Pernah mengalami namanya kata ‘cinta pertama’ di mana orang yang
menjadi suspect ‘cinta pertama’ itu gak bisa dilupain walaupun. Pada akhirnya,
kalian yang tersakiti karena kata ‘sebelah tangan’ dan kata ‘terpendam’.
=Secret Love Never End=
ChenMin Main Pair
/“blabla”/ = sosial media
Teng teng teng.
Aku berjalan menelusuri lorong kelasku yang mulai ramai dengan
siswa lainnya. Masa-masa menengah pertama. Di mana kau akan mendengar ribuan
celotehan tentang mahluk yang mendapat julukan kekasih.
Tidak sedikit mahluk di kelasku tidak membicarakan tentang semua
hal tentang sang kekasihnya. Berhubung aku termasuk dalam kategori jomblo abadi
hingga saat ini. jadi, aku hanya dapat berdiam saja.
Tidak sedikit yang mengejekku dengan cemoohan yang paling sering ku
dengar. Bahkan, aku sampai malas dan malah mengabaikan cemoohan itu semua.
Lagipula, memangnya aku peduli. Apa itu cinta? Sesuatu yang mengganggu hidup
manusia kah?
Tapi, itu semua berlaku jauh sebelum aku mengenalnya.
“Aku mau beli lemon tea. Bersama Kyungsoo”
Aku tersenyum dan melambaikan sebelah tanganku pada Kyungsoo dan
Luhan. Tak sedikit dari penglihatanku. Banyak siswa yang meggenggam erat sebuah
buku di tangannya. Maklumi saja, sedang ada ujian.
Tapi, jujur aku bukan tipe orang yang suka sekali menggenggam erat
buku di tanganku saat jam istirahat tiba. Mungkin, aku tidak peduli dengan
ataupun tentang nilaiku nantinya. Yang terpenting hanyalah tidak mengikuti
remedial. Selesai.
Aku menunggu kedua temanku di salah satu bangku yang kosong. Manik
mataku menelusuri setiap jengkal titik sekolahku mencari keberadaan kedua
temanku itu. sekolahku cukup luas dan dipadati oleh mahluk yang bernama
manusia.
Aku lupa memperkenalkan jati diriku ya? Baiklah, nanti juga kalian
akan tahu aku ini siapa. kenapa aku jadi bepikir seperti ini.
Deg.
Aku mengedipkan kedua mataku beberapa kali. Tampan. Satu kata yang
ada di kepalaku saat ini. mungkin, bisa dibilang ini pertama kalinya aku
melihat wajahnya. Di mana dia selama ini memangnya.
Tap.
Aku mengikuti jejak kakinya yang mulai berjalan menuju kantin.
Sengaja aku mulai berjalan berlawanan arah dengannya. Hanya untuk satu, melihat
name tagnya. Dan, mencari tahu di mana kelasnya saat ini.
Dengan cara, melihat seluruh isi kelas yang ada dan papan nama
ujian yang tertera di setiap kelasnya. Sangat bodoh.
“Kim Jong Dae”
Aku membeli roti melon ditanganku. Dengar-dengar roti dengan rasa
melon itu enak. Yasudah, aku ambil saja. Aku masih mengikutinya dengan memasang
wajah yang sok bodoh. Terkadang, aku bergumam tentang lamanya menunggu kedua
temanku.
Aktingku cukup bagus kan?
=3=
Pembagian kelas naik pangkat. Setelah aku cukup mengetahui
tentangnya saat jaman aku masih baru masuk sekolah. Ia anak klub karate. Aku
sempat tidak menyangka ia ternyata satu
kelas dengan temanku. Dibilang teman juga bukan sih, jelas saja ia
selalu iseng dan seenaknya denganku.
Namanya, Kris. Pemuda tinggi yang super menyebalkan. Dan, yang aku
baru sadari selama ini jika ia ternyata ia membeberkan semua yang ia tahu
tentangku. Bahkan, ia tahu tentang aku menyukai Kim Jong Dae. Menyebalkan.
Untuk itulah topi ini terus menempel di kepalaku. Hanya takut jika
ia akan mengambilnya tiba-tiba dari tanganku. Dan berteriak ‘Ini orangnya’. Itu
terlalu sialan.
