Daehyun menatap sengit lima pemuda yang tengah memblokir jalannya.
Manik matanya menyipit malas. Menjilat belah bibirnya. Itu yang sedari tadi ia
lakukan.
=Crows Zero=
Inspirated Crows Zero V film.
Daehyun menilik tajam. Ia melihat sosok yang sangat di kenalinya. Kris
pemuda yang mencintai gadis yang sempat ia tolak. Dan, pemuda yang pernah
menantangnya yang juga si pemberani di sekolahnya. Begitulah julukannya. Sudah
terlihat jelas motifnya.
Memang benar, Daehyun adalah prince school di sekolahnya. Dan,
bukan salahnya jika para gadis mendatanginya, memintanya menjadi kekasih atau
menjual tubuhnya ke Daehyun. Siapa yang salah? Ketampanan seorang Jung Daehyun
kah?
“Mwo?”
Nada menantang khas Daehyun akhirnya keluar dari belah bibirnya.
Mendecih bosan lantaran kelima pemuda tersebut langsung menyerbunya tanpa
ampun.
Baku hantam terjadi di tempat. Beruntung, Daehyun selalu
menyembunyikan keahlian bela dirinya. Jika saja ia memamerkannya mungkin saja
ia akan mati di tempat saat ini. karena, terkadang ia gegabah dengan semua
pukulan dan tendangannya yang ia gunakan dengan tipe yang sama.
Brakk.
Tubuh itu terpental ke arah dinding bangunan. Daehyun menjilat
bibirnya puas melihat hasil karyanya. Walaupun, memang tidak ia habisi hingga
mati. Beginipun, Daehyun masih punya hati untuk tidak membunuh siapapun.
Empat dari kelimanya sudah dilumpuhkan oleh Daehyun. Mendecih kecil
saat manik matanya menatap Kris. Lagi-lagi ia menjilat belah bibirnya.
Menelengkan kepala seolah menantang Kris dengan logatnya. Sudah ia duga Kris
memang susah untuk dilumpuhkan dari depan. mendengar rumor jika kelemahan Kris
hanya ada satu.
Brakk. Tubuh Kris terjatuh begitu saja.
Diserang dari belakang. Karena itu, pengikutnya selalu berada di
belakang Kris. Bukan disampingnya.
Pukulan terus di layangkan pemuda itu dengan cepat. Kris tidak
membalas sama sekali. Tubuhnya sudah lemas akibat pertarungan yang sempat
dilakukannya tadi membuat tubuhnya tidak bisa mengelak. Bahkan, darah yang
sejak tadi merembes dari keningnya ia tidak pedulikan.
Daehyun yang melihat itu hanya membelalakkan kedua matanya. Ada apa
sebenarnya dengan Tao dan Kris. Kenapa teman sebangkunya itu memukul habis
Kris.
“Tao-ah”
Pemuda itu mendelik ke arah Daehyun sebal. Lalu, melanjutkan dengan
menendang tubuh Kris yang sudah lemas itu.
“Hajiman”
“Gomawo”
=3=
“Tempat tinggal barumu”
Ketua polisi itu tertawa kecil. Sedikit seringai yang sangat
tercetak jelas saat suara tertawa itu keluar dari belah bibirnya.
Setelah kejadian di mana Daehyun ditinggal Tao bersama dengan hasil
karyanya yang menggelikan. Berakhirlah Daehyun di dalam sebuah penginapan.
Daehyun menyebutnya begitu. Ya, setelah masa-masa ia disel satu petak ah, itu
hanya sehari. Dan, sekarang ia di bawa ke sebuah tempat yang nyatanya seperti
sebuah penginapan.
Hidup menjadi tahanan di sebuah penjara yang terkenal di kotamu.
Ah, lebih tepatnya nun jauh di sana. Yang bahkan Daehyun tidak tahu ia berada
di mana saat ini. sangat menarik. tapi, tidak bagi seorang Jung Daehyun.
Kring.
