Valentine's Day Pumping Heart
RSS

Crows Zero

Daehyun menatap sengit lima pemuda yang tengah memblokir jalannya. Manik matanya menyipit malas. Menjilat belah bibirnya. Itu yang sedari tadi ia lakukan.
=Crows Zero=
Inspirated Crows Zero V film.
Daehyun menilik tajam. Ia melihat sosok yang sangat di kenalinya. Kris pemuda yang mencintai gadis yang sempat ia tolak. Dan, pemuda yang pernah menantangnya yang juga si pemberani di sekolahnya. Begitulah julukannya. Sudah terlihat jelas motifnya.
Memang benar, Daehyun adalah prince school di sekolahnya. Dan, bukan salahnya jika para gadis mendatanginya, memintanya menjadi kekasih atau menjual tubuhnya ke Daehyun. Siapa yang salah? Ketampanan seorang Jung Daehyun kah?
“Mwo?”
Nada menantang khas Daehyun akhirnya keluar dari belah bibirnya. Mendecih bosan lantaran kelima pemuda tersebut langsung menyerbunya tanpa ampun.
Baku hantam terjadi di tempat. Beruntung, Daehyun selalu menyembunyikan keahlian bela dirinya. Jika saja ia memamerkannya mungkin saja ia akan mati di tempat saat ini. karena, terkadang ia gegabah dengan semua pukulan dan tendangannya yang ia gunakan dengan tipe yang sama.
Brakk.

Tubuh itu terpental ke arah dinding bangunan. Daehyun menjilat bibirnya puas melihat hasil karyanya. Walaupun, memang tidak ia habisi hingga mati. Beginipun, Daehyun masih punya hati untuk tidak membunuh siapapun.
Empat dari kelimanya sudah dilumpuhkan oleh Daehyun. Mendecih kecil saat manik matanya menatap Kris. Lagi-lagi ia menjilat belah bibirnya. Menelengkan kepala seolah menantang Kris dengan logatnya. Sudah ia duga Kris memang susah untuk dilumpuhkan dari depan. mendengar rumor jika kelemahan Kris hanya ada satu.
Brakk. Tubuh Kris terjatuh begitu saja.
Diserang dari belakang. Karena itu, pengikutnya selalu berada di belakang Kris. Bukan disampingnya.
Pukulan terus di layangkan pemuda itu dengan cepat. Kris tidak membalas sama sekali. Tubuhnya sudah lemas akibat pertarungan yang sempat dilakukannya tadi membuat tubuhnya tidak bisa mengelak. Bahkan, darah yang sejak tadi merembes dari keningnya ia tidak pedulikan.
Daehyun yang melihat itu hanya membelalakkan kedua matanya. Ada apa sebenarnya dengan Tao dan Kris. Kenapa teman sebangkunya itu memukul habis Kris.
“Tao-ah”
Pemuda itu mendelik ke arah Daehyun sebal. Lalu, melanjutkan dengan menendang tubuh Kris yang sudah lemas itu.
“Hajiman”
“Gomawo”
=3=
“Tempat tinggal barumu”
Ketua polisi itu tertawa kecil. Sedikit seringai yang sangat tercetak jelas saat suara tertawa itu keluar dari belah bibirnya.
Setelah kejadian di mana Daehyun ditinggal Tao bersama dengan hasil karyanya yang menggelikan. Berakhirlah Daehyun di dalam sebuah penginapan. Daehyun menyebutnya begitu. Ya, setelah masa-masa ia disel satu petak ah, itu hanya sehari. Dan, sekarang ia di bawa ke sebuah tempat yang nyatanya seperti sebuah penginapan.
Hidup menjadi tahanan di sebuah penjara yang terkenal di kotamu. Ah, lebih tepatnya nun jauh di sana. Yang bahkan Daehyun tidak tahu ia berada di mana saat ini. sangat menarik. tapi, tidak bagi seorang Jung Daehyun.