“Xiumin-ah”
Aku melirik ke arah Luhan yang tengah berpuppy eyes di depanku.
Jika sudah begini sudah pasti ia mau kesuatu tempat dan tidak ada yang mau
menemaninya. Aku sudah terbiasa tentang tingkahnya.
“Temani aku ke kelas atas
ne”
Hampir saja. Novel yang ada di tanganku ini kebanting dengan tidak
elitnya. Ia mengajakku ke kelas atas di mana ada mahluk bernama Kris dan Kim
Jong Dae. Ini gila. Terlalu gila.
“Ayolah kumohon”
“Baiklah”
Mau tidak mau sebenarnya tidak mau akhirnya aku memutuskan untuk ke
kelas atas sekalian mengambil komik dan mengobrol dengan Lay. Sudah lama aku
tidak bertemu dengannya. Semenjak kami naik ke tingkat kedua.
Grep.
Selalu seenaknya. Dengan nyantai Luhan menarikku, lebih tepatnya
menyeretku hingga sampai ke lantai atas dan sampai di depan kelas’nya’. Baru ia
melepaskan cengkraman tanganku.
Aku melihat ke bawah. Ternyata, indah juga ya jika dilihat dari
lantai dua berasa ada sesuatu yang terlihat indah. Jelas saja, ini lebih dari
sekedar kata indah. Lihat saja, aku melihat wajah tampannya sudah mulai
mendekat ke arahku. Tunggu, ini harus kabur sebelum ada Kris.
Sial. Sudah sampai. Siapapun bunuhlah Xiumin di sini. Xiumin sudah
tidak kuat. Hampir saja aku membenturkan kepalaku pada dinding yang kokoh dan
sendirian. Jika saja temanku tidak langsung menarikku untuk turun.
Srakk.
Plakk.
Reflek yang tepat. Luhan menghentikan langkahnya. Dengan cepat aku
menepis tangannya yang menempel di pergelangan tanganku. Sial, aku keceplosan
menampar wajah Kris di depan Kim Jong Dae sang pangeran hati.
“Baka dobe”
Aku mengambil topiku dari tangannya. Sudah kuduga Kris pasti ada di
TKP. Tidak mungkin ia menghilang saat aku sudah tepat di depan Kim Jong Dae.
“Orang yang dari kemarin aku ceritain ternyata galak ya?”
Sial. Dia menceritakan semuanya tentangku. Semua yang aku katakan
di pesan padanya benar-benar ia beritahu padanya. Sialan sial sial.
“Baka”
Aku menggeram kesal bahkan saat sudah berada lima anak tangga lagi
untuk mencapai dasar. Kris benar-benar minta kubunuh. Liat saja nanti. Tapi,
apa yang akan aku lakukan. Baka baka baka. Memalukan.
=3=
Memalukan sungguh. Setelah kejadian memalukan dengan Kris yang
super menyebalkan berakhirlah aku mengemut lollipop di dalam kelas dengan
ditemani komik Naruto di tangan di hari berikutnya. Walaupun, mungkin kata
orang panggilan hati. Jadi, setiap ada dia aku selalu mengalihkan fokusku pada
wajahnya.
Kenapa aku bisa jatuh cinta padanya. Apa ini yang dinamakan jatuh
cinta. Jujur saja, aku baru pertama kali mengetahuinya. Rasa berdebar saat
melihat wajahnya. Tersenyum sendiri saat
melihat senyum yang nyatanya bukan ditujukan padaku.
Tunggu, saat kejadian memalukan itu ia tersenyum padaku. Kenapa aku
jadi seperti gadis yang sedang jatuh cinta seperti ini. sial sial sial.
“Kau kenapa sih? Tak mau bertemu Kim Jong Dae huh?”
Mau.
“Tidak, lagi pula untuk apa
bertemu dengannya?”
“Jangan selamanya kau pendam. Ngomong-ngomong kau sudah di konfirm
di facebook?”
Glek. Bagaimana bisa sudah jika aku saja tidak menggunakan nama
asli. Ku yakin jika aku bilang belum pasti ia akan menertawaiku habis-habisan.
“Aku tahu jawabannya. Dan, sudah percobaan ke berapa?”