Bunyi nyaring yang panjang dari sebuah alat berwarna merah itu
memekkikkan telinga. Bel tidur, mengerikan jika setiap saat ia harus masuk ke
penginapannya yang ternyata di isi oleh lima orang pemuda aneh.
“Youngjae”
Daehyun melirik ke arah pemuda yang cantik menurutnya. Dengan
tatapan tidak tertarik Daehyun mengabaikan pemuda itu dan melanjutkan aktivitas
melamunnya yang sempat tertunda.
“Kau tidak takut di sini?”
Daehyun menulikan telinganya.
“Di sini kau hidup sendiri. Jangan pernah percaya pada siapapun.
Karena, kau sendiri. Di sini kau harus bisa mencari teman. Dan jangan mencari
masalah dengan siapapun yang ada terutama Big Gangster. Mereka menyebutnya
begitu”
“Shikuro”
Daehyun tertegun saat mendengar sebuah suara lain yang nyatanya
memang membuat Daehyun sedikit merinding karenanya. Bukan karena apa. Tapi,
karena pemuda lain itu seolah menantangnya bukan menantang Youngjae.
“Kau turuti saja”
Daehyun memposisikan tubuhnya duduk di atas kasur yang sangat
nyaman menurutnya. Ia masih berfikir tempat ini seperti sebuah penginapan
gratis. Lupakan.
=3=
Daehyun memainkan bola basket yang sedari tadi ditangannya. Tidak
ada satu orang pun yang berani mendekatinya. Hanya dalam waktu tiga puluh enam
jam ia dapat membuat semua orang takluk padanya.
“Bos”
Daehyun menghentikan kegiatannya. Sedikit tertarik untuk melihat
siapa yang mereka sebut dengan julukan ‘bos’.
Dang dang.
Daehyun membiarkan bola basket itu memantul entah kemana. Manik
matanya menatap sosok yang sempat dipanggil ‘bos’ itu dengan tatapan bingung.
“Nuguya?”
“Huh? Kau tidak mengenalku?”
Daehyun menyipitkan matanya meneliti pemuda itu. Daehyun ingat,
mata pemuda itu pernah ia lihat sebelum hari ini. Saat pertama kali mereka
bertemu di sebuah sel yang mengerikan.
“Kau?”
Pemuda itu mendekati Daehyun dengan seringai di bibirnya. Beberapa
orang di belakang pemuda itu menyoraki sang bos untuk segera menghajar Daehyun.
Tapi, sosok pemuda itu seolah tidak mempedulikannya.
“Pabo”
Pemuda itu menyentil dahi Daehyun kencang. Membuat Daehyun yang
hanya terpaku saat melihat manik matanya yang bersinar itu dari jarak dekat.
Shit. Tidak mungkin, seorang Jung Daehyun terpesona dengan sinar dari mata itu.
“Jja”
Sorak sorai meneriaki pemuda tersebut. Beberapa ada yang memasang
wajah bingung. Sangat aneh, jika sang bos tidak memberikan pelajaran untuk
orang yang nyatanya pernah membuat wajah anak buahnya memar tidak karuan.
=3=
Brakk.
“Sebenarnya apa yang kau bicarakan?”
Daehyun membanting tubuh Youngjae ke arah dinding yang ada di
sebelahnya. Apa yang di katakan Youngjae sebenarnya. Menjadi anak baik untuk
suatu urusan yang menyedihkan dan meremehkan kemampuan seorang Jung Daehyun. Ia
itu bodoh atau idiot?
“Aku yakin kau memang benar temanku”
Youngjae tertawa kecil mendengarnya. Saat melihat kepergian
Daehyun, Youngjae hanya bisa tersenyum tipis.
“Sudah ku bilang jangan percaya pada siapapun”
=3=
Sudah di duga. Tempat ini bukanlah sebuah penjara mengerikan yang
berpagar besi hitam yang bahkan kedua tanganmu tidak bisa keluar sepenuhnya.