Kring.
Bunyi nyaring yang panjang dari sebuah alat berwarna merah itu memekkikkan telinga. Bel tidur, mengerikan jika setiap saat ia harus masuk ke penginapannya yang ternyata di isi oleh lima orang pemuda aneh.
“Youngjae”
Daehyun melirik ke arah pemuda yang cantik menurutnya. Dengan tatapan tidak tertarik Daehyun mengabaikan pemuda itu dan melanjutkan aktivitas melamunnya yang sempat tertunda.
“Kau tidak takut di sini?”
Daehyun menulikan telinganya.
“Di sini kau hidup sendiri. Jangan pernah percaya pada siapapun. Karena, kau sendiri. Di sini kau harus bisa mencari teman. Dan jangan mencari masalah dengan siapapun yang ada terutama Big Gangster. Mereka menyebutnya begitu”
“Shikuro”
Daehyun tertegun saat mendengar sebuah suara lain yang nyatanya memang membuat Daehyun sedikit merinding karenanya. Bukan karena apa. Tapi, karena pemuda lain itu seolah menantangnya bukan menantang Youngjae.
“Kau turuti saja”
Daehyun memposisikan tubuhnya duduk di atas kasur yang sangat nyaman menurutnya. Ia masih berfikir tempat ini seperti sebuah penginapan gratis. Lupakan.
=3=
Daehyun memainkan bola basket yang sedari tadi ditangannya. Tidak ada satu orang pun yang berani mendekatinya. Hanya dalam waktu tiga puluh enam jam ia dapat membuat semua orang takluk padanya.
“Bos”
Daehyun menghentikan kegiatannya. Sedikit tertarik untuk melihat siapa yang mereka sebut dengan julukan ‘bos’.
Dang dang.
Daehyun membiarkan bola basket itu memantul entah kemana. Manik matanya menatap sosok yang sempat dipanggil ‘bos’ itu dengan tatapan bingung.
“Nuguya?”
“Huh? Kau tidak mengenalku?”
Daehyun menyipitkan matanya meneliti pemuda itu. Daehyun ingat, mata pemuda itu pernah ia lihat sebelum hari ini. Saat pertama kali mereka bertemu di sebuah sel yang mengerikan.
“Kau?”
Pemuda itu mendekati Daehyun dengan seringai di bibirnya. Beberapa orang di belakang pemuda itu menyoraki sang bos untuk segera menghajar Daehyun. Tapi, sosok pemuda itu seolah tidak mempedulikannya.
“Pabo”
Pemuda itu menyentil dahi Daehyun kencang. Membuat Daehyun yang hanya terpaku saat melihat manik matanya yang bersinar itu dari jarak dekat. Shit. Tidak mungkin, seorang Jung Daehyun terpesona dengan sinar dari mata itu.
“Jja”
Sorak sorai meneriaki pemuda tersebut. Beberapa ada yang memasang wajah bingung. Sangat aneh, jika sang bos tidak memberikan pelajaran untuk orang yang nyatanya pernah membuat wajah anak buahnya memar tidak karuan.
=3=
Brakk.
“Sebenarnya apa yang kau bicarakan?”
Daehyun membanting tubuh Youngjae ke arah dinding yang ada di sebelahnya. Apa yang di katakan Youngjae sebenarnya. Menjadi anak baik untuk suatu urusan yang menyedihkan dan meremehkan kemampuan seorang Jung Daehyun. Ia itu bodoh atau idiot?
“Aku yakin kau memang benar temanku”
Youngjae tertawa kecil mendengarnya. Saat melihat kepergian Daehyun, Youngjae hanya bisa tersenyum tipis.
“Sudah ku bilang jangan percaya pada siapapun”
=3=
Sudah di duga. Tempat ini bukanlah sebuah penjara mengerikan yang berpagar besi hitam yang bahkan kedua tanganmu tidak bisa keluar sepenuhnya. Ini hanya sebuah penginapan yang mengerikan. Tapi, tidak bagi Jung Daehyun.