Sepertinya Luhan peramal yang handal. Dan, kali ini aku berbohong
saja bilang saja percobaan pertama walaupun nyatanya ini sudah percobaan ke
lima kalinya. Dan, saat aku membuka dindingnya ia berteman dengan a, b, c tapi
kenapa aku tidak kunjung dikonfirmasi juga.
“Aku tahu. ke lima kan? Kau tidak menyerah juga?”
“Sejak kapan aku menjadi si pengecut, huh?”
Luhan tertawa kecil. Mengangguk dan menarik dasiku. Lagi-lagi
dasiku dibenahi olehnya. Apa ia tidak bosan ya selalu mengurus dasiku yang
apalah bentuknya itu.
“Keren. Sifat yang kau lakukan itu keren. Jadi, dasimu juga harus
keren”
“Sana menjauh”
“Kau akan ngasih kado apa?”
Aku terdiam. Sebenarnya aku sudah memikirkannya sejak seminggu
sebelum tanggalnya. Aku sudah mengumpulkan uang untuk memberikan jam tangan
untuknya. Tapi, jika aku berikan percuma saja. Dia tidak mengenalku. Sampai
saat ini.
Biarkan, seseorang mengenalkanku padanya dan aku akan memberikannya
kado terindah dalam hidupnya. Enggg, mungkin.
“Berikan saja”
“Dia tidak mengenalku bodoh, jadi kubatalkan saja”
“Dasar aneh”
“Biar saja. Kau ini berisik sekali sih”
Aku menginjak kakinya pelan membuatnya terperanjat kaget. Dan,
menarik hidungku gemas. Sialan benar orang ini.
=3=
Gotcha. Dikonfirmasi. Hampir saja aku berteriak dengan kencang.
Beruntung, ada bantal yang dapat ku peluk dan kugigit untuk meredam suaraku.
Aku benar-benar terlihat seperti orang yang sedang kasmaran.
Aku menggeleng-gelengkan kepalaku berpikir kata apa yang dapat
dimulai untuk sebuah percakapan yang baik. Ughhh, aku buruk jika untuk hal
seperti ini.
/“Thank’s?”/
Aku memukul kepalaku dengan kedua tanganku berkali-kali. Ada apa
dengan otakku, kenapa hanya kata itu yang ada dan kenapa langsung kukirim.
Otakku menyebalkan.
/“Iya?”/
Hufft. Sudah kuduga. Ah, lupakan dengan apapun cara untuk mendekati
sang pangeran karena sampai kapanpun kau akan tetap menjadi seorang yang bodoh
dalam kasus percintaanmu sendiri.
Padahal aku selalu bisa untuk kasus orang lain. Menyebalkan.
=3=
Yuuta. Dia memperkenalkan dirinya menjadi sebuah anime. Manisnya.
Kenapa aku jadi memerah begini. Ini hanyalah sebuah pesan dalam sosial media
saja. Bagaimana ini.
Baiklah.
/“Yuu-kun?”
“Yang benar Togashi-kun”
“Maunya Yuu-kun”/
Jujur saja, kenapa aku lebih memilih memanggilnya Yuu. Jelas saja,
karena kata Yuu ada di dalam kata Ryuu. Ya, Ryuu nama yang sering kugunakan
untuk perkenalan.
Berlanjutlah dengan kata-kata aneh yang tidak jelas. Dan, berakhir
kirimanku hanya di read tanpa dibalas. Sudah biasa. Padahal ia sedang aktif.
“I Love Kim Jong Dae. Share”
Aku menatap layar ponselku yang sedang menyebarkan perkataanku
tadi. Tunggu, bagaimana jika Chen melihatnya. Bagaimana nanti tanggapannya.
Sial sial. Tapi, biar saja lah hingga lima belas menit deh, baru nanti aku
hapus. Aku mau tahu tanggapannya apa.
Tapi, kenyataannya aku malah tidak menghapusnya hingga esok hari.
Dan malah menyembunyikannya dari dindingku.
=3=
Seperti biasa aku memperhatikannya untuk kesekian ribu kalinya tanpa
bosan. Dengan sebuah cemilan kecil di tanganku aku memperhatikannya dari jauh.
Tap.
Bahaya. Di depan ada Kris si pengganggu tingkat dewa dalam hidup.
Pasti pura-pura menyapa dan melakukan hal lainnya yang menyebalkan dan intinya
menyebalkan.
