romantis seperti di drama yang sering tak sengaja ia tonton. Ia bukan si cassanova karena pada realitanya Daehyun hanya pemuda yang gagal dalam percintaannya.
Daehyun menatap layar ponselnya. Tangannya mulai menekan layar ponsel touch screen nya dengan cepat. 

Menempelkan ponsel itu sambil menunggu akan ada seseorang yang menjawab teleponnya.

Nihil.

Benar kan? Ia punya ribuan kopi tapi ia tidak punya gelas sama sekali. Bukankah itu suatu hal yang menyakitkan. Bagaimana jika, ia bertanya pendapat pada Zelo.

Tidak. itu sangat amat buruk. Bahkan, mungkin itu hal yang paling idiot yang pernah Daehyun lakukan jika ia benar-benar meminta pendapat pada pemuda berkulit pucat itu.

Tapi, apa salahnya?

Tidak. itu sangat salah.

“Huwaaaaa aku bisa gila jika terus menerus seperti ini”

=3=

Zelo menerima setangkai bunga untuk kesekian kalinya. Dan, semua itu dari mantan Daehyun. Sedikit kesal melihat ternyata mantan kekasih Daehyun lebih dari sepuluh bahkan, ada lima belas.
Zelo merogoh kolong mejanya mencari bukunya yang sempat tertinggal di bawah. Zelo terkesiap saat tangannya mendapati rangkaian bunga dengan sebuah kertas kecil berwarna biru muda.

“Bisakah kita bertemu saat istirahat kedua di lapangan basket. Yours”

Zelo tertawa kecil membaca isi pesan itu. siapa orang yang mengirimkan bunga-bunga ini padanya. Dan, ini sudah terlihat sangat jelas jika orang yang mengirimkan bunga ini adalah orang yang sama walaupun dengan sebuah perantara dari beberapa orang.

Penasaran. Akhirnya, Zelo mulai membuka setiap bunga yang diberikan oleh sang pengirim yang baru disadari oleh Zelo. Hanya ada satu huruf di setiap bunga. YoU kNow? I love you.

“Aishh. Nuguya? Tidak ada clue nya”

=3=

Zelo menggembungkan pipinya. Manik matanya menelusuri lapangan basket yang gelap. Entah di mana stopkontaknya, hanya ada cahaya yang samar-samar. Apa, ia sedang dikerjai? Tapi, ini bukan hari ulang tahunnya.

Trackk. Lampu yang ada mulai hidup secara bersamaan. Tanpa, disadari jika Zelo tengah berada di dalam ribuan bunga yang berbentuk hati.

“Maaf”

“Untuk?”

“Mencintaimu”

Zelo tertawa renyah menanggapi penuturan Daehyun. Sedangkan, Daehyun hanya memasang wajah bodohnya karena Zelo tertawa melebihi batasnya.

“Oke, jadi?”

“Maukah kau menjadi pendamping hidupku?”

Zelo tertawa lebih keras saat melihat Daehyun membawa lebih dari lima balon yang diujungnya diikat sebuah cincin. Bayangkan.
Jung Daehyun dengan style kemeja putih yang keluar dan dasi yang tak terikat. Datang kepadamu dan memberikanmu sebuah cincin. Bukankah ini lucu?

Plakk. Zelo menampar pipi Daehyun keras membuat sang pemiliknya kaget dengan kelakuan Zelo. Ada yang salah dari kelakuan Zelo.

Kenapa bisa ia menamparnya. Memangnya apa salah Daehyun?

“Jika ucapanmu serius. Sungguh, aku sangat membencimu”
“A-apa?”

=3=

Setangkai bunga mawar datang pada Zelo. Sekarang ada sebuah tulisan yang dipotong dari kertas koran dan ditempel menjadi satu.
How YoU kNow? I love you.

Zelo meremas kertas itu, membuangnya sembarang. Ia tahu jika pengirim bunga itu adalah Daehyun. Lihat saja huruf kapital yang sangat mencolok di mata Zelo. Hyun. Ia menggigit bibir bawahnya sendiri. tangisnya ia redam. Mengacak surai pirangnya sendiri frustasi.

Bagaimana bisa ada seseorang yang mengatakan jika ‘Aku sudah jadian dengannya’ dan pada jangka waktu yang tidak lama orang itu datang padamu dan berkata ‘I love you’.

Siapa orang gila yang percaya jika orang itu benar serius padanya. Sedangkan, sampai saat ini kau tidak mendengar jika orang itu sudah sendiri.

“Aku tidak berharap kau membalas perasaanku”

Jongup menggenggam tangan Zelo berharap ia dapat menenangkan pemuda manis itu. tidak, ia tidak mau cerita tentang betapa idiotnya Youngjae yang memintanya untuk menjauhi Zelo. Ia juga tidak cerita, pada nyatanya Jongup menerima permintaannya Youngjae untuk menjadi pelariannya dari Daehyun.