Perpustakaan. Salah satu tempat yang belum pernah dipijaki Daehyun selama ini. bahkan, ia baru tahu jika di tempat ini ada sebuah perpustakaan.
Sreet.
Saat tangan panjangnya menarik sebuah buku. Tanpa di sangka ia dapat melihat manik mata yang membuatnya seolah tertarik pada sinar mata tersebut. Dari sedikit celah yang ada, Daehyun memperhatikan pemuda yang waktu itu.
Manik mata Daehyun membulat seketika saat melihat buku yang sedang di baca pemuda itu. ‘How to make you love me’. Buku macam apa itu sebenarnya.
“Mwo? Kenapa ia baca buku seperti itu? Ah, gadis yang menggemaskan”
Sreet
Daehyun menarik buku yang pemuda itu pegang. Dengan angkuh ia membuang buku itu sembarang. Tangannya mengait di kerah baju tahanan yang dipakainya. Tubuh yang terlalu tinggi bagi seorang gadis. Begitu pikir Daehyun.
“Mworago?”
Daehyun menerima pukulan yang cukup keras dari kepalan tangan yang kecil itu. Sudah pasti sudut bibirnya memar setelah ini.
“Shikuro”
Sial. Dia kalah. Pikiran Daehyun kacau saat melihat kenyataan jika ia dipukul. Hei, selama ini ia tidak pernah luka sedikitpun. Tapi, tidak seharusnya ia malah tersenyum geli saat melihat punggung pemuda itu melenggang pergi. Ini menggelikan.
Pasang wajah datar. itu yang saat ini sedang dilakukan Daehyun. Tapi, ia masih tidak bisa menahan senyuman yang terlukis di bibirnya saat tangannya menyentuh sudut bibirnya.
=3=
Daehyun diam di tempat duduknya. Mengambil seputung rokok dari sakunya. Mengambil pematuk api yang selama ini di sembunyikan di sepatu miliknya. Beruntung, saat pemeriksaan ia menaruh pematik itu di dalam bagian solnya. Lebih beruntung, sepatunya tidak ikut tersita bersama pakaiannya.
“Yakk. Kenapa kau diam saja huh?”
Daehyun menyesap rokoknya sambil memandangi sosok pemuda yang tengah berhadapan dengan pemuda lain yang telah diketahui Daehyun bernama Luhan. Ah, tadinya Daehyun masih berfikir kedua pemuda itu seorang gadis. Lihat saja tampang mereka yang jauh dari kata manly.
Komplotan Zelo yang sudah dikenal Daehyun bernama Yongguk, Jongup dan Himchan sudah pasrah ditangan pemuda lainnya yang diketahui komplotan Luhan. Menyisakan sang bos ̶ Zelo. Daehyun ingin melihat aksi dari seorang bos bagi orang-orang tahanan ini. seberapa kuatkah orang yang dipanggil bos itu.
“Nde? Bahkan, kau tidak menyerangku sama sekali? Where you go out my lovely king?”
Daehyun melihat tangan Zelo sedikit terkepal. Namun, itu tidak bertahan lama. Apa yang membuatnya jadi seperti itu. mendengar desas-desus yang diceritakan, Zelo mendapatkan gelar bos karena memang ia tangguh.
Tidak ada perlawanan dari Zelo.
Grep.
Kepalan tangan yang hampir mendarat di wajah Zelo tertahan. Daehyun mencengkram tangan itu kencang. Dan menendang bagian perut Luhan. Membuat sang empunya terpelanting hampir lima meter jauhnya.
Menyeringai sesaat ke arah Luhan yang tengah meringis akibat tendangannya.
“Mworago?”