Ini hanya sebuah penginapan yang mengerikan. Tapi, tidak bagi Jung Daehyun.
Perpustakaan. Salah satu tempat yang belum pernah dipijaki Daehyun
selama ini. bahkan, ia baru tahu jika di tempat ini ada sebuah perpustakaan.
Sreet.
Saat tangan panjangnya menarik sebuah buku. Tanpa di sangka ia
dapat melihat manik mata yang membuatnya seolah tertarik pada sinar mata
tersebut. Dari sedikit celah yang ada, Daehyun memperhatikan pemuda yang waktu
itu.
Manik mata Daehyun membulat seketika saat melihat buku yang sedang
di baca pemuda itu. ‘How to make you love me’. Buku macam apa itu sebenarnya.
“Mwo? Kenapa ia baca buku seperti itu? Ah, gadis yang menggemaskan”
Sreet
Daehyun menarik buku yang pemuda itu pegang. Dengan angkuh ia
membuang buku itu sembarang. Tangannya mengait di kerah baju tahanan yang
dipakainya. Tubuh yang terlalu tinggi bagi seorang gadis. Begitu pikir Daehyun.
“Mworago?”
Daehyun menerima pukulan yang cukup keras dari kepalan tangan yang
kecil itu. Sudah pasti sudut bibirnya memar setelah ini.
“Shikuro”
Sial. Dia kalah. Pikiran Daehyun kacau saat melihat kenyataan jika
ia dipukul. Hei, selama ini ia tidak pernah luka sedikitpun. Tapi, tidak
seharusnya ia malah tersenyum geli saat melihat punggung pemuda itu melenggang
pergi. Ini menggelikan.
Pasang wajah datar. itu yang saat ini sedang dilakukan Daehyun.
Tapi, ia masih tidak bisa menahan senyuman yang terlukis di bibirnya saat
tangannya menyentuh sudut bibirnya.
=3=
Daehyun diam di tempat duduknya. Mengambil seputung rokok dari
sakunya. Mengambil pematuk api yang selama ini di sembunyikan di sepatu
miliknya. Beruntung, saat pemeriksaan ia menaruh pematik itu di dalam bagian
solnya. Lebih beruntung, sepatunya tidak ikut tersita bersama pakaiannya.
“Yakk. Kenapa kau diam saja huh?”
Daehyun menyesap rokoknya sambil memandangi sosok pemuda yang
tengah berhadapan dengan pemuda lain yang telah diketahui Daehyun bernama
Luhan. Ah, tadinya Daehyun masih berfikir kedua pemuda itu seorang gadis. Lihat
saja tampang mereka yang jauh dari kata manly.
Komplotan Zelo yang sudah dikenal Daehyun bernama Yongguk, Jongup
dan Himchan sudah pasrah ditangan pemuda lainnya yang diketahui komplotan Luhan.
Menyisakan sang bos ̶ Zelo. Daehyun ingin melihat aksi dari seorang bos bagi
orang-orang tahanan ini. seberapa kuatkah orang yang dipanggil bos itu.
“Nde? Bahkan, kau tidak menyerangku sama sekali? Where you go out
my lovely king?”
Daehyun melihat tangan Zelo sedikit terkepal. Namun, itu tidak
bertahan lama. Apa yang membuatnya jadi seperti itu. mendengar desas-desus yang
diceritakan, Zelo mendapatkan gelar bos karena memang ia tangguh.
Tidak ada perlawanan dari Zelo.
Grep.
Kepalan tangan yang hampir mendarat di wajah Zelo tertahan. Daehyun
mencengkram tangan itu kencang. Dan menendang bagian perut Luhan. Membuat sang
empunya terpelanting hampir lima meter jauhnya.
Menyeringai sesaat ke arah Luhan yang tengah meringis akibat
tendangannya.
“Mworago?”
Daehyun menginjak ujung besi kecil berbentuk balok yang diraih
tangan Zelo. Menunduk menatap Zelo yang sedang bersujud di bawah kakinya untuk
mengambil balok kecil tersebut. Apa yang akan dilakukan si bos ini huh? Pikiran
Daehyun tiba-tiba menerawang.