“Jajanannya banyak. Minta”
“Nuguya?”
“Kris imnida”
“Terserah”
“Makan banyak juga tetap saja kecil jadi mendingan buatku,
bagaimana?”
“Shikuro”
“Chen”
Aku melirik ke arah yang ditunjuk oleh Kris. Sial, sudah kuduga
jika nantinya ia akan menggodaku untuk kesekian kalinya. Kris itu memang
menyebalkan sejak lahir.
Kesempatan. Aku melirik wajah Kris. Ia masih menatap Chen dengan
tatapan seolah menyuruhnya untuk mnghampirinya. Maksud tersembunyi dari seorang
Kris. Langsung saja, aku menuju kelas tanpa peduli dengan tatapan aneh yang
muncul saat aku sudah berada dalam kelas.
Dewa amor tidak berpihak padaku. Seharusnya, jika dewa amor
berpihak padaku lem saja kakiku untuk tetap di tempat. Siapa tahu aku bisa
berkenalan dengannya.
Dewa amor. Eoddiga?
=3=
Kelulusan sudah lewat beberapa bulan yang lalu. Dengan alur cepat
aku tidak mau menceritakan keseluruhan cerita menyedihkanku untuk kesekian ribu
kalinya. Karena, aku sudah cukup menyedihkan.
Aku mencoba mencicipi sesuatu yang bernama BBM. Sepertinya,
menarik. Jika di bilang stalker handal sebut saja aku. Jelas saja, aku tahu
tentang semua tentangnya. Pin BB, twitter, alamat rumah, nomor ponsel sebelum
ia pajang di akunnya bahkan, ia bersekolah di mana akupun tahu.
Dia terlalu special untukku. Untuk ku lewatkan. Dan, jangan sampai
kali ini terlewatkan.
Pakai saja akun orang untuk mencoba jika ini memang pin aslinya.
Percobaan pertama lewat ponsel orang terbaik sejagat hidup yaitu Kim Jongin.
Dibilang baik juga tidak sebenarnya sih.
Terserah.
/“PING!!!”
“Apa?”
Dibalas. Jangan sampai aku berjingkrak saat ini. cukup dengan
menggigit bantal saja. Dan meredam suaraku yang hampir pecah.
/“Intro”
“Kim Jong Dae X”
“Salam kenal”
“Back?”
“Xiu X”
“Nama asli lah”
“Xiuuuu”
“DC nih”
“Xiumin X”
“Salam kenal”/
Ahh, berakhir dong. Gimana nih bosen, kalo berakhir gini.
Topik-topik di manakah kau berada. Aku berguling-guling di atas kasur dengan
bosan mencoba mencari topik.
/“Kayaknya pernah kenal, iya gak sih?”/
Shit. Jangan sampai ia ingat jaman di menengah pertama yang sangat
memalukan itu. Sungguh, itu sangat tidak salah bukan seorang yang pintar akting
sang Devil.
/“Masa?”
“Tau nama facebooknya”/
Syukurlah. Bukan ingat yang aneh-aneh deh.
=3=
Kesalahanku yang paling fatal adalah saat menceritakan tentangnya
ke teman sebangkuku. Sangat salah, karena sampai saat ini mereka terus berkoar.
Jujur saja. Aku sering mendapati yang seperti ini.
“Sakit banget”
Tidak begitu sakit jika saja kalian tidak mengingatkannya bodoh. Aku
merutuk dalam hati pada mahluk aneh di hadapanku ini. padahal, ia bernasib sama
denganku. Tidak, ia ditinggalkan tanpa status yang jelas. Entahlah.
“Padahal udah aku kodein dianya”
Mana peduli. Yang secara langsung saja diabaikan. Mungkin, kalau
bukan karena Kris dia juga mungkin tidak akan pernah tahu siapa orang bodoh
yang suka sama sang pangeran.
“Dengerin”
“Apa sih kalian?”
“Bertepuk sebelah tangan”
“Seenggaknya gue gak mencintai orang yang sudah punya kekasih”
“Mereka udah sepasang loh. Fotonya saja begitu”
“Coba saja lihat akunnya”
“Ahh. Kasian banget”
“Sana cari cincin baru. Kasian banget sih, besok kita liburan ke
Jeju loh. Love Jeju island”
“Bertepuk sebelah tangan”
Aku pura-pura menguap menandakan aku sudah bosan dengan ocehan dari
belah bibir kedua orag temanku yang terus berceloteh tentang topik ‘Apa DP
seorang Kim Jong Dae’. Jujur saja aku
menyesal saat temanku mengadd paksa akunnya dan menginvite
pinnya. Merepotkan.