Daehyun menginjak ujung besi kecil berbentuk balok yang diraih tangan Zelo. Menunduk menatap Zelo yang sedang bersujud di bawah kakinya untuk mengambil balok kecil tersebut. Apa yang akan dilakukan si bos ini huh? Pikiran Daehyun tiba-tiba menerawang.
Tangan Zelo yang sudah memegang besi itu terlepas perlahan. Diambilnya kesempatan itu oleh Daehyun. Sepatu Daehyun mulai memutar besi itu dan dilempar yang berakhir ditangkap oleh tangannya sigap.
Zelo bangkit dari posisinya menatap Daehyun kesal. Entah, kenapa Zelo merasa jika ia dipermainkan. Bukannya ditolong. Lagipula, ia tidak perlu ditolong sebenarnya.
“Apa maumu sebenarnya, brengsek”
Zelo memukul wajah tampan Daehyun. Tidak, ini tidak lebih sakit dari yang kemarin. Sebenarnya, kenapa sang bos ini.
Bugh.
Satu pukulan sudah diterima Daehyun. Mungkin, di mata yang lain ia sudah terlihat kalah telak. Tapi, tidak. Daehyun menangkis setiap pukulan yang dilayangkan padanya. Berbagai macam tendangan juga dilepaskan Zelo. Tapi, tidak ada satupun yang mengenai wajah Daehyun kecuali yang pertama tadi.
Bugh.
Shit. Daehyun lengah. Hidungnya berdarah. Sedangkan, Zelo wajahnya masih  bersih tanpa ada memar sedikitpun. Dan, Daehyun tidak suka itu.
Daehyun mengadu kepalanya dengan kepala Zelo kencang. Membuat Zelo sedikit pusing karenanya. Pukulan yang dilayangkan Daehyun benar-benar sangat kuat. Ia tidak main-main dengan pukulannya. Dua kali. Daehyun tersenyum girang mengetahuinya.
Daehyun menendang perut Zelo. Membuat Zelo memuntahkan darah.
Melihatnya, Daehyun hanya terdiam melihat Zelo memuntahkan darah dari belah bibirnya. Daehyun menatap Zelo seolah menantang. Tapi, kenapa Zelo hanya diam saja. Sebenarnya kenapa dengan sang bos.
Daehyun berdecih kesal menatap Zelo. Entah kenapa tiba-tiba Daehyun merasa tak enak hati. Kenapa ia seperti bukan seorang Jung Daehyun. Ahh, molla.
Dan, akhirnya ia malah memeluk Zelo dan mengecup belah bibir itu.
Sing~
=3=
“Kau itu lucu ya?”
Daehyun terkikik mendengarnya. Ia menempelkan punggungnya di dinding sel nya. Ini, baru yang namanya penjara mengerikan dengan besi hitam.
“Akhirnya, kembali ke sel ini lagi”
“Kenapa kau bisa ada di sini?”
Daehyun terdiam. Ia tidak dalam kasus membunuh. Karena, nyatanya yang membunuh itu temannya bukan dirinya. Bisa dibilang kasus salah tangkap. Salahkan, Tao yang seenaknya pergi meninggalkannya.
“Kau membunuh seseorang?”
“Siapa yang membunuh siapa?”
Daehyun mendengar suara tertawa Zelo dari sebrang. Ia dan Zelo ketahuan saat mereka saling baku hantam. Dan, bodohnya Daehyun. Ia tidak melihat jika ada dua polisi yang entah sejak kapan sudah ada di TKP dan memperhatikan mereka. Bahkan, kedua polisi tersebut melihat adegan yang tidak seharusnya dilihat.
“Kau mempunyai orang yang kau suka?”
“Ani. Wae?”
“Pantas saja kau membaca buku seperti itu”
“Yakk. Aku hanya asal baca”
Daehyun terkikik kecil. Menyenangkan sekali berbicara dengan Zelo. Walaupun, dipisahkan dengan dinding yang membatasi ruang antara dirinya dengan Zelo. Tapi, bagi Daehyun ini sangat menyenangkan. Tangannya yang bebas membuat bulatan kecil di sepatunya.