Tangan Zelo yang sudah memegang besi itu terlepas perlahan.
Diambilnya kesempatan itu oleh Daehyun. Sepatu Daehyun mulai memutar besi itu
dan dilempar yang berakhir ditangkap oleh tangannya sigap.
Zelo bangkit dari posisinya menatap Daehyun kesal. Entah, kenapa
Zelo merasa jika ia dipermainkan. Bukannya ditolong. Lagipula, ia tidak perlu
ditolong sebenarnya.
“Apa maumu sebenarnya, brengsek”
Zelo memukul wajah tampan Daehyun. Tidak, ini tidak lebih sakit
dari yang kemarin. Sebenarnya, kenapa sang bos ini.
Bugh.
Satu pukulan sudah diterima Daehyun. Mungkin, di mata yang lain ia
sudah terlihat kalah telak. Tapi, tidak. Daehyun menangkis setiap pukulan yang
dilayangkan padanya. Berbagai macam tendangan juga dilepaskan Zelo. Tapi, tidak
ada satupun yang mengenai wajah Daehyun kecuali yang pertama tadi.
Bugh.
Shit. Daehyun lengah. Hidungnya berdarah. Sedangkan, Zelo wajahnya
masih bersih tanpa ada memar sedikitpun.
Dan, Daehyun tidak suka itu.
Daehyun mengadu kepalanya dengan kepala Zelo kencang. Membuat Zelo
sedikit pusing karenanya. Pukulan yang dilayangkan Daehyun benar-benar sangat
kuat. Ia tidak main-main dengan pukulannya. Dua kali. Daehyun tersenyum girang
mengetahuinya.
Daehyun menendang perut Zelo. Membuat Zelo memuntahkan darah.
Melihatnya, Daehyun hanya terdiam melihat Zelo memuntahkan darah
dari belah bibirnya. Daehyun menatap Zelo seolah menantang. Tapi, kenapa Zelo
hanya diam saja. Sebenarnya kenapa dengan sang bos.
Daehyun berdecih kesal menatap Zelo. Entah kenapa tiba-tiba Daehyun
merasa tak enak hati. Kenapa ia seperti bukan seorang Jung Daehyun. Ahh, molla.
Dan, akhirnya ia malah memeluk Zelo dan mengecup belah bibir itu.
Sing~
=3=
“Kau itu lucu ya?”
Daehyun terkikik mendengarnya. Ia menempelkan punggungnya di
dinding sel nya. Ini, baru yang namanya penjara mengerikan dengan besi hitam.
“Akhirnya, kembali ke sel ini lagi”
“Kenapa kau bisa ada di sini?”
Daehyun terdiam. Ia tidak dalam kasus membunuh. Karena, nyatanya
yang membunuh itu temannya bukan dirinya. Bisa dibilang kasus salah tangkap.
Salahkan, Tao yang seenaknya pergi meninggalkannya.
“Kau membunuh seseorang?”
“Siapa yang membunuh siapa?”
Daehyun mendengar suara tertawa Zelo dari sebrang. Ia dan Zelo
ketahuan saat mereka saling baku hantam. Dan, bodohnya Daehyun. Ia tidak
melihat jika ada dua polisi yang entah sejak kapan sudah ada di TKP dan
memperhatikan mereka. Bahkan, kedua polisi tersebut melihat adegan yang tidak
seharusnya dilihat.
“Kau mempunyai orang yang kau suka?”
“Ani. Wae?”
“Pantas saja kau membaca buku seperti itu”
“Yakk. Aku hanya asal baca”
Daehyun terkikik kecil. Menyenangkan sekali berbicara dengan Zelo.
Walaupun, dipisahkan dengan dinding yang membatasi ruang antara dirinya dengan
Zelo. Tapi, bagi Daehyun ini sangat menyenangkan. Tangannya yang bebas membuat
bulatan kecil di sepatunya.