Jujur saja, aku sudah kebal dengan segala yang seperti itu. jika
aku mau aku bisa berfoto mesra dengan pemuda tampan di pinggiran ataupun wanita
cantik di pinggiran sana. Kenapa mereka harus mempermasalahkannya. Bahkan, aku
sudah melihat lebih dulu dari mereka. Jadi, sakitnya sudah sedikit sembuh.
Walaupun tidak sepenuhnya.
Jelas tidak sepenuhnya. Orang yang berstatus teman saja terus berceloteh
tentang betapa menyedihkannya hidup seorang Kim Min Seok.
Daripada itu. Mending aku coba buka akun lagi.
/“PING!!!”
“Ha?”
“Haa?”
“Apa?”
“Apanya yang apa?”
“Ada apa?”
“Lupa mau ngomong apa”
“Yaudah”/
Aku buru-buru mengetikkan beberapa rangkai kata yang bertuliskan.
“Saishuu-tekki ni ore wa kore o iu koto ga dekiru, ore wa sou nani
anata o aishitte. Hehe Kyoo wa ii tenki desu ne. Share”
Percuma saja. Ribuan kali aku menulis kalimat berbahasa jepang.
Memangnya ia akan mengerti. Bahkan, aku tidak pernah mengerti kenapa aku tidak
pernah mau untuk mengirimkan itu langsung padanya.
Pengecut. Kemana diriku yang sebenarnya?
=3=
Watashi wa anata o aishite koto wa jitsugen surudeshouka?
Aku membaca kalimat itu untuk kesekian kalinya. Sudah hampir
sepuluh kali aku mengatakan hal itu di setiap sosial media yang kupunya.
Tapi, percuma saja. Ia juga tidak akan mengetahui dan mau
repot-repot mencari tahu tentang kalimat aneh yang dikirim dari si aneh.
Biar saja ini terjadi. Selama ia bahagia dalam posisi yang sama
denganku aku tidak pernah ada masalah. Tiba-tiba aku ingin mengungkapkan
semuanya. namun, biarlah tetap menjadi rahasiaku yang tidak diketahui olehnya.
Walaupun, aku yakin Kris sudah membeberkan semuanya.
“Aneh”
“Berisik”
“Kayaknya hatimu patah deh”
“Sialan. Pergi sana”
Tidak. hatiku tidak patah mungkin belum hanya masih tertusuk saja.
Bahkan, darahnya tidak keluar. Mungkin mengendap atau bahasa kerennya bengkak.
Apa sih yang aku katakan.
“Move on lah”
“Jika saja itu bisa”
“Pakar cinta yang tidak bisa menyelesaikan masalah percintaannya”
“Dokter itu butuh bantuan orang lain untuk menyembuhkan lukanya”
“Butuh bantuan?”
“Saat aku membutuhkannya aku akan berteriak”
“Kapan kau membutuhkannya?”
“Tidak sekarang Chanyeol-ah”
“Aku sudah mengatakannya”
“Apa?”
“Bercerita seolah dia ada di posisimu”
Ehh/?
=Never Ending=
/“Ada short story mau tahu gak?”
“Apaan tuh?”
“Once upon a time I falling in love with someone who never look at
me. The end”
“Simple story eh”
“Just it? Lama loh bikinnya”
“Berapa jam? Dapat inspirasi dari mana?”
“Saat liat nama akun kamu langsung kepikiran”
“Souka”/
Apa sebenarnya ia sudah tahu. Tentu saja, ia tahu dari Kris
menyebalkan itu. Tapi, aku berharap ia tidak ingat tentang kejadian memalukan
itu. Semoga saja begitu. Ck molla.
=OMAKE=
“Masih cinta sama orang yang gak cinta sama aku #love #atuuY #KJD”
FIN
Lagi bosen bikin fluffy, romance, friendship, shipper, endingnya
begini :p






0 comments:
Post a Comment