Valentine's Day Pumping Heart
RSS

Am I Stupid?

Aku mencintaimu. Namun, kau mencintainya. Aku menunggumu. Tapi, kau mengejarnya. Aku diam dengan perasaan yang mulai meninggi setiap waktunya. Namun, kau tidak peduli dengan itu. Ini bentuk kesetiaan atau bentuk keidiotanku?

Aku masih menunggumu.

=am I Stupid?=

Sequel
 
Never ending love story, why him?, Not just a review.

Xiumin menatap lapangan sepak bola dengan tatapan bosan. Manik matanya berkedip teratur layaknya sudah disetel dari pabriknya. Ia bosan dengan hidupnya. Kenapa hidupnya bisa semonoton ini.

“Kau kenapa?”

Diam. Kyungsoo terkaget. Ini pertama kalinya seorang Xiumin mengabaikan Kyungsoo. Sebenarnya, ada salah apa Kyungsoo terhadap Xiumin hingga Xiumin benar-benar terlihat seperti robot.

“Kau mau?”

“Pergilah”

Bola mata Kyungsoo membesar saat kata-kata yang keluar dari belah bibir Xiumin mencapai pendengarannya. Seberapa besar kesalahan yang dilakukannya. Siapapun beritahu Kyungsoo.

“Kau dengar? Pergilah. Aku muak melihatmu yang ‘sangat’ baik itu”

Datar. Sangat datar. Bahkan, Kyungsoo ingin sekali membenturkan kepalanya ke dinding. Apa sebenarnya kesalahan yang ia perbuat? Apa?

=3=

“Kau kenapa?”

Xiumin masih terdiam tidak peduli dengan omongan yang menghampiri telinganya. Ia tidak tahu kenapa ia merasa kosong dan sangat hampa. Kenapa ia jadi seolah terkhianati. Apa kesalahannya?

“Jangan bilang sesuatu yang sama yang membuat hatimu patah lagi. Membosankan”


Deg.

Bolehkah Xiumin berteriak jika jawaban Sehun sangat tepat dan Sehun berhak mendapatkan trophy atau sertifikat ataupun uang?

“Apa ini karma?”

“Memangnya kau pernah melakukan ini pada siapa?”

Xiumin terdiam. Benar juga, seingatnya ia tidak pernah mendekati seseorang yang sudah memiliki pasangan. Ini menggelikan, bagaimana belah bibirnya mengatakan jika hal yang dialaminya seama ini adalah sebuah karma.

“Maaf saja ya. Aku tidak bisa sedekat Baekhyun ataupun Kyungsoo soal masalah seperti ini. Aku yakin kau bisa mengatasinya bukan?”

Deg.

Kenapa. Kenapa Sehun seolah mengetahui apa yang terjadi sebelum Xiumin menceritakannya. Apa Sehun itu peramal? Atau mungkin Sehun selama ini yang memainkannya?

“Aku tidak mau menyuruhmu menjauhinya ataupun melupakannya. Selama kau bahagia dalam posisimu. Aku juga akan bahagia”

Bolehkah Xiumin memberikan backsound sedih yang biasa ada di sinetron. Namun, sayangnya Xiumin tidak pernah mempercayai perkataan siapapun. Sebelum semua yang pernah dikatakan benar-benar terjadi.

“Aku tidak menyuruhmu percaya padaku. Hanya saja, aku ingin mengajakmu karaoke hari ini. Bolehkah?”

“Tentu. Sepertinya menarik”

=3=

“Itu lelucon yang konyol, Sehunie”

Xiumin tertawa lepas melihat kelakuan teman satu kelasnya itu. Ini pertama kalinya Xiumin tertawa selepas ini. Semenjak hubungannya dan Kyungsoo tidak baik Sehun selalu berusaha membuat Xiumin tertawa. Dan, ia berhasil.

“Ke kantin. Aku lapar”

Xiumin menolak dengan menepis tangan Sehun yang sempat melingkar di bahu sempitnya. Namun, dengan sigap Sehun menarik tubuh mungil Sehun menuju kantin.

Ini sudah hari ke-4 semenjak pertengkaran kecil yang terjadi antara Kyungsoo dan Xiumin. Sehun merasa Xiumin sudah cukup membaik dan bisa berkomunikasi kembali dengan Kyungsoo. Sehun memang sengaja ingin menyatukan Kyungsoo dan Xiumin. Bukannya apa-apa, hanya saja saat ada Kyungsoo di kelas, Xiumin hanya diam seperti robot. Benar-benar berbanding terbalik saat Kyungsoo tidak ada di kelas.

“Se-”

Kata-kata Kyungsoo terputus saat tahu jika disebelah Sehun adalah Xiumin. Entah mengapa Kyungsoo masih sedih karena Xiumin benar-benar tidak mau berbicara sepatah katapun. Sekalipun di suatu pelajaran ia satu kelompok.

“Aku duluan ya”

Sehun dan Kyungsoo menatap punggung Xiumin. Keduanya menghela napas bersamaan. Sehun menggaruk belakang lehernya yang tak gatal. Setelahnya ia menampilkan cengirannya.