“Aku ingin keluar”
“Kenapa?”
“Aku ingin melihat kekasihku melahirkan anakku”
“Kau bilang kau tidak mempunyai seseorang yang kau sukai tadi”
“Aku mencintainya”
“Manisnya”
Daehyun tertawa lepas. Baru kali ini ia tertawa lepas. Bahkan, jika saja Zelo tahu. Mungkin, ini kali kedua ia tertawa lepas karena tingkah Zelo.
“Aku juga ingin sekali keluar dari sini”
“Tidak betah huh?”
“Idiot”
“Kau yang idiot”
“Ck. Si idiot yang berteriak idiot”
“Kalau begitu kau yang idiot”
Tanpa disadari, keduanya tertawa lepas mendengar olok-olokkan yang mereka lontarkan satu sama lain.
=3=
“Ini peta”
Daehyun melirik mencemooh. Orang bodoh juga tahu jika yang sedang dipegang Youngjae adalah sebuah peta. Tapi, apa maksudnya Youngjae memperlihatkan peta yang fungsinya saja tidak diketahui oleh Daehyun.
“Aku tahu kau ingin keluar dari sini”
Daehyun tertegun. Tangannya merampas secarik kertas yang diulurkan Youngjae dengan tatapan heran. Daehyun hanya menceritakan tentang keinginannya untuk melarikan diri kepada Zelo. Darimana si kacamata Youngjae mengetahui keinginannya.
“Semua orang menginginkan hal yang sama”
Alasan klasik yang tidak bisa Daehyun percaya.
“Hari sudah larut. Tidurlah”
“Semoga berhasil”
=3=
“Pelarian tidak seharusnya semudah ini”
Zelo menatap Daehyun dengan pandangan yang sulit diartikan. Sejak saat peta itu berada di tangan Daehyun. Dan, menjalankan semua rencana yang diberitahu oleh Youngjae. Disaat itu juga Daehyun merasa aneh dengan apa yang sekarang ia lihat.
“Sudahlah. Ikuti saja”
Tap.
Zelo menggeram kesal melihat anak buahnya ̶ Yongguk, Jongup, Himchan. Berhenti tepat di depannya. Manik cemerlang Zelo menyipit melihat kenyataan bahwa di depan mereka  ada dua penjaga kepolisian.
“Sudah ku bilang tadi”
“Sekarang apa?”
Tanpa aba-aba Yongguk dan Himchan memukuli kedua penjaga tersebut tanpa ampun. Jongup yang melihat aksi kedua temannya langsung berbalik menatap Zelo dan Daehyun meminta jawaban.
“Sayangnya, kita tidak punya pilihan lain”
Daehyun tidak mendengar perkataan Jongup. Pukulan demi pukulan dilayangkan kepada kedua polisi yang menyerangnya.
Ini jebakan. Tidak mungkin ada lebih dari dua polisi yang menjaga ruang bawah tanah seperti ini. bahkan, untuk sekedar berlama-lama di tempat ini tidak akan ada yang mau. Karena, bau tempat ini sangat mengerikan.
Dengan sedikit elakan. Daehyun memukul kepala sang polisi dari belakang. Mengambil kunci yang menggantung di ikat pinggang polisi tersebut. Dan menendang punggung sang polisi hingga tersungkur ke tanah.
“Aku dapatkan ini, kajja”
“Kka”
Zelo menendang kepala sang polisi yang ia tangani. Memberikan kode pada anak buahnya untuk segera pergi meninggalkan tempat ini. tidak ada yang mendengarkannya.
“Kka”
Zelo mengedipkan beberapa kali kedua matanya. Apa maksudnya ini.
“Kka. Kami akan menahannya di sini. Kka”
Daehyun yang melihat Zelo hanya terdiam menatapi anak buahnya. Segera menarik lengan Zelo dan terus berlari tanpa peduli dengan pandangan Zelo yang nyatanya masih kosong hingga di depan pintu.