Persetan dengan kesalah pahaman antara Daehyun dan Zelo. Bukan urusannya juga mereka mau bagaimana.

“Bukankah kau lebih memilih orang yang mencintaimu?”

“Karena itu aku selalu ada disampingmu bodoh. aku berusaha untuk membahagiakanmu walaupun hanya dalam hubungan pertemanan”

“Ya, aku mengerti. Bisakah kau melihatku sedikit saja?”

“Aku sudah melihatmu, pendek”

Zelo mencubit kedua pipi Jongup secara bersamaan. Setidaknya, ia butuh sebuah lelucon garing yang bisa membuatnya kembali tertawa dan tidak memikirkan tentang siapa itu Jung Daehyun.

“Yakk. Aku tidak pendek, kau saja yang terlalu tinggi”

=3=

“Aku dicap jelek di matanya”
Daehyun menggigit apel ditangannya dengan kesal. Yongguk yang mendengarkan cerita Daehyun hanya memberikan tatapan bosan ke arah pemuda itu.

“Malam ini Himchan ada siaran di radio. Kau bisa datang dan kau katakan saja semua kebenarannya lewat radio”

Daehyun terdiam. Kepalanya menimang-nimang penuturan guru konseling percintaannya. Bang Yongguk. Teman sekelasnya yang sangat berpikiran dewasa. Ia seperti seorang ayah yang sedang menasihati anaknya.

“Bagaimana mengatakannya? Ia pasti akan membenciku”

“Suruh saja Youngjae memberikan bunga. Mungkin  ia akan paham”

Yongguk menghirup bubble tea yang dibelinya di kantin. Makanan mereka berdua sudah habis. Tapi, mereka masih setia duduk di bangku kantin tanpa peduli dengan bel pulang yang sudah berbunyi.

“Kalau gagal?”

“Nasib”

=3=

“Aku punya bunga yang terindah. Tapi, bunga itu lebih cocok dengan dirimu”

Zelo menatap Youngjae dengan tatapan heran. Ia sedang makan malam bersama kakak sepupunya. Himchan. Dan, tiba-tiba Youngjae datang dan mengatakan hal seperti itu. apa kepalanya tadi terbentur.

“Tidak. bunga itu lebih cocok denganmu. Sungguh”

Himchan yang tidak mengerti apa-apa hanya terdiam mendengar jawaban Zelo. Bunga apa yang sebenarnya mereka maksud.

“Tidak. bunga itu menolak untuk bersamaku”

Youngjae menarik tangan Zelo dan menaruh bunga mawar itu pada genggaman tangan pucat itu.
Youngjae sekuat tenaga menahan tangisnya yang hampir pecah karena ucapannya sendiri. apa ia adalah seorang yang bodoh?

Bukan, ia tidak bodoh. tapi, ia terlalu baik.

“Sudahlah, aku mau pulang”

Zelo bangkit dari duduknya. Meninggalkan Himchan yang menatapnya bingung. Tidak, ia tidak mengerjar Youngjae. Ia hanya butuh penenangan otak.

“Kau bawa mobil sendiri ne. Aku ada urusan”

“Haa”

=3=

Zelo menatap dasboard mobil dengan kesal. Lebih baik jika ia mendengarkan radio. Pasti, Himchan sedang ada siaran di radio, karena itu ia tidak mau pulang cepat. Dasar.

“Celakanya hanya kaulah yang benar-benar aku tunggu. Hanya kau lah yang benar-benar memahamiku”

Zelo terdiam. Tangannya yang tadi sibuk mencari-cari suara Himchan berhenti di salah satu stasiun radio. Di mana ia sangat kenal dan tahu siapa pemilik suara ini.

“Haha. Kau tidak bisa membuat kata yang lebih romantis lagi?”

“Aku tidak punya”

“Baiklah, katakan. Dan, akan kutinggalkan sebentar”

“Untukmu yang sedang mendengarkanku dari jauh. Apa kabar? Kuharap kau tidak menangis karenaku. Aku tahu, kau marah padaku bukan?”

Zelo menarik napas. Apa, kata-kata ini untuknya? Tapi, orang itu tidak menyebut namanya. Bolehkah, ia merasa jika itu untuknya?

“Aku tahu. Aku salah. Aku tidak bisa jujur padamu. Iya, aku paham. Mungkin, tadi itu benar-benar sebuah mimpi burukmu bukan? Haha”

Jika ini memang untuknya. Bolehkah jika ia jujur jika yang tadi itu bukan mimpi buruknya, tapi mimpi indah yang selama ini ditunggu olehnya.

“Aku minta maaf. Bisakah, kau memaafkanku? Aku tahu, aku di matamu hanya sebatas sahabat bukan? Tapi, izinkan aku berharap untuk menjadi seseorang yang lebih special dihatimu melebihi kata sahabat”

Orang itu menarik napas. Terdengar jelas jika orang itu tengah menahan tangisnya. Zelo tahu, ini memang benar untuk dirinya.