“Aku ingin keluar”
“Kenapa?”
“Aku ingin melihat kekasihku melahirkan anakku”
“Kau bilang kau tidak mempunyai seseorang yang kau sukai tadi”
“Aku mencintainya”
“Manisnya”
Daehyun tertawa lepas. Baru kali ini ia tertawa lepas. Bahkan, jika
saja Zelo tahu. Mungkin, ini kali kedua ia tertawa lepas karena tingkah Zelo.
“Aku juga ingin sekali keluar dari sini”
“Tidak betah huh?”
“Idiot”
“Kau yang idiot”
“Ck. Si idiot yang berteriak idiot”
“Kalau begitu kau yang idiot”
Tanpa disadari, keduanya tertawa lepas mendengar olok-olokkan yang
mereka lontarkan satu sama lain.
=3=
“Ini peta”
Daehyun melirik mencemooh. Orang bodoh juga tahu jika yang sedang
dipegang Youngjae adalah sebuah peta. Tapi, apa maksudnya Youngjae
memperlihatkan peta yang fungsinya saja tidak diketahui oleh Daehyun.
“Aku tahu kau ingin keluar dari sini”
Daehyun tertegun. Tangannya merampas secarik kertas yang diulurkan
Youngjae dengan tatapan heran. Daehyun hanya menceritakan tentang keinginannya
untuk melarikan diri kepada Zelo. Darimana si kacamata Youngjae mengetahui
keinginannya.
“Semua orang menginginkan hal yang sama”
Alasan klasik yang tidak bisa Daehyun percaya.
“Hari sudah larut. Tidurlah”
“Semoga berhasil”
=3=
“Pelarian tidak seharusnya semudah ini”
Zelo menatap Daehyun dengan pandangan yang sulit diartikan. Sejak
saat peta itu berada di tangan Daehyun. Dan, menjalankan semua rencana yang
diberitahu oleh Youngjae. Disaat itu juga Daehyun merasa aneh dengan apa yang
sekarang ia lihat.
“Sudahlah. Ikuti saja”
Tap.
Zelo menggeram kesal melihat anak buahnya ̶ Yongguk, Jongup, Himchan.
Berhenti tepat di depannya. Manik cemerlang Zelo menyipit melihat kenyataan
bahwa di depan mereka ada dua penjaga
kepolisian.
“Sudah ku bilang tadi”
“Sekarang apa?”
Tanpa aba-aba Yongguk dan Himchan memukuli kedua penjaga tersebut
tanpa ampun. Jongup yang melihat aksi kedua temannya langsung berbalik menatap
Zelo dan Daehyun meminta jawaban.
“Sayangnya, kita tidak punya pilihan lain”
Daehyun tidak mendengar perkataan Jongup. Pukulan demi pukulan
dilayangkan kepada kedua polisi yang menyerangnya.
Ini jebakan. Tidak mungkin ada lebih dari dua polisi yang menjaga
ruang bawah tanah seperti ini. bahkan, untuk sekedar berlama-lama di tempat ini
tidak akan ada yang mau. Karena, bau tempat ini sangat mengerikan.
Dengan sedikit elakan. Daehyun memukul kepala sang polisi dari
belakang. Mengambil kunci yang menggantung di ikat pinggang polisi tersebut.
Dan menendang punggung sang polisi hingga tersungkur ke tanah.
“Aku dapatkan ini, kajja”
“Kka”
Zelo menendang kepala sang polisi yang ia tangani. Memberikan kode
pada anak buahnya untuk segera pergi meninggalkan tempat ini. tidak ada yang
mendengarkannya.
“Kka”
Zelo mengedipkan beberapa kali kedua matanya. Apa maksudnya ini.
“Kka. Kami akan menahannya di sini. Kka”
Daehyun yang melihat Zelo hanya terdiam menatapi anak buahnya.