Dengan sebelah tangan yang masih mengait di tangan Zelo. Daehyun memilah kunci yang sekiranya pas untuk membuka pintu surga di depannya.
“Kajja”
Plakk.
Zelo menghempaskan tangan Daehyun kesal.
“Pergilah”
Daehyun terdorong melewati pintu tersebut akibat hentakan tangan yang diterimanya. Daehyun menghentikan langkahnya. Berbalik menatap Zelo dengan tatapan yang sulit diartikan. Apalagi sekarang. Daehyun membatin kesal.
Brakk.
Debuman pintu tersebut menyadarkan Daehyun jika sekarang ia sendirian entah di mana. Manik matanya berkedip beberapa kali menyesuaikan keadaan otaknya.
“Aku tidak bisa pergi. Aku tidak akan meninggalkan mereka” Zelo mengambil napas berusaha menstabilkan napasnya yang terengah akibat pertempuran serta jarak berlari yang harus ia tempuh. “Maafkan aku, pergilah”
“Apa lagi sekarang huh?”
“Sampaikan salamku pada keponakanku” Zelo terdiam sesaat. “Aku akan menjadi tahanan yang baik dan kita akan bertemu di luar sana”
“Buka pintu ini sekarang juga, idiot”
Zelo menghela napas kesal. Tangannya yang sedari tadi menggenggam kenop pintu itu mengeras. Dengan perlahan pintu besi itu sedikit terbuka. Manik mata Zelo mulai muncul di tepi pintu yang hanya ia buka setengahnya saja.
“Saranghanda”
Saat pintu itu sudah terbuka penuh. Zelo memeluk Daehyun dan memberikan pemuda itu sebuah kecupan selamat tinggal.
=3=
Daehyun melalui masa sekolahnya dengan tenang. Entah kenapa ia seolah melupakan sesuatu. Sesuatu yang penting. Tapi, apa.
Ia tidak mengingat apapun. Yang ia tahu, ia bebas selama dua tahun terakhir ini. dan itu cukup melegakan. Bahkan, ia tidak bertemu dengan Tao. Ke mana Tao selama ini.
Daehyun menghentikan langkahnya. Manik matanya menatap sepatunya dengan tatapan malas. Kenapa sol nya lepas. Ini menggelikan. Kasus pertama dalam bukunya jika sepatunya sudah tidak enak dilihat lagi.
Deg.
=3=
“Ambillah. Aku tahu pematik punya sudah kosong”
Daehyun mendecih kesal. Walaupun pada akhirnya ia menerima pematik tersebut dari tangan pucat itu.
“Kau bisa menyembunyikan ini dari ‘mereka’? keren”
Zelo terkagum saat melihat putung rokok yang keluar dari sol milik Daehyun.
“Bahkan, aku hanya bisa menyembunyikan lima buah” Zelo memasang raut wajah sedih. “Tapi, jika pematik aku punya lebih dari lima”
Zelo tersenyum lebar. Daehyun hanya terdiam melihat tingkah excited Zelo terhadap sepatunya. Walaupun, sejujurnya. Ia sangat menyukai jika Zelo sedang tersenyum.
=3=
Daehyun mengangkat kepalanya. Kakinya ia langkahkan tidak menentu. Setelah mengganti sepatunya ia bergegas untuk menemukan alamat kekasih Zelo.
Tapi, apakah ia mampu menghadapi kekasih Zelo. Bahkan, mendengar Zelo mengatakan ia sudah punya kekasih, saat itu juga Daehyun merasakan jika setengah nyawanya hilang entah kemana.
Daehyun menyeringai melihat sosok yang sangat ia kenali dari jauh. Langkahnya semakin pasti untuk mendekati sosok tersebut. Yoo Youngjae. Orang yang menipunya dengan peta konyol yang menyebalkan.