“Ada orang bilang jika saat bersama-sama terus menerus rasa yang tadi tidak ada mulai tumbuh dengan perlahan. Awalnya, aku tidak percaya dengan hal itu tadinya. Sebelum pada akhirnya aku merasakan hal yang sama saat bersamamu. Rasa itu pahit dan manis di saat yang bersamaan. Dan, aku baru menyadari jika itu adalah sebuah cinta. Haha kata-kataku menjadi aneh”

“Kau pernah bertanya kepadaku. Ingatkah? Jika aku menjawab ‘Aku memilih orang yang kucinta walaupun ia tidak mencintaiku’. Ya, aku mengatakan itu karena kau menjawab ‘Aku akan memilih orang yang mencintaiku dan membuatnya bahagia’. Bisakah, aku merasakan kebahagian itu? walaupun kau tidak mencintaiku”

“Tapi, semua yang kuberikan padamu tidak kau anggap lebih. Hanya kau anggap sebagai hadiah dari sang sahabat. Apa ini yang dinamakan one sided love saat sadar kau lebih dekat dengannya dan kau lebih menyayanginya? Tapi, izinkan aku berharap kau akan mengetahui perasaanku tanpa perlu aku mengucapkannya. Haha, konyol”

“Baiklah, aku mencintaimu. Kapan kau akan sadar dengan pernyataan yang ku katakan itu. kau selalu berpikir jika pernyataanku itu hanya sebuah gurauan tak berarti. Aku ingat, kau pernah menamparku karena kata-kata itu. maafkan aku”
“Karena, aku terlalu mencintaimu”
Zelo menancap gas menuju ke arah stasiun rekaman Himchan. Karena, ia sudah tahu frekuensi stasiun radio itu adalah stasiun radio rekaman Himchan.

“Aku sudah melakukan semua yang kau perintahkan. Dan, kau bilang itu akan berhasil bukan? Tapi, mungkin itu tidak cocok denganku. Haha”

Bodoh. Zelo merutuk dalam hati menyadari jika semua yang dilakukan Daehyun adalah sarannya. Bolehkah ia berharap jika suara ini suara Daehyun?

“Jung Junhong. Bisakah aku mengganti margamu dengan margaku? Mungkin tidak. margamu bukan menjadi Jung nantinya. Biarkanlah, aku senang jika kau senang dengannya. Jangan pikirkan aku karena selamanya aku akan memilih orang yang kucintai bahagia walaupun tidak bersamaku. Jangan menyuruhku bahagia, karena aku akan bahagia dengan sendirinya saat kau bahagia”

“Jujur saja semakin kuingkari. Semakin aku juga mengerti jika hidupku tidak lengkap tanpamu. Aku mengaku aku bisa, tapi aku tidak bisa membohongi hatiku yang sepi tanpamu. Bisakah kau tetap bersamaku walaupun hanya sebatas teman. Dan, biarkanlah, aku terus menerus membohongimu. Dengan mengatakan jika aku sudah mempunyai kekasih”

Bodoh.

“Aku mencintaimu Jung Junhong”

“Ah, sudahlah. Aku ini sedang berbicara apa? Kita putar saja sebuah lagu yang. E-eh? Kenapa cocok sekali denganku saat ini haha. Bigbang Loser, check it out”

Brakk. Zelo mendorong pintu itu dan langsung menghambur ke pelukan Daehyun yang tengah menatap Zelo bingung. Ia benar jika suara itu adalah suara Daehyun. Daehyun tengah rekaman dengan Himchan.

“Maaf”

“Apa? Kau menyesal karena mencintaiku huh?”

“Tidak. aku hanya minta maaf jika aku membuatmu kesal saat di lapangan tadi”

“Ku kira kau mendua dari Youngjae. Nyatanya, kalian tidak ada hubungan. Dasar Jung Daehyun pabo”

“Aku mencintaimu”

“Aku tahu. terima kasih. Aku juga mencintaimu, pabo”

Apa ini benar? Membiarkan orang lain tersakiti karena mereka menyatu. Tapi, mereka sudah memberikan sebuah kenangan yang indah pada orang lain. Jadi, izinkanlah mereka bahagia walaupun ada orang lain yang terluka.

=3=

“Jangan menangis”

“Siapa yang menangis. Aku punya kau”

Jongup tersenyum lembut. Sekarang bukan lagi Daehyun ataupun Zelo yang terluka. Melainkan, Youngjae. Tapi, ia tidak salah jika ia mengorbankan hatinya untuk orang yang dicintainya.

“Izinkan aku mencintaimu Yoo Youngjae”

Apakah  ini sudah benar?

FIN

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 comments:

Post a Comment