Segera menarik lengan Zelo dan terus berlari tanpa peduli dengan pandangan Zelo
yang nyatanya masih kosong hingga di depan pintu.
Dengan sebelah tangan yang masih mengait di tangan Zelo. Daehyun
memilah kunci yang sekiranya pas untuk membuka pintu surga di depannya.
“Kajja”
Plakk.
Zelo menghempaskan tangan Daehyun kesal.
“Pergilah”
Daehyun terdorong melewati pintu tersebut akibat hentakan tangan
yang diterimanya. Daehyun menghentikan langkahnya. Berbalik menatap Zelo dengan
tatapan yang sulit diartikan. Apalagi sekarang. Daehyun membatin kesal.
Brakk.
Debuman pintu tersebut menyadarkan Daehyun jika sekarang ia
sendirian entah di mana. Manik matanya berkedip beberapa kali menyesuaikan
keadaan otaknya.
“Aku tidak bisa pergi. Aku tidak akan meninggalkan mereka” Zelo
mengambil napas berusaha menstabilkan napasnya yang terengah akibat pertempuran
serta jarak berlari yang harus ia tempuh. “Maafkan aku, pergilah”
“Apa lagi sekarang huh?”
“Sampaikan salamku pada keponakanku” Zelo terdiam sesaat. “Aku akan
menjadi tahanan yang baik dan kita akan bertemu di luar sana”
“Buka pintu ini sekarang juga, idiot”
Zelo menghela napas kesal. Tangannya yang sedari tadi menggenggam kenop
pintu itu mengeras. Dengan perlahan pintu besi itu sedikit terbuka. Manik mata
Zelo mulai muncul di tepi pintu yang hanya ia buka setengahnya saja.
“Saranghanda”
Saat pintu itu sudah terbuka penuh. Zelo memeluk Daehyun dan
memberikan pemuda itu sebuah kecupan selamat tinggal.
=3=
Daehyun melalui masa sekolahnya dengan tenang. Entah kenapa ia
seolah melupakan sesuatu. Sesuatu yang penting. Tapi, apa.
Ia tidak mengingat apapun. Yang ia tahu, ia bebas selama dua tahun
terakhir ini. dan itu cukup melegakan. Bahkan, ia tidak bertemu dengan Tao. Ke
mana Tao selama ini.
Daehyun menghentikan langkahnya. Manik matanya menatap sepatunya
dengan tatapan malas. Kenapa sol nya lepas. Ini menggelikan. Kasus pertama
dalam bukunya jika sepatunya sudah tidak enak dilihat lagi.
Deg.
=3=
“Ambillah. Aku tahu pematik punya sudah kosong”
Daehyun mendecih kesal. Walaupun pada akhirnya ia menerima pematik
tersebut dari tangan pucat itu.
“Kau bisa menyembunyikan ini dari ‘mereka’? keren”
Zelo terkagum saat melihat putung rokok yang keluar dari sol milik
Daehyun.
“Bahkan, aku hanya bisa menyembunyikan lima buah” Zelo memasang
raut wajah sedih. “Tapi, jika pematik aku punya lebih dari lima”
Zelo tersenyum lebar. Daehyun hanya terdiam melihat tingkah excited
Zelo terhadap sepatunya. Walaupun, sejujurnya. Ia sangat menyukai jika Zelo
sedang tersenyum.
=3=
Daehyun mengangkat kepalanya. Kakinya ia langkahkan tidak menentu.
Setelah mengganti sepatunya ia bergegas untuk menemukan alamat kekasih Zelo.
Tapi, apakah ia mampu menghadapi kekasih Zelo. Bahkan, mendengar
Zelo mengatakan ia sudah punya kekasih, saat itu juga Daehyun merasakan jika
setengah nyawanya hilang entah kemana.
Daehyun menyeringai melihat sosok yang sangat ia kenali dari jauh.
Langkahnya semakin pasti untuk mendekati sosok tersebut. Yoo Youngjae. Orang
yang menipunya dengan peta konyol yang menyebalkan.