“Maaf ya. Mungkin, memang belum saatnya”

“Tidak apa. Aku baik-baik saja”

=3=

“Mau sampai kapan?”

Xiumin terdiam. Ia menundukkan wajahnya dalam. Ia takut untuk berbaikan pada Kyungsoo. Ia juga takut terlalu dekat dengan Sehun. Ia takut semua yang pernah ia lalui terulang kembali.

“Sampai kapan apanya?”

Sehun menghela napas bosan. Ia tahu jika Xiumin tahu apa yang ia maksud. Kalimat yang ia lontarkan kalimat yang cukup mudah untuk dijawab anak SD sekalipun. Sehun tahu jika ini bukan urusannya. Xiumin bertengkar dengan Kyungsoo ia tidak peduli. Namun, yang ia pedulikan hanya Xiumin.

Kondisi Xiumin. Itu lebih tepatnya.

“Oke terserah. Aku mau ke kantin dulu. Jaga dirimu selama aku tidak di sisimu”

Xiumin menenggelamkan kepalanya di kedua lengannya. Jujur saja, ia kesepian jika tidak ada Kyungsoo. Apalagi jika tidak ada Sehun yang menemaninya selama ia menjauhi Kyungsoo. Xiumin sangat benci jika ia mulai merasakan kesepian.

“Boleh aku duduk?”

“Silahkan saja”

Hening. Xiumin tidak berubah. Masih dalam posisi yang sama. Sampai sebuah tangan mengelus permukaan kepalanya lembut. Dan, hal itu membuat Xiumin bangkit untuk menatap siapa pemilik tangan yang menyentuhnya itu.

“Kim Jong Dae?”

“Annyeong”

“Kenapa disini?”

“Ada hati yang memanggilku”

Xiumin memutar bola matany jengah. Ia tahu, jika Chen ada tepat di depannya itu berarti Sehun telah membocorkan semuanya pada Chen. Sangat mudah untuk di tebak, karena Sehun teman semasa menengah pertamanya.

“Permisi, aku pergi”

=3=

“Mau sampai kapan?”

Sehun menatap punggung kecil Xiumin. Sehun tahu jika Xiumin enggan mengalihkan pandangannya yang fokus terhadap jalannya. Namun, jujur saja. Sehun lelah dengan semua ini.

“Itu bukan urusanmu”

“Kau tidak berhak untuk melakukan ini pada Kyungsoo. Karena, pada dasarnya kau memang tidak berhak atasnya”

Xiumin menundukkan kepalanya dalam. Meresapi setiap kata yang terlontar dari belah bibir Sehun. Ia ingin menjerit rasanya. Meluapkan perasaan aneh yang sedang ia alami saat ini.

“Kau tidak tahu̶”

“Aku mencintaimu”

Deg.

Xiumin menegang. Ia menggigit bibir bawahnya takut. Kenapa disaat seperti ini Sehun mengatakan semua itu? Ini hanya akting bukan? Sehun tidak mungkin putus dari Kai.

“Aku pisah dengan Kai. Jujur saja, awalnya aku ingin melupakanmu. Tapi, bolehkah aku memperjuangkan cintaku ini?”

Xiumin terdiam dalam posisinya. Ia masih enggan untuk menatap wajah Sehun. Walaupun, ia tahu jika Sehun berada lima meter di belakangnya. Jauh memang, namun entah mengapa Xiumin masih terdiam.

“Mau sampai kapan?”

“Aku tidak tahu”

“Sampai kau mengetahui jika ia sudah berpacaran dengan Hyuna yang pernah menyatakan cinta padamu saat menengah pertama, huh? Dan kau masih dalam posisi menjauhi temanmu Kyungsoo. Itu brengsek Kim”

“Kau tidak mengetahui apa yang aku rasakan”

Xiumin berbalik menatap Sehun. Ia mulai melangkahkan kakinya perlahan. Ia kesal. Ia marah. Namun, apa yang bisa ia lakukan? Menangisi pemuda yang ia gilai? Atau bunuh diri agar mendapatkan perhatian dari sang pujaan hati? Xiumin tidak sebodoh itu.

“Aku tidak pernah tahu jika, melupakan cinta pertama itu sesulit ini. Bahkan, ia belum sama sekali pernah ku pegang. Apa aku selemah itu? Apa ini yang namanya setia hingga semua orang disekelilingku mengatakan jika aku ini idiot”

Xiumin menggigit bibir bawahnya. Kedua bola mata cerah itu mulai meneteskan air mata. Xiumin meremas ujung bajunya yang memang selalu ia keluarkan. Ia berusaha untuk menahan isakan tangisnya.

Grep.

Sehun mendekap tubuh Xiumin erat. Ia tidak bisa melihat kerapuhan Xiumin yang sesungguhnya. Ia benci melihat Xiumin menangisi orang yang sama setiap waktu. Ia kesal. Namun, apa daya? Ia dan Xiumin ada di posisi yang sama.

“Mungkin, aku akan menunggunya hingga ia sampai di pelaminan”

==

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 comments:

Post a Comment