“Mengingatku huh?” Daehyun menyeringai tepat di depan Youngjae. “Kemana kacamatamu huh?”
Youngjae menatap Daehyun takut. Ingin berbalik dan berlari sekencang mungkin menghindari kematian. Itu tidak akan ada gunanya sekarang.
“Apa kabar? Senang bisa bebas dengan cara yang baik, huh?”
Youngjae menahan langkahnya untuk tidak mundur. Walaupun, jarak antara ia dan Daehyun makin lama makin menipis.
=3=
“Aku malas menunggunya kembali dari tahanan”
“Jadi?”
“Ya, kami sudah menikah sekarang. Enam tahun itu waktu yang cukup lama”
Bugh.
Daehyun menggertakkan giginya kesal melihat kenyataan bahwa kekasih Zelo ternyata sudah menikah dengan lelaki lain. Untuk apa, ia susah payah mencari alamat yang sempat diberikan Zelo padanya. Jika pada akhirnya semua itu sama sekali tidak berguna baginya.
“Kau dan Zelo bukan sepasang kekasih?”
“Tentu saja bukan. Kami hanya sahabat”
“Kalian benar-benar menyebalkan”
=3=
Daehyun menatap langit luas. Ia senang menghabiskan waktu sendirian hanya bersama lantunan lagu yang terngiang di telinganya. Sudah hampir dua bulan setelah ia membantai habis orang yang bernama Yoo Youngjae itu dengan tangannya sendiri.
“Menjadi tahanan yang baik, huh?”
Daehyun meremas pematik yang sedari ia genggam. Pematik yang sudah hampir hancur ditangannya jika saja ia tidak ingat siapa yang memberikan pematik tersebut padanya. Hanya geraman kesal yang keluar dari belah bibir Daehyun.
Daehyun yang sudah bosan. Hanya menaruh roti itu disamping tempat ia berbaring. Manik matanya mulai menutup. Semilir angin yang menyapa rambut Daehyun membuat sang pemiliknya mulai tertidur perlahan. Sebelum akhirnya ia terbangun karena mendengar suara langkah kaki.
“Nuguya?”
Daehyun masih setia menutup kedua matanya. Walaupun, ia sudah waspada saat langkah itu semakin dekat padanya.
Brakk.
Daehyun bangkit dari tidurnya. Menyergap seseorang yang sudah membangunkannya. Dengan tangan yang mencekik pemuda tersebut.
“Yakk, jangan lakukan itu pada bos”
Daehyun melirik sekilas menatap Yongguk yang meneriakinya dari belakang pemuda itu. tunggu, ia mencekik bos Yongguk, yang berarti.
“Kau melupakanku huh?”
Daehyun membelalakkan kedua matanya melihat Zelo. Tawa canggung keluar dari belah bibir Daehyun. Tanpa sadar, kedua tangan Daehyun yang tadi berada di leher Zelo mulai turun untuk memeluk pinggang kecil Zelo.
“Bogoshippo, Zelbaby”
“Hm. Nado hyung”
“Hyung?”
“Aku hoobae-mu tahun ini, hyung”
Daehyun tersenyum sumringah saat mengetahui jika ia akan satu sekolah dengan Zelo. Itu artinya, setiap hari ia akan melihat senyum Zelo setiap hari.
Daehyun menangkup wajah Zelo. Tingginya, sudah menyamai tinggi Zelo saat ini. hampir saja, ia bersujud mengetahui tingginya.
“Saranghae”
“Mereka membuat dunia dan melupakan kita”
Jongup dan Yongguk mengangguk menanggapi ucapan Himchan. Ketiga pasang mata itu mengalihkan pandangan mereka ke arah perkotaan. Melihat padatnya kota lebih baik ketimbang melihat dua pasang mahluk saling berciuman dan melupakan jika masih ada orang lain di sekitarnya.

FIN

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 comments:

Post a Comment