“Mengingatku huh?” Daehyun menyeringai tepat di depan Youngjae.
“Kemana kacamatamu huh?”
Youngjae menatap Daehyun takut. Ingin berbalik dan berlari
sekencang mungkin menghindari kematian. Itu tidak akan ada gunanya sekarang.
“Apa kabar? Senang bisa bebas dengan cara yang baik, huh?”
Youngjae menahan langkahnya untuk tidak mundur. Walaupun, jarak
antara ia dan Daehyun makin lama makin menipis.
=3=
“Aku malas menunggunya kembali dari tahanan”
“Jadi?”
“Ya, kami sudah menikah sekarang. Enam tahun itu waktu yang cukup
lama”
Bugh.
Daehyun menggertakkan giginya kesal melihat kenyataan bahwa kekasih
Zelo ternyata sudah menikah dengan lelaki lain. Untuk apa, ia susah payah
mencari alamat yang sempat diberikan Zelo padanya. Jika pada akhirnya semua itu
sama sekali tidak berguna baginya.
“Kau dan Zelo bukan sepasang kekasih?”
“Tentu saja bukan. Kami hanya sahabat”
“Kalian benar-benar menyebalkan”
=3=
Daehyun menatap langit luas. Ia senang menghabiskan waktu sendirian
hanya bersama lantunan lagu yang terngiang di telinganya. Sudah hampir dua
bulan setelah ia membantai habis orang yang bernama Yoo Youngjae itu dengan
tangannya sendiri.
“Menjadi tahanan yang baik, huh?”
Daehyun meremas pematik yang sedari ia genggam. Pematik yang sudah
hampir hancur ditangannya jika saja ia tidak ingat siapa yang memberikan
pematik tersebut padanya. Hanya geraman kesal yang keluar dari belah bibir
Daehyun.
Daehyun yang sudah bosan. Hanya menaruh roti itu disamping tempat
ia berbaring. Manik matanya mulai menutup. Semilir angin yang menyapa rambut
Daehyun membuat sang pemiliknya mulai tertidur perlahan. Sebelum akhirnya ia
terbangun karena mendengar suara langkah kaki.
“Nuguya?”
Daehyun masih setia menutup kedua matanya. Walaupun, ia sudah
waspada saat langkah itu semakin dekat padanya.
Brakk.
Daehyun bangkit dari tidurnya. Menyergap seseorang yang sudah
membangunkannya. Dengan tangan yang mencekik pemuda tersebut.
“Yakk, jangan lakukan itu pada bos”
Daehyun melirik sekilas menatap Yongguk yang meneriakinya dari
belakang pemuda itu. tunggu, ia mencekik bos Yongguk, yang berarti.
“Kau melupakanku huh?”
Daehyun membelalakkan kedua matanya melihat Zelo. Tawa canggung
keluar dari belah bibir Daehyun. Tanpa sadar, kedua tangan Daehyun yang tadi
berada di leher Zelo mulai turun untuk memeluk pinggang kecil Zelo.
“Bogoshippo, Zelbaby”
“Hm. Nado hyung”
“Hyung?”
“Aku hoobae-mu tahun ini, hyung”
Daehyun tersenyum sumringah saat mengetahui jika ia akan satu
sekolah dengan Zelo. Itu artinya, setiap hari ia akan melihat senyum Zelo
setiap hari.
Daehyun menangkup wajah Zelo. Tingginya, sudah menyamai tinggi Zelo
saat ini. hampir saja, ia bersujud mengetahui tingginya.
“Saranghae”
“Mereka membuat dunia dan melupakan kita”
Jongup dan Yongguk mengangguk menanggapi ucapan Himchan. Ketiga
pasang mata itu mengalihkan pandangan mereka ke arah perkotaan. Melihat
padatnya kota lebih baik ketimbang melihat dua pasang mahluk saling berciuman
dan melupakan jika masih ada orang lain di sekitarnya.
FIN






0 comments:
Post a